Pakar: Penelitian kesehatan berbasis biokimia klinik sangat penting

id guru besar ui,ui depok,akademisi ui,diabetes melitus,farmasi UI,biokimia klinik

Pakar: Penelitian kesehatan berbasis biokimia klinik sangat penting

Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) Prof. apt. Rani Sauriasari, M.Med.Sci., Ph.D., (FOTO ANTARA/HO: Humas UI))

Depok (ANTARA) - Penelitian kesehatan berbasis biokimia klinik di populasi Indonesia, terutama yang berkaitan dengan penyakit tidak menular kronis, dinilai penting.

Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) Prof. apt. Rani Sauriasari, M.Med.Sci., Ph.D., menyebut diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular kronis yang masuk dalam kategori kedaruratan kesehatan terpesat pada abad ke-21.

"Penyakit ini memiliki prevalensi yang meningkat pesat, baik secara nasional maupun global," kata Rani Sauriasari di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Kamis (9/3/2023).

"Perlu diantisipasi, sebab jika tidak, dikhawatirkan akan menjadi beban kesehatan terbesar bagi negara," tambahnya.

Ia mengemukan data International Diabetes Federation (IDF) melalui Diabetes Atlas, jumlah penderita diabetes di Indonesia pada 2021 sebanyak 19,5 juta jiwa dan diperkirakan bertambah hingga 23,5 juta jiwa pada 2030.

Data ini menempatkan Indonesia di urutan kelima di dunia setelah Tiongkok, India, Pakistan, dan Amerika Serikat.

Beberapa studi, kata dia, melaporkan bahwa kontrol glikemik pada pasien diabetes melitus di Indonesia masih suboptimal dan banyak pasien yang mengalami komplikasi. Komplikasi diabetes melitus, seperti gagal ginjal, menjadi penyakit katastropik yang memerlukan perawatan lama dan biaya besar.

Selain itu, kata dia, komplikasi ginjal pada diabetes melitus yang dikenal sebagai penyakit ginjal diabetik sering kali terlambat diketahui karena keterbatasan pemahaman perkembangan penyakit (patogenesis).

Menurut Rani, perkembangan penyakit ini melibatkan berbagai mekanisme, sehingga biomarker tunggal tidak cukup untuk menggambarkan keseluruhan proses yang terjadi. Sebagai gantinya, sebuah panel biomarker dianggap lebih mewakili berbagai mekanisme perkembangan penyakit dan memiliki potensi sebagai biomarker yang lebih akurat.

Berdasarkan hasil kajian, ada tiga kelompok biomarker dalam patogenesis penyakit ginjal diabetik, yaitu biomarker terkait kerusakan glomerulus, biomarker terkait inflamasi, dan biomarker terkait kerusakan tubulus.

Penyakit ginjal diabetik melibatkan berbagai proses patogenesis yang menyebabkan perubahan biokimiawi tubuh. Informasi dari parameter biokimia berguna untuk proses pemilihan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga tercapai luaran yang diinginkan, terhindar dari timbulnya efek samping, serta mengurangi biaya pengobatan.






 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar UI: Penting penelitian kesehatan berbasis biokimia klinik

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE