Natuna (ANTARA Kepri) - Sekitar 600 prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) menggelar latihan serangan fajar dengan taktik serangan pemukiman penduduk.
"Personel PPRC yang terlibat dalam latihan serangan pemukiman sekitar 600 orang dan ditambah personel pendukung sehingga semuanya menjadi 1.000 orang," kata Asisten Operasi Kostrad sekaligus Kawasdal (Kepala Wasit dan Pengendali) Latihan PPRC Kolonel (Inf) Ainurrahman di Ranai, Natuna, Kamis.
Ainurrahman menuturkan, 600 personel tersebut merupakan pasukan gabungan yang terdiri atas personel Batalyon Lintas Udara (Linud) Kostrad dan Pasukan Marinir II Wilayah Barat Jakarta.
Adapun, lokasi latihan dalam serangan itu adalah pemukiman di kaki Gunung Ranai, Desa Ceruk, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
"Ada 7 sasaran yang menjadi target di kampung Cenik dan Paleman. Ketujuh sasaran itu terdapat sekitar 12 rumah yang diduduki musuh. Jarak antara satu target dengan target lainnya berjauhan," kata dia.
Taktik serangan pemukiman, jelas dia, merupakan serangan terhadap sebuah perkampungan yang telah diduduki musuh. Dengan taktik itu, akan terjadi pertempuran jarak dekat ketika fajar menyingsing dari ufuk timur.
"Serangan fajar adalah strategi perang yang biasa dilakukan karena saat ini musuh sedang lengah," ucap dia.
Dikatakannya, ke-600 prajurit yang dikerahkan tersebut tidak semuanya terlibat dalam serangan atau berhadapan langsung dengan Tim Penimbul Situasi (Bulsi) yang diskenariokan sebagai musuh.
"Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, ada kelompok pengaman, kelompok pembantu dan penyerbu. Kelompok penyerbu inilah yang berada di garis terdepan untuk menggempur musuh. Tujuan pembagian pasukan menjadi beberapa kelompok adalah untuk mengepung musuh," ucapnya.
Latihan serangan pemukiman, kata dia lagi, merupakan puncak dari latihan gabungan PPRC yang dibuka Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono pada Selasa (4/9).
Pada Selasa, Batalyon Linud 330 juga menggelar latihan merebut Bandara Lanud Ranai dan sejumlah objek vital dari tangan musuh. Pasukan Linud yang didukung KDOL (Kendali Depan Operasi Linud) mengawali latihan tersebut dengan melakukan penerjunan dari enam pesawat Hercules di atas Bandara.
Pada saat bersamaan, Marinir juga melakukan pendaratan amfibi di Pantai Sengiap dengan melibatkan 30 tank tempur, tank pengangkut personel, tank medis serta enam kapal perang.
"Skenarionya, Natuna beserta objek-objek vitalnya sudah dikuasai musuh. Inilah yang harus direbut kembali oleh PPRC sebagai pasukan penanggulangan awal terhadap ancaman integritas NKRI," tuturnya.
Latihan PPRC, tambah dia, meliputi operasi lintas udara, operasi amfibi, operasi penggabungan dan operasi serangan darat gabungan dengan jumlah personel secara keseluruhan sebanyak 2.500 orang, termasuk awak sarana pengangkut.
Kemudian didukung peralatan tempur berupa senjata perorangan, senjata bantuan dan senjata artileri medan (armed). (RDT/E010)
Editor: Evy R Syamsir
"Personel PPRC yang terlibat dalam latihan serangan pemukiman sekitar 600 orang dan ditambah personel pendukung sehingga semuanya menjadi 1.000 orang," kata Asisten Operasi Kostrad sekaligus Kawasdal (Kepala Wasit dan Pengendali) Latihan PPRC Kolonel (Inf) Ainurrahman di Ranai, Natuna, Kamis.
Ainurrahman menuturkan, 600 personel tersebut merupakan pasukan gabungan yang terdiri atas personel Batalyon Lintas Udara (Linud) Kostrad dan Pasukan Marinir II Wilayah Barat Jakarta.
Adapun, lokasi latihan dalam serangan itu adalah pemukiman di kaki Gunung Ranai, Desa Ceruk, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
"Ada 7 sasaran yang menjadi target di kampung Cenik dan Paleman. Ketujuh sasaran itu terdapat sekitar 12 rumah yang diduduki musuh. Jarak antara satu target dengan target lainnya berjauhan," kata dia.
Taktik serangan pemukiman, jelas dia, merupakan serangan terhadap sebuah perkampungan yang telah diduduki musuh. Dengan taktik itu, akan terjadi pertempuran jarak dekat ketika fajar menyingsing dari ufuk timur.
"Serangan fajar adalah strategi perang yang biasa dilakukan karena saat ini musuh sedang lengah," ucap dia.
Dikatakannya, ke-600 prajurit yang dikerahkan tersebut tidak semuanya terlibat dalam serangan atau berhadapan langsung dengan Tim Penimbul Situasi (Bulsi) yang diskenariokan sebagai musuh.
"Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, ada kelompok pengaman, kelompok pembantu dan penyerbu. Kelompok penyerbu inilah yang berada di garis terdepan untuk menggempur musuh. Tujuan pembagian pasukan menjadi beberapa kelompok adalah untuk mengepung musuh," ucapnya.
Latihan serangan pemukiman, kata dia lagi, merupakan puncak dari latihan gabungan PPRC yang dibuka Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono pada Selasa (4/9).
Pada Selasa, Batalyon Linud 330 juga menggelar latihan merebut Bandara Lanud Ranai dan sejumlah objek vital dari tangan musuh. Pasukan Linud yang didukung KDOL (Kendali Depan Operasi Linud) mengawali latihan tersebut dengan melakukan penerjunan dari enam pesawat Hercules di atas Bandara.
Pada saat bersamaan, Marinir juga melakukan pendaratan amfibi di Pantai Sengiap dengan melibatkan 30 tank tempur, tank pengangkut personel, tank medis serta enam kapal perang.
"Skenarionya, Natuna beserta objek-objek vitalnya sudah dikuasai musuh. Inilah yang harus direbut kembali oleh PPRC sebagai pasukan penanggulangan awal terhadap ancaman integritas NKRI," tuturnya.
Latihan PPRC, tambah dia, meliputi operasi lintas udara, operasi amfibi, operasi penggabungan dan operasi serangan darat gabungan dengan jumlah personel secara keseluruhan sebanyak 2.500 orang, termasuk awak sarana pengangkut.
Kemudian didukung peralatan tempur berupa senjata perorangan, senjata bantuan dan senjata artileri medan (armed). (RDT/E010)
Editor: Evy R Syamsir