Moskow (ANTARA) - Dinas Rahasia AS tengah menyelidiki apakah gangguan pada eskalator dan teleprompter saat kunjungan Presiden Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump ke Sidang Majelis Umum PBB (UNGA) merupakan hasil peretasan yang disengaja.

Bloomberg melaporkan hal tersebut, mengutip sejumlah sumber pada Rabu.

Pada Selasa, seorang sumber PBB mengatakan kepada RIA Novosti bahwa eskalator di markas besar PBB yang membawa Trump dan Melania berhenti karena mekanisme pengaman aktif secara tidak sengaja.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric kemudian menjelaskan bahwa mekanisme pengaman bawaan di anak tangga eskalator kemungkinan terpicu oleh videografer yang merekam kedatangan Trump dan istrinya.

Mekanisme itu dirancang untuk mencegah orang atau benda tersangkut atau tertarik ke dalam roda gigi.

"Videografer tersebut mungkin secara tidak sengaja memicu fungsi keselamatan itu," kata Dujarric kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa kamerawan itu berasal dari delegasi AS.

Dalam pidato sepanjang 56 menit di Sidang Majelis Umum PBB, Trump mengeluhkan bahwa ia dan Melania sempat terjebak di eskalator dan teleprompter berhenti tepat saat ia mulai berbicara.

Ia menyindir bahwa satu-satunya hal yang ia dapatkan dari PBB adalah eskalator dan teleprompter "yang buruk."

Sumber: Sputnik/RIA Novosti

Baca selanjutnya,
Trump: Negara Palestina hadiah yang terlalu besar bagi Hamas...


Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut peningkatan pengakuan terhadap negara Palestina melalui solusi dua negara di Sidang Majelis Umum (SMU) PBB sebagai hadiah yang terlalu besar bagi Hamas.

Berbicara pada sesi ke-80 Debat Umum SMU PBB di Markas Besar Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa, Trump mengklaim bahwa Hamas telah melakukan tindakan keji karena melakukan serangan pada 7 Okteober 2023 dan menolak gencatan senjata.

“Itu akan menjadi hadiah yang terlalu besar bagi Hamas atas kekejaman mereka. Ini akan menjadi hadiah atas tindakan keji mereka, termasuk pada 7 Oktober, bahkan ketika mereka masih menolak untuk membebaskan para sandera atau menerima gencatan senjata,” kata Trump.

Trump menuturkan bahwa dirinya sangat terlibat dalam upaya mencari gencatan senjata di Gaza, dan menekankan kepada para negara-negara anggota PBB untuk menyelesaikannya segera.

Namun, Trump menyebut Hamas telah berulang kali menolak tawaran yang masuk akal untuk mencapai perdamaian dan menuduh Hamas seolah ingin mendorong konflik terus berlanjut.

Alih-alih mendukung solusi dua negara sebagai jawaban demi terwujudnya perdamaian do Gaza, dirinya menekankan pentingnya untuk mencapai kesepakatan untuk membebaskan para sandera.

“Namun daripada menyerah pada tuntutan tebusan dari Hamas, mereka yang menginginkan perdamaian seharusnya bersatu dalam satu pesan: Bebaskan para sandera sekarang—cukup bebaskan para sandera,” ucap Trump.

Pernyataan Trump di sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB itu, dilatarbelakangi oleh diadopsinya sebuah draf resolusi yang mengesahkan Deklarasi New York (New York Declaration) tentang Penyelesaian Damai Isu Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara pada Jumat (12/9).

Resolusi tersebut diloloskan setelah memperoleh 142 suara setuju, 10 tidak setuju, dan 12 abstain.

Draf resolusi itu diperkenalkan oleh Prancis dan Arab Saudi, selaku dua ketua bersama konferensi tersebut, bersama dengan para ketua bersama kelompok-kelompok kerjanya.

 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: AS selidiki dugaan peretasan eskalator, teleprompter Trump di PBB

Pewarta : Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor : Nadilla
Copyright © ANTARA 2025