Tanjungpinang (ANTARA) - BMKG Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), mengajak warga Pulau Bintan bijak menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari karena dampak fenomena el nino diprediksi masih terjadi hingga awal tahun 2024.
"Masyarakat sebaiknya hemat menggunakan air bersih, jangan boros," kata Prakirawan BMKG Tanjungpinang Miranda Putri Permatasari, Kamis.
Menurutnya, fenomena El Nino berdampak pada perubahan pola curah hujan, suhu udara yang meningkat, dan kecenderungan peningkatan titik panas di wilayah yang rawan kebakaran hutan dan lahan.
Ia menyebut secara umum, dampak el nino untuk Pulau Bintan (Tanjungpinang-Bintan) memang tidak terlalu signifikan, karena setiap bulan masih terjadi hujan. Kondisi ini berbeda dengan beberapa daerah lainnya di Indonesia yang saat ini mulai minim curah hujan imbas El Nino.
"Pulau Bintan ini tertolong dengan pola hujan ekuatorial, di mana sepanjang tahun selalu ada hujan. Tergantung intensitasnya, mulai dari ringan, sedang hingga lebat," ungkap Miranda.
Meski begitu, dalam setahun ada bulan-bulan tertentu Pulau Bintan mengalami curah hujan rendah, biasanya di bulan Februari dan Maret.
Oleh karena itu, warga diimbau mulai bijak menggunakan air secara efektif dan efisien untuk mengantisipasi potensi kekeringan akibat curah hujan rendah.
"Berdasarkan catatan kami, Pulau Bintan pernah tak diguyur hujan selama dua bulan di tahun 2015, selain itu selalu ada hujan setiap bulan," ujarnya.
Selain itu, BMKG juga meminta warga mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Pulau Bintan, karena belakangan ini kondisi cuaca panas dan pertumbuhan hujan berkurang.
BMKG pun telah mendeteksi beberapa titik api, khususnya di kawasan Bintan Utara, Kabupaten Bintan yang dikelilingi laut lepas.
"Ayo, bersama-sama cegah kebakaran hutan dan lahan, salah satunya tidak membuang puntung rokok sembarangan," demikian Miranda.*
"Masyarakat sebaiknya hemat menggunakan air bersih, jangan boros," kata Prakirawan BMKG Tanjungpinang Miranda Putri Permatasari, Kamis.
Menurutnya, fenomena El Nino berdampak pada perubahan pola curah hujan, suhu udara yang meningkat, dan kecenderungan peningkatan titik panas di wilayah yang rawan kebakaran hutan dan lahan.
Ia menyebut secara umum, dampak el nino untuk Pulau Bintan (Tanjungpinang-Bintan) memang tidak terlalu signifikan, karena setiap bulan masih terjadi hujan. Kondisi ini berbeda dengan beberapa daerah lainnya di Indonesia yang saat ini mulai minim curah hujan imbas El Nino.
"Pulau Bintan ini tertolong dengan pola hujan ekuatorial, di mana sepanjang tahun selalu ada hujan. Tergantung intensitasnya, mulai dari ringan, sedang hingga lebat," ungkap Miranda.
Meski begitu, dalam setahun ada bulan-bulan tertentu Pulau Bintan mengalami curah hujan rendah, biasanya di bulan Februari dan Maret.
Oleh karena itu, warga diimbau mulai bijak menggunakan air secara efektif dan efisien untuk mengantisipasi potensi kekeringan akibat curah hujan rendah.
"Berdasarkan catatan kami, Pulau Bintan pernah tak diguyur hujan selama dua bulan di tahun 2015, selain itu selalu ada hujan setiap bulan," ujarnya.
Selain itu, BMKG juga meminta warga mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Pulau Bintan, karena belakangan ini kondisi cuaca panas dan pertumbuhan hujan berkurang.
BMKG pun telah mendeteksi beberapa titik api, khususnya di kawasan Bintan Utara, Kabupaten Bintan yang dikelilingi laut lepas.
"Ayo, bersama-sama cegah kebakaran hutan dan lahan, salah satunya tidak membuang puntung rokok sembarangan," demikian Miranda.*