Batam (ANTARA) - Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Batam menurunkan tim untuk mengawasi peredaran pangan, khususnya latiao jajanan asal China, di wilayah Kepulauan Riau (Kepri), guna mencegah terjadinya keracunan pada anak-anak.
Kepala BPOM Batam Musthofa Ansari dikonfirmasi ANTARA di Batam, Senin, menyebut tim pengawasan turun ke sekolah-sekolah serta swalayan dan distributor.
“Tim sudah turun, sampai saat ini masih mengawasi ke sekolah-sekolah, swalayan, dan distributornya,” kata Musthofa.
Dia menyebut jika dalam pengawasan itu ditemukan jajanan tersebut masih beredar, maka tim akan meminta pemilik warung maupun swalayan untuk menurunkan atau tidak dijual produk tersebut.
“Jika ada (ditemukan), diminta untuk diturunkan dari etalase. Nanti dari distributornya yang melakukan penarikan,” ujarnya.
Hingga hari ini, kata dia, hasil pengawasan tim belum ditemukan empat jenis penganan asal China itu di Kepri. Namun sebagai bentuk kehati-hatian semua produk latiao lainnya diminta petugas untuk diturunkan dari etalase.
“Belum ditemukan untuk empat jenis tersebut, tapi untuk bentuk kehati-hatian semua produk latiao yang lain diturunkan dari etalase,” ujarnya.
Musthofa menambahkan pengawasan ini dilakukan tidak hanya turun ke lapangan, tetapi juga dilakukan secara daring, mengingat beberapa masyarakat memburu produk latiao yang viral lewat market place.
“Pengawasan baik secara online maupun luring juga dilakukan dan hasil pengawasan secara berkala dilaporkan ke BPOM Pusat," katanya.
BPOM menghentikan sementara seluruh produk latiao dari peredaran guna melindungi kesehatan publik, menyusul Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLBPKP) di sejumlah tempat.
Sebelumnya BPOM menerima laporan keracunan akibat latiao, pangan olahan asal China, dari tujuh wilayah yaitu, Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat dan Pamekasan.
Dari hasil uji laboratorium BPOM, latiao yang diduga menyebabkan KLBKP ditemukan indikasi kontaminasi bakteri Bacillus Cereus. Bakteri tersebut menyebabkan gejala-gejala keracunan berupa sakit perut, pusing, mual, muntah, seperti yang dilaporkan para korban.
Hingga saat ini, terdapat 73 produk latiao yang beredar dan sebanyak empat terbukti mengandung bakteri tersebut.
Selain itu BPOM juga memeriksa sarana peredaran yakni gudang importir dan distributor. Hasil pemeriksaan ditemukan pihak gudang importir dan distributor tidak mematuhi Cara Peredaran Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).
Tidak hanya menghentikan sementara peredaran latiao, BPOM juga menangguhkan sementara registrasi dan importasi produk tersebut sebagai langkah pencegahan, sambil menelusuri kasus tersebut lebih lanjut.
“Kami meminta importir untuk segera melaporkan proses penarikan dan pemusnahan ini kepada Badan POM dan akan terus memantau kepatuhan mereka,” kata Kepala BPOM Taruna Ikrar di Jakarta, Jumat (1/11).