Jakarta (ANTARA) - Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 menemukan setidaknya 50 orang pelaku kecurangan dan 10 orang joki dalam enam hari pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025.

"Jumlah peserta yang terlibat kurang lebih 50, jumlah jokinya kurang lebih 10 keterlibatan," kata Ketua Tim Penanggungjawab Panitia SNPMB 2025 Eduart Wolok dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Eduart memaparkan modus kecurangan yang terjadi beragam, mulai dari pemasangan alat bantu seperti pemasangan kamera di kacamata, mikrofon dan pengeras suara di alat bantu dengar, hingga penggunaan perangkat lunak melalui aplikasi rekaman layar hingga penggunaan aplikasi pengendali jarak jauh atau remote desktop di komputer yang digunakan oleh para peserta.

Lebih lanjut, ia menjelaskan penggunaan aplikasi remote desktop disertai dengan pemasangan proxy pada komputer, sehingga komputer tersebut dapat terhubung dengan jaringan di luar.

Eduart menekankan hal ini telah diantisipasi oleh panitia UTBK di masing-masing lokasi dengan menyediakan pemindai metal atau metal detector. Namun, teknologi yang lebih canggih telah digunakan oleh para pelaku kecurangan, sehingga masih terdapat sejumlah modus kecurangan yang berhasil lolos.

"Tentu di poin ini bisa saja terindikasi sudah ada di lokasi UTBK yang kita temukan ada keterlibatan orang dalam," ujarnya.

Eduart memaparkan modus kecurangan tersebut dipraktekkan dengan memberikan jawaban ke peserta yang berada di dalam ruang ujian dengan cara yang bermacam-macam

"Jadi, pesertanya sedang ada dalam ruang ujian. Kemudian dipasangkan alat di badan peserta sebagai receiver dan juga transmitter untuk komunikasi transfer jawaban. Jadi si peserta ini tetap mengoperasikan PC-nya dengan jawaban yang dikirim dari luar," ujarnya.

Di samping itu, Eduart mengungkapkan modus kecurangan lainnya adalah dengan menggantikan peserta di ruang ujian, atau yang kerap dikenal dengan istilah "joki".

Beberapa hal yang didapatkan dalam hal ini, ungkap dia, adalah pemalsuan foto peserta, dokumen seperti surat keterangan Kelas XII dan ijazah agar joki dapat masuk dan mengikuti ujian untuk menggantikan peserta aslinya.

"Ini yang menarik, jaringan perjokian lintas provinsi. Jadi bisa saja kasus didapatkan (di salah satu lokasi UTBK), setelah dilacak, komunikasi yang terbangun itu dari kota ini, kota ini, dan kota ini," ucap Eduart.

Dia mewakili panitia sangat menyayangkan hal ini, sebab pelaksanaan UTBK didasari atas asas kepercayaan kepada seluruh peserta didik di Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Oleh karena itu, ia menyebutkan para panitia di masing-masing lokasi UTBK telah melakukan koordinasi dengan pihak berwajib untuk melakukan proses lebih lanjut terkait hal ini, meskipun belum dapat diputuskan sanksi apa yang tepat untuk diberikan kepada para pelaku agar menimbulkan efek jera.

Eduart berharap kepada semua peserta maupun wali peserta untuk tetap mengikuti rangkaian proses SNPMB 2025 ini dengan jujur dan tidak melakukan berbagai tindak kecurangan yang menodai sakralnya prosesi ujian ini.

"Andaikan semua peserta itu sepakat untuk menggunakan cara-cara yang jujur dan berintegritas kan tidak perlu lah hal-hal seperti ini," kata Eduart Wolok.*

Keteribatan Bimbel...
 


Sementara itu, Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 menduga adanya keterlibatan salah satu lembaga bimbingan belajar (bimbel) dalam kasus kecurangan yang terjadi pada pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025.

Ketua Tim Penanggungjawab Panitia SNPMB 2025 Eduart Wolok dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, menjelaskan terdapat ribuan peserta yang dinilai sebagai anomali, di mana terdapat salah satu lembaga bimbel yang dicurigai terlibat dalam hal ini.

"(Dicurigai) Keterlibatan ada salah satu lembaga pembinaan belajar di Yogyakarta yang memobilisasi peserta," katanya.

Ia menjelaskan peserta ujian anomali tersebut dicurigai, sebab domisili, asal sekolah, kampus tujuan, dan lokasi UTBK semuanya berada di daerah yang saling berjauhan.

Ia memberi contoh dengan adanya peserta yang merupakan lulusan SMA di Semarang, memilih kampus tujuan di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM), namun melaksanakan UTBK di Medan.

"Apakah ini salah? Tidak salah, selama memang bisa dibuktikan, tidak salah. Contoh, di Gorontalo ada yang seperti ini. Setelah kami telusuri, ternyata yang bersangkutan itu lulusan dari pondok pesantren yang ada di Jawa. Kemudian, memang setelah lulus ada satu tahun itu wajib untuk mengabdi. Nah dia mengambil pengabdian itu di Gorontalo, mengajar di Gorontalo, sehingga dia daftar di Gorontalo dan ujian di Gorontalo meskipun pilihannya ada di Jawa," katanya.

Namun demikian, pihaknya menemukan peserta dengan data anomali serupa di lokasi lainnya, di mana peserta tersebut tidak hadir saat ujian dan kebetulan dalam waktu yang sama terdapat masalah pada komputer yang seharusnya digunakan oleh peserta tersebut.

"Ada keterlibatan jaringan yang memanfaatkan UTBK untuk kepentingan bisnis tertentu dan sebagainya. Ini disinyalir, sekali lagi ini dugaan, karena itu bukan bagian kami untuk memutuskan itu," katanya.

Kecurigaan kepada salah satu lembaga bimbel tersebut, ujarnya, juga diperkuat dengan adanya lembaga bimbel yang masih melakukan bimbingan hingga 5 Mei 2025, di mana UTBK hanya dilaksanakan pada 23 April-3 Mei 2025.

"Padahal lazimnya kalau dulu kita bimbel yang benar itu satu minggu menjelang pelaksanaan UTBK kan selesai," ujarnya.

Ia juga mencurigai adanya lembaga bimbel yang berani memberikan garansi 100 persen lulus UTBK, sebab dalam pelaksanaan UTBK kali ini lebih menekankan aspek skolastik atau penalaran dan pemahaman dasar peserta didik.

Dalam mengatasi kecurigaan ini, pihaknya tengah melakukan investigasi lebih lanjut dengan kolaborasi bersama pihak berwajib untuk memastikan apakah kasus ini harus diselesaikan dengan hukuman pidana demi memberikan efek jera.

"Semua ini nggak akan ada andaikan memang peserta UTBK dan orang tua dari peserta UTBK itu memang merasa sadar betul bahwa tes UTBK SNBT ini adalah tes yang harusnya dilalui dengan penuh kejujuran dan integritas," ucap Eduart Wolok.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Panitia temukan 50 pelaku kecurangan dan 10 joki dalam enam hari UTBK

Pewarta : Sean Filo Muhamad
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2025