Batam (ANTARA) - Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad dalam kunjungannya ke Batam melakukan pertemuan dengan sejumlah perwakilan operator untuk membahas mahalnya tarif feri atau penyeberangan Batam-Singapura.
Pemprov Kepri mengundang perwakilan manajemen operator kapal feri yang melayani perjalanan dari Batam ke Singapura seperti Sindo, Batam Fast dan Majestic. Pertemuan berlangsung di Apartemen Panbil Kota Batam.
"Sejak pandemi COVID-19 tarif tiket pulang-pergi (PP) yang sebelumnya di kisaran Rp480 ribu naik menjadi Rp760 ribu, dan ini sudah berlangsung selama dua tahun lebih. Hal tersebut terus dikeluhkan," kata Gubernur Kepri Ansar Ahmad dalam keterangan di Batam, Senin.
Ia mendorong segera dibentuk tim survei yang membuat kajian, dengan cara turun langsung ke lapangan guna meneliti apa saja penyebab tiket tetap mahal setelah pandemi COVID-19 usai.
Sejauh ini kenaikan tarif tiket kapal feri sendiri khususnya Batam - Singapura dipengaruhi oleh kenaikan seaport tax baik di pelabuhan Singapura dan khususnya di Pelabuhan Batam.
Seaport tax atau tarif pass masuk pelabuhan yang awalnya hanya Rp65 ribu naik menjadi Rp100 ribu.
"Ini yang menjadi penyebab tarif tiket kapal feri Batam ke Singapura naik," ujar Ansar.
Sementara itu, faktor lainnya yang mempengaruhi kenaikan tarif tiket kapal feri, tidak ditemukan.
Mulai dari bahan bakar minyak, suku cadang dan juga biaya agen pelayaran baik di Batam dan Singapura, faktor-faktor tersebut bukan menjadi pengaruh kenaikan harga tiket.
"Kalau tidak ada kenaikan yang bisa mempengaruhi kenaikan tarif tiket, harapan semua pihak adalah untuk bisa menurunkan harga. Agar tingkat okupansi atau isian penumpang bisa tetap ramai," kata Ansar.
Dengan turunnya tarif tiket kapal Batam-Singapura diharapkan secara otomatis akan berimbas kepada naiknya tingkat isian kapal itu sendiri, termasuk akan mendorong naiknya jumlah kunjungan wisatawan luar negeri ke Kepri.
Komentar