Batam (ANTARA) - Dinas Perikanan Kota Batam Kepulauan Riau menerapkan sistem bioflok untuk budidaya ikan air tawar guna memenuhi permintaan bahan pangan bergizi itu.
Kepala Dinas Perikanan Kota Batam Yudi Admajianto mengatakan permintaan komoditas ikan air tawar relatif besar. Namun, keterbatasan lahan menjadi kendala utama nelayan dalam upaya mengembangkan budidaya ikan air tawar.
“Demand untuk ikan lele mencapai 5 ton per hari,” kata Yudi Admajianto Kepala Dinas Perikanan di Batam, Kamis.
Baca juga: Pemkot Batam gelar kontes binaraga internasional sampai 12 Agustus
“Ikan lele dan ikan nila memiliki banyak permintaan dari restoran dan warung,” kata Yudi lagi.
Karenanya, Dinas Perikanan terus mendukung budidaya air tawar dengan sistem bioflok guna memenuhi pemintaan masyarakat.
Bioflok berasal dari kata bios yang berarti kehidupan, dan flok yang berarti gumpalan. Gumpalan yang berkehidupan ini terdiri terdiri dari kumpulan berbagai organisme yang akan menjadi pakan untuk ikan.
Sistem bioflok diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ikan tanpa memerlukan lahan yang luas.
Baca juga: Pemko Batam ajak masyarakat pilah sampah yang miliki nilai ekonomis
Yudi mengatakan pada tahun ini pihaknya telah mengimplementasikan 79 bioflok. Dan rencananya pada tahun 2025 dirambah menjadi 80 unit bioflok.
Kepala Dinas menjelaskan bahwa sistem bioflok merupakan salah satu upaya dari dinas perikanan untuk mendukung petani ikan dengan memberi modal awal.
“Kita berikan modal awal kepada nelayan dengan harapan panen dapat dilakukan tiga hingga empat kali dalam setahun,” katanya.
”Kolam yang menggunakan sistem bioflok bisa bertahan hingga lima tahun,” lanjut dia.
Langkah ini sesuai dengan upaya Dinas Perikanan untuk memperkuat budidaya dan pemberdayaan nelayan serta meningkatkan daya saing sektor perikanan.
“Saat ini, kami sudah membantu hampir 100 kelompok petani ikan.”
Baca juga:
Pemkab Natuna terima penghargaan UHC dari BPJS Kesehatan
Pemkot Batam sebut inovasi OPD upaya beri pelayanan terbaik bagi masyarakat
Komentar