Batam (Antara Kepri) - Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani meragukan data Bank Indonesia yang menyebutkan tingginya angka Gini Koefisien Kepri yang mencapai 0,36 pada 2012.
"Saya ragu juga data BI, nanti saya panggil," kata Gubernur Kepri Muhammad Sani usai menghadiri peresmian Loka Rehabilitasi Narkoba Batam, Kepulauan Riau, Selasa.
Ia mengatakan pemerintah sudah sekuat tenaga berupaya untuk menekan ketimpangan pendapatan masyarakat di Kota Batam dengan kabupaten kota lainnya di Kepri.
Dua program unggulan Kepri dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi yaitu membenahi masalah konektivitas dan pembentukan dua kelompok pembangunan yaitu Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun (KPBPB BBK) serta kelompok Natuna Anambas dan Lingga (NAL).
Jika KPBPB BBK dikembangkan ke arah pembangunan industri galangan kapal, elektronik dan lainnya, maka NAL dikembangkan untuk daerah pariwisata dan industri perikanan.
"Semua itu sudah dilakukan demi pemerataan," kata Gubernur.
Pemprov juga berupaya menyelesaikan masalah konektivitas antar daerah di provinsi kepulauan itu dengan membangun banyak pelabuhan.
Menurut Gubernur, konektivitas penting untuk memperlancar arus distribusi barang dan orang.
Sebelumnya, Bank Indonesia merilis angka Gini Rasio yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir di Kepri yaitu 0,30 pada 2007, menjadi 0,36 pada 2012. Gini rasio merupakan indikator untuk mengukur tingkat pemerataan ekonomi atau ketimpangan ekonomi.
BI juga mencatat kontribusi Batam terhadap perekonomian di Kepri mencapai 73 persen, sedang 27 persen sisanya terbadi di enam kabupaten kota lainnya.
Batam sebagai motor ekonomi di Kepri dianggap belum memberikan pengaruh dan dampak signifikan pada daerah sekitarnya.
Sementara itu, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, BI menilai mesin ekonomi Kepri harus didorong untuk digerakkan oleh sektor-sektor produktif.
Dalam pemetaan yang dilakukan, BI menyimpulkan beberapa potensi dan keunggulan daerah yang harus dimanfaatkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, di antara lain bidang pariwisata di Bintan, Natuna dan Anambas, potensi perikanan di semua kabupaten kota dan potensi industri di Tanjungpinang, Karimun dan Lingga. (Antara)
Editor: Rusdianto
"Saya ragu juga data BI, nanti saya panggil," kata Gubernur Kepri Muhammad Sani usai menghadiri peresmian Loka Rehabilitasi Narkoba Batam, Kepulauan Riau, Selasa.
Ia mengatakan pemerintah sudah sekuat tenaga berupaya untuk menekan ketimpangan pendapatan masyarakat di Kota Batam dengan kabupaten kota lainnya di Kepri.
Dua program unggulan Kepri dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi yaitu membenahi masalah konektivitas dan pembentukan dua kelompok pembangunan yaitu Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun (KPBPB BBK) serta kelompok Natuna Anambas dan Lingga (NAL).
Jika KPBPB BBK dikembangkan ke arah pembangunan industri galangan kapal, elektronik dan lainnya, maka NAL dikembangkan untuk daerah pariwisata dan industri perikanan.
"Semua itu sudah dilakukan demi pemerataan," kata Gubernur.
Pemprov juga berupaya menyelesaikan masalah konektivitas antar daerah di provinsi kepulauan itu dengan membangun banyak pelabuhan.
Menurut Gubernur, konektivitas penting untuk memperlancar arus distribusi barang dan orang.
Sebelumnya, Bank Indonesia merilis angka Gini Rasio yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir di Kepri yaitu 0,30 pada 2007, menjadi 0,36 pada 2012. Gini rasio merupakan indikator untuk mengukur tingkat pemerataan ekonomi atau ketimpangan ekonomi.
BI juga mencatat kontribusi Batam terhadap perekonomian di Kepri mencapai 73 persen, sedang 27 persen sisanya terbadi di enam kabupaten kota lainnya.
Batam sebagai motor ekonomi di Kepri dianggap belum memberikan pengaruh dan dampak signifikan pada daerah sekitarnya.
Sementara itu, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, BI menilai mesin ekonomi Kepri harus didorong untuk digerakkan oleh sektor-sektor produktif.
Dalam pemetaan yang dilakukan, BI menyimpulkan beberapa potensi dan keunggulan daerah yang harus dimanfaatkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, di antara lain bidang pariwisata di Bintan, Natuna dan Anambas, potensi perikanan di semua kabupaten kota dan potensi industri di Tanjungpinang, Karimun dan Lingga. (Antara)
Editor: Rusdianto