Tanjungpinang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menekankan seluruh elemen masyarakat semakin intensif melakukan gerakan 3M Plus seiring meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD) di daerah setempat.

"Peran aktif seluruh instansi pemerintah, camat, lurah, RT/RW, sekolah serta masyarakat sangat penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan Tanjungpinang Rustam, Rabu.

Rustam menjelaskan gerakan 3M Plus yang dimaksud meliputi menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air, serta menambah langkah-langkah pencegahan tambahan, seperti penggunaan obat nyamuk, memasang kelambu, dan memantau jentik nyamuk secara berkala.

Sementara untuk penanganan kasus positif DBD, kata dia, dilakukan penyelidikan epidemiologi, abatisasi, dan fogging.

“Langkah-langkah ini sangat penting guna memastikan bahwa penyebaran penyakit dapat dikendalikan secepat mungkin," ujarnya.

Rustam menyebut jumlah kasus DBD di Tanjungpinang cenderung meningkat dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, yaitu periode April, Mei, dan Juni 2024.

Menurut data statistik Dinas Kesehatan Tanjungpinang, tercatat kasus terkonfirmasi DBD yang dirawat sebanyak 76 kasus dari Januari sampai Juni 2024.

"Jumlah kasus meninggal satu orang," ungkapnya.

Lanjutnya menyampaikan bahwa Kelurahan Batu IX mencatat kasus DBD tertinggi dengan persentase 39 persen dari seluruh kelurahan se-Tanjungpinang.

Adapun penderita DBD saat ini didominasi oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga terjangkit.

"Kalau dari sebaran umur memang sebagian besar penderita DBD adalah anak-anak di bawah 18 tahun, tetapi penderita dewasa juga ada," ucap Rustam.

Dia menambahkan salah satu pemicu meningkatnya kasus DBD di Tanjungpinang dipicu perubahan pola musim cuaca.

Rustam menyebut sejak Maret sampai April 2024 curah hujan cukup tinggi setelah musim panas. Kemudian, pada Mei 2024 cuaca kembali panas dan sesekali terjadi hujan.

"Siklus kehidupan nyamuk aedes aegypti atau nyamuk demam berdarah di saat musim panas biasanya bertelur. Semakin lama cuaca panas, maka makin banyak telur yang berkumpul," jelas Rustam.

Namun setelah turun hujan, kata dia, telur tersebut dengan mudah menetas jadi nyamuk, sehingga dikhawatirkan terjadi peningkatan kepadatan nyamuk yang kemudian berimplikasi terhadap meningkatnya kasus DBD.

"Telur nyamuk demam berdarah bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-bertahun," katanya pula.

Baca juga: KPU Kepri: Aplikasi E-Coklit permudah pemutakhiran data pemilih Pilkada 2024

Pewarta : Ogen
Editor : Angiela Chantiequ
Copyright © ANTARA 2024