Batam (Antara Kepri) - Dinas Pendidikan Kota Batam Kepulauan Riau menyatakan kota itu nyaris mencapai bebas buta aksara, berdasarkan survei terkini yang dilakukan pemerintah pusat.
"Angka buta aksara di sudah 0,01 persen. Batam nyaris bebas buta aksara, rasanya Batam sudah bebas," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin di Batam, Rabu.
Kota itu bahkan pernah meraih penghargaan Widya Krama dari Kementerian Pendidikan pada 2013, karena keberhasilan menekan angka buta aksara.
Ia mengatakan buta aksara masih dialami masyarakat yang tinggal di pulau-pulau penyangga, karena keterbatasan akses pendidikan.
"Buta aksara paling banyak di pulau," kata dia.
Buta aksara juga paling banyak dialami perempuan, karena masih enggannya kaum hawa menempuh jenjang pendidikan.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Batam Hasyimah mengatakan kebanyakan buta aksara tinggal di pulau.
"Umumnya orang-orang tua, kalau anak muda sudah bisa membaca semua karena pemerintah terus menggencarkan pentingnya membaca dan menyelenggarakan gelar paket," kata dia.
Dulu, warga pulau kesulitan mengakses pendidikan, karena kebanyakan sekolah berlokasi di pulau utama, dekat dengan kota namun saat ini Hasyimah mengatakan sudah banyak sekolah yang berdiri di pulau.
Di tempat yang sama, Kepala Sub Direktorat Pendidikan Keserataraan dan Pendidikan Berkelanjutan Kementerian Pendidikan, Kastum, mengatakan secara nasional lebih dari 60 persen buta aksara adalah perempuan.
Sementara itu, Pemerintah mencanangkan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marginal (GP3M) di kota itu untuk meningkatkan kapasitas perempuan.
Sejumlah faktor pendukung untuk pencanangan GP3M yang dilakukan di Batam antara lain pendirian desa vokasi, penyelenggaraan Paket A, B dan C serta pemberian bantuan vokasi melalui PKK dan kecamatan.
Seluruh program itu diselenggarakan khusus untuk perempuan yang terpinggirkan. (Antara)
Editor: Rusdianto
"Angka buta aksara di sudah 0,01 persen. Batam nyaris bebas buta aksara, rasanya Batam sudah bebas," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin di Batam, Rabu.
Kota itu bahkan pernah meraih penghargaan Widya Krama dari Kementerian Pendidikan pada 2013, karena keberhasilan menekan angka buta aksara.
Ia mengatakan buta aksara masih dialami masyarakat yang tinggal di pulau-pulau penyangga, karena keterbatasan akses pendidikan.
"Buta aksara paling banyak di pulau," kata dia.
Buta aksara juga paling banyak dialami perempuan, karena masih enggannya kaum hawa menempuh jenjang pendidikan.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Batam Hasyimah mengatakan kebanyakan buta aksara tinggal di pulau.
"Umumnya orang-orang tua, kalau anak muda sudah bisa membaca semua karena pemerintah terus menggencarkan pentingnya membaca dan menyelenggarakan gelar paket," kata dia.
Dulu, warga pulau kesulitan mengakses pendidikan, karena kebanyakan sekolah berlokasi di pulau utama, dekat dengan kota namun saat ini Hasyimah mengatakan sudah banyak sekolah yang berdiri di pulau.
Di tempat yang sama, Kepala Sub Direktorat Pendidikan Keserataraan dan Pendidikan Berkelanjutan Kementerian Pendidikan, Kastum, mengatakan secara nasional lebih dari 60 persen buta aksara adalah perempuan.
Sementara itu, Pemerintah mencanangkan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marginal (GP3M) di kota itu untuk meningkatkan kapasitas perempuan.
Sejumlah faktor pendukung untuk pencanangan GP3M yang dilakukan di Batam antara lain pendirian desa vokasi, penyelenggaraan Paket A, B dan C serta pemberian bantuan vokasi melalui PKK dan kecamatan.
Seluruh program itu diselenggarakan khusus untuk perempuan yang terpinggirkan. (Antara)
Editor: Rusdianto