Batam (Antara Kepri) - Anggota Komisi VIII DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menilai Bandara Sultan Sharif Kasim II di Pekanbaru, Riau belum bisa menjadi Embarkasi Haji.
"Bandara di Pekanbaru belum tentu bisa jadi embarkasi karena untuk jadi embarkasi ada syaratnya. Paling jadi embarkasi antara," kata Ledia usai melepas jemaah calon haji Embarkasi Batam, Selasa.
Untuk menjadi embarkasi sendiri, bandara minimal sudah internasional, kata dia, selain itu minimal jemaah yang dilayani sebanyak 4.000 orang.
Sedangkan saat ini, penduduk Riau sudah mengikuti haji melalui Embarkasi Batam dan Embarkasi Padang.
"Tidak efektif kalau jemaah sedikit," kata dia.
Seperti yang terjadi pada Embarkasi Lombok kata dia, memiliki jemaah sedikit, karena Muslim Nusa Tenggara Timur lebih memilih berhaji lewat Embarkasi Surabaya.
Sementara itu, ia menilai Embarkasi Haji Batam merupakan satu yang terbaik di antara embarkasi lain di Indonesia karena memberikan pelayanan maksimal yang rapi.
Menurut dia, penataan penerimaan hingga pelepasan jemaah haji relatif sangat baik. Seluruh jemaah dibimbing untuk mendapatkan pelayanan terbaik, mulai dari tiba di pelabuhan atau bandara di Batam hingga pemulangan jemaah.
"Ini tidak lepas dari dukungan yang diberikan pemerintah daerah. Karena mestinya urusan haji menjadi urusan pusat, tapi Pemerintah Daerah Kepri memberikan dukungan yang sangat besar sehingga pelaksanaannya baik," kata Ledia.
Di tempat yang sama, Ketua Panitia Pelaksana Ibadah Haji Embarkasi Batam Handarlin Umar menyatakan pelayanan yang diberikan PPIH mulai dari menjemput jemaah di bandara atau pelabuhan hingga pemulangan.
Saat penjemputan, kata dia, PPIH menyiapkan bus langsung dari dekat tangga pesawat. Hingga jemaah yang baru tiba langsung masuk ke dalam bus menuju bandara untuk mengefisienkan waktu.
"Ini untuk menghindari proses antre di dalam ruang tunggu yang mungkin melelahkan jemaah," kata dia.
Di Asrama Hako, PPIH memberlakukan "one stop service". Seluruh keperluan jemaah mulai dari pelayanan kesehatan, pemeriksaan obat-obatan, pemberian gelang identitas, pemberian biaya hidup hingga paspor dilakukan di aula penerimaan.
"Dengan pelayanan 'one stop servive' ini diharapkan jemaah bisa mendapatkan istirahat yang cukup sebelum berangkat ke tanah suci pada keesokan harinya," kata dia. (Antara)
Editor: Rusdianto
"Bandara di Pekanbaru belum tentu bisa jadi embarkasi karena untuk jadi embarkasi ada syaratnya. Paling jadi embarkasi antara," kata Ledia usai melepas jemaah calon haji Embarkasi Batam, Selasa.
Untuk menjadi embarkasi sendiri, bandara minimal sudah internasional, kata dia, selain itu minimal jemaah yang dilayani sebanyak 4.000 orang.
Sedangkan saat ini, penduduk Riau sudah mengikuti haji melalui Embarkasi Batam dan Embarkasi Padang.
"Tidak efektif kalau jemaah sedikit," kata dia.
Seperti yang terjadi pada Embarkasi Lombok kata dia, memiliki jemaah sedikit, karena Muslim Nusa Tenggara Timur lebih memilih berhaji lewat Embarkasi Surabaya.
Sementara itu, ia menilai Embarkasi Haji Batam merupakan satu yang terbaik di antara embarkasi lain di Indonesia karena memberikan pelayanan maksimal yang rapi.
Menurut dia, penataan penerimaan hingga pelepasan jemaah haji relatif sangat baik. Seluruh jemaah dibimbing untuk mendapatkan pelayanan terbaik, mulai dari tiba di pelabuhan atau bandara di Batam hingga pemulangan jemaah.
"Ini tidak lepas dari dukungan yang diberikan pemerintah daerah. Karena mestinya urusan haji menjadi urusan pusat, tapi Pemerintah Daerah Kepri memberikan dukungan yang sangat besar sehingga pelaksanaannya baik," kata Ledia.
Di tempat yang sama, Ketua Panitia Pelaksana Ibadah Haji Embarkasi Batam Handarlin Umar menyatakan pelayanan yang diberikan PPIH mulai dari menjemput jemaah di bandara atau pelabuhan hingga pemulangan.
Saat penjemputan, kata dia, PPIH menyiapkan bus langsung dari dekat tangga pesawat. Hingga jemaah yang baru tiba langsung masuk ke dalam bus menuju bandara untuk mengefisienkan waktu.
"Ini untuk menghindari proses antre di dalam ruang tunggu yang mungkin melelahkan jemaah," kata dia.
Di Asrama Hako, PPIH memberlakukan "one stop service". Seluruh keperluan jemaah mulai dari pelayanan kesehatan, pemeriksaan obat-obatan, pemberian gelang identitas, pemberian biaya hidup hingga paspor dilakukan di aula penerimaan.
"Dengan pelayanan 'one stop servive' ini diharapkan jemaah bisa mendapatkan istirahat yang cukup sebelum berangkat ke tanah suci pada keesokan harinya," kata dia. (Antara)
Editor: Rusdianto