Menjahit luka di Sumatera

id kementerian kesehatan,bencana sumatera,penanggulangan bencana,banjir dan longsor sumatera

Menjahit luka di Sumatera

Arsip - Sejumlah pengungsi bencana banjir bandang dan longsor membawa bantuan sembako di Kelurahan Hutanabolon, Kecamatan Tukka,Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Minggu (8/12/2025). Banyaknya akses terputus akibat bencana dan wilayah perbukitan menyebabkan pendistibusian bantuan untuk korban bencana belum merata. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Jakarta (ANTARA) - Air yang identik dengan kehidupan justru menjadi pemutus kehidupan, kala limpahan elemen itu melanda tiga provinsi di Sumatera. Memboyong gelondongan kayu, seng karatan, rumah-rumah, menghantam warga, memadamkan sambungan listrik serta mimpi-mimpi, memutus jalinan komunikasi yang runtuh bersama puluhan jembatan.

November yang harusnya jadi persiapan untuk menyambut pergantian tahun yang ceria, menjadi masa penuh duka dan panik, berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan.

Teringat lagu dari penyanyi Sherina Munaf, "Indonesia Menangis", kembali Tuhan menghempaskan jari-Nya di ujung negeri, buah dari bumi yang disakiti sampai ke perutnya.

Tetapi, air mata saja tidak akan membawa perubahan. Perlu ada keringat, bahkan darah yang dikucurkan untuk menolong sesama. Mencari sebab musabab sambil mengobati luka yang menganga.

Kementerian Kesehatan mengatakan, ada total sekitar 847 ribu pengungsi akibat bencana yang menimpa Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Terbanyak adalah Aceh, dengan jumlah sebanyak 788 ribu orang, karena jembatan-jembatannya banyak yang tinggal nama.

Dengan tiadanya listrik, bensin, kata Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus, layanan kesehatan menjadi terganggu. Ada setidaknya 31 RS dan 156 puskesmas yang terdampak di ketiga provinsi.

Penyakit-penyakit akibat banjir pun bermunculan: demam, batuk pilek, penyakit kulit, diare. Bahkan, menurut temuan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mendominasi penyakit yang banyak ditemukan pada anak-anak di masa krisis ini.

Oleh karena itu, pemerintah pun cepat tanggap dengan mengirimkan bantuan berupa obat-obatan, alat kesehatan, dan menjalin kerja sama dengan Pertamina untuk memastikan ada daya untuk kelangsungan sejumlah fasilitas, seperti bank darah, agar stoknya tidak rusak.

Bahkan, Presiden Prabowo Subianto meminta agar dokter-dokter magang ikut turun membantu mereka di Sumatera. Hal ini disampaikan dalam rapat di Aceh, pada Minggu (7/12).

Dengan sigap Kemenkes mengiyakan, mengirimkan yang magang serta para spesialisnya, dan meminta bantuan Kementerian Pertahanan untuk mengirimkan para dokternya juga untuk membimbing yang masih magang.

Untuk menjalin tali silaturahim dengan dunia luar, pemerintah juga memastikan kelancaran komunikasi menggunakan Starlink.

Tak lupa, pemerintah memastikan bahwa puluhan ribu ton bantuan sudah dikirim ke wilayah terdampak.

Presiden Prabowo Subianto pun memerintahkan jajarannya untuk alokasi Dana Siap Pakai (DSP) dalam APBN jika diperlukan untuk kebutuhan penanganan dampak banjir bandang dan longsor di tiga provinsi Sumatera, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Instruksi itu juga berlaku untuk kementerian dan lembaga yang terlibat dalam penanganan dampak bencana.

Tak hanya pemerintah pusat saja, pemerintah daerah pun mengulurkan bantuannya untuk saudara-saudara di Sumatera.

Para relawan pun tergerak. Palang Merah Indonesia (PMI) mengirimkan total 1.070 kantong darah ke daerah terdampak untuk membantu korban bencana Sumatera yang anemia serta kasus perdarahan seperti komplikasi melahirkan, kecelakaan, dan kebutuhan operasi.

Pemerintah terus mengerahkan aset-asetnya, seperti kementerian, lembaga, TNI, Polri, untuk menangani bencana banjir dan longsor ini. Selain itu, juga mempersiapkan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah tersebut.

Tidak ada asap tanpa api. Oleh karena itu, pemerintah juga mencari asal usul penyebab bencana itu.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menjahit luka Sumatera yang menganga

Pewarta :
Uploader: Nadilla
COPYRIGHT © ANTARA 2025


Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE