Batam (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Riau menyosialisasikan tiga program baru, yaitu Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), dan Gerakan Ayah Teladan (Gate).

Kepala BKKBN Kepri Rohina di Batam Jumat mengatakan,  Sosialisasi itu dalam upaya intervensi stunting di wilayah setempat.

Hal tersebut merupakan bagian dari quick win Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

“Tujuannya adalah bagaimana keterlibatan pemerintah, swasta, maupun perorangan untuk Indonesia Emas 2045, yaitu menjadi orangtua asuh anak stunting atau anak-anak yang bayi di bawah dua tahun -baduta- dari 1.000 hari pertama kehidupan,” ujar Rohina.

Ia mengatakan, BKKBN Kepri harus mampu memberikan kontribusi baik dalam memberikan dukungan pada layanan intervensi spesifik maupun sebagai penanggung jawab dalam layanan intervensi sensitif, yang diharapkan dapat membuahkan hasil berupa pencapaian target penurunan stunting nasional ke angka 14 persen pada tahun 2024.

Menurut Rohina, untuk di Kepri, secara keseluruhan sudah banyak pihak pemerintah daerah ataupun vertikal, swasta, perusahaan besar maupun kecil, perbankan, hingga perorangan turut ambil bagian menjadi orangtua asuh stunting.

“Kemarin Kemenkumham sudah berkontribusi. Polda, TNI, itu semua sudah berkontribusi, selain pemda sendiri. Termasuk perorangan yaitu seluruh jajaran dari masing-masing instansi,” katanya.

Genting merupakan gerakan bantuan bagi keluarga berisiko stunting (KRS) melalui kepedulian para pihak sebagai orangtua asuh.

“Hal ini dilaksanakan secara mandiri oleh mitra, difasilitasi oleh PLKB atau kader BKKBN,” ujar Rohina.

Tamasya dikemas dalam bentuk daycare unggul berkolaborasi dengan lembaga pemerintah dan swasta (kementerian/ badan/ pemprov/ pemkot/ pemkab/ ormas/ LSM).

“Menyediakan pengasuh tersertifikasi, psikolog anak, dan dokter spesialis anak untuk laporan tumbuh kembang anak setiap bulan,” kata Rohina.

Kemudian program Gate menghadirkan layanan konseling pra nikah, menikah, akan dan saat memiliki anak, konsorsium komunitas ayah/ bapak teladan (Kompak Tenan), dan kegiatan pengasuhan oleh ayah di Kampung KB, serta sekolah bersama ayah (Sebaya).

“Dampak fatherless bagi anak dapat meningkatkan gangguan emosi dan sosial. Meningkatkan risiko penyalahgunaan NAPZA. Performa akademis lebih rendah hingga meningkatnya risiko kenakalan remaja,” ujarnya.

Bendahara Apindo Kepri dr Santi Yopie menyampaikan pihaknya komitmen dalam mendukung percepatan penurunan stunting dengan program-program yang dihadirkan oleh BKKBN Kepri.

Ia mengatakan hal tersebut juga upaya untuk menghadirkan calon pengusaha yang baik di masa depan.

“Penganan stunting adalah kewajiban seluruh masyarakat Indonesia. Kita sebagai Apindo juga mendukung untuk program ini, karena calon pengusaha juga dari anak-anak bangsa di zaman sekarang. Jadi cegah stunting juga turun menghadirkan calon pengusaha yang baik,” kata Santi.

Adapun bantuan yang diberikan Apindo Kepri untuk anak berisiko stunting, yaitu berupa abon sapi yang ditujukan kepada 100 anak stunting di Kota Batam, berkontribusi memberikan sarana dan prasarana berupa AC, dispenser dan kulkas di Rumah Asuh Terintegrasi, dan juga sudah aktif dalam program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS).

“Target 2025 kita ada rapat internal dengan Apindo. Kita rancang dan akan kita salurkan lagi di sini,” ujarnya.

Baca juga: BKKBN Kepri: Gerakan Orang Tua Asuh dorong masyarakat bantu keluarga risiko stunting


Pewarta : Jessica Allifia Jaya Hidayat
Editor : Angiela Chantiequ
Copyright © ANTARA 2024