Gubernur Ansar ajak remaja puteri hidup sehat songsong 2045

id Generasi Indonesia sehat,Stunting kepri

Gubernur Ansar ajak remaja puteri hidup sehat songsong 2045

Gubernur Kepri Ansar Ahmad. ANTARA/Ogen

Tanjungpinang (ANTARA) - Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad mengajak remaja puteri hidup sehat karena generasi muda yang sehat dan berkecukupan gizi menjadi salah satu modal utama untuk menyongsong Indonesia emas tahun 2045.

"Demi mewujudkan generasi muda yang sehat, hari ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menggagas gerakan nasional aksi bergizi," kata Gubernur Ansar di sela kegiatan Gerakan Nasional Aksi Bergizi Provinsi Kepri di Aula Wan Seri Beni, Kota Tanjungpinang, Rabu.

Menurutnya Gerakan Nasional Aksi Bergizi digelar dalam rangka menekan kasus stunting atau kekerdilan di Indonesia melalui pemberian tablet penambah darah kepada seluruh remaja puteri di Indonesia.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita karena kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, hingga kurangnya stimulasi gizi.

Ia menyampaikan pemerintah telah menetapkan target capaian angka stunting di Indonesia pada 2024 ditekan hingga 14 persen, dari 24 persen pada 2021.

"Berdasarkan data stunting Kemenkes, setiap bayi yang lahir memiliki 23 persen risiko stunting dengan panjang badan di bawah 48 persen. Sisanya, 77 persen atau hampir 80 persen terjadi sesudah lahir, sehingga perlu ada dua intervensi, yakni sebelum dan sesudah kelahiran," ujar Ansar.

Dia menyatakan langkah pencegahan untuk stunting dilakukan dengan memastikan remaja putri di Indonesia saat ini terpenuhi gizinya dan tidak kekurangan darah merah.

Ansar menyebut jika remaja putri Indonesia saat ini sudah kekurangan darah dan gizi, maka saat kehamilan risiko janin tersebut terkena stunting bisa lebih besar.

"ini yang sangat kita antisipasi dengan pemberian tablet tambah darah," ucapnya.

Lanjutnya menjelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 mengatur tentang ketentuan remaja puteri menerima tablet tambah darah (TTD), karena kondisi gizi bayi sebelum dilahirkan perlu diperbaiki.

Dari Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2018 yang dihimpun Direktorat Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI melaporkan, kasus anemia atau kurang darah pada remaja masih cukup tinggi, berkisar di atas 20 persen dari total populasi usia remaja.

Pada usia 5 hingga 14 tahun, kasus anemia 26,8 persen, usia 15 hingga 24 tahun 32 persen. Selain itu, jumlah remaja putri yang memperoleh TTD dalam 12 bulan terakhir berkisar 76,2 persen, tapi hanya 1,4 persen yang mengonsumsi TTD sesuai anjuran.

Oleh karena itu, sambungnya, Pemprov Kepri akan menggalakkan konsumsi tablet tambah darah secara rutin setiap satu minggu sekali di seluruh sekolah. Pemenuhan gizi juga diperhatikan dengan seksama termasuk pola hidup bersih dan sehat di setiap sekolah.

"Kita ingin anak-anak di Kepri bisa terus sehat dan nantinya juga melahirkan generasi yang cerdas di masa depan, saya akan memberikan instruksi langsung ke Kepala sekolah agar aksi ini benar-benar berjalan dan dilaksanakan," katanya.

Lebih lanjut Ansar mengungkapkan dari hasil survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) melaporkan bahwa selama tahun 2021 telah terjadi peningkatan prevalensi angka stunting di Kepri, yaitu dari 16,8 persen menjadi 17,6 persen.

Provinsi Kepri masih berada di posisi terbaik keempat berdasarkan Hasil Riset Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) Tahun 2021 se-Indonesia untuk temuan kasus balita dengan status stunting, setelah Bali, DKI dan Yogyakarta.

"Berdasarkan hasil analisis persentase stunting pada anak balita di Kepri tahun 2021 dengan target sebesar 20 persen dapat tercapai sebesar 17,6 persen sehingga capaian kinerja sebesar 113,6 persen atau dalam kategori sangat baik," kata Ansar.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE