Ia menyatakan tingkat hunian di setiap rusun berbeda, tergantung lokasinya. Ada rusun yang penuh dan ada pula yang kosong.
"Tidak semua kosong, banyak juga yang penuh, tergantung lokasinya. Seperti di Tembesi dan Sekupang itu penuh. Yang di Tanjunguncang sepi, karena pekerjaan di sana juga sudah sepi," kata Herman Rozie.
Pemkot Batam mengelola 30 blok kembar rusun yang tersebar di penjuru kota. Selain Pemkot, rusun di kota itu juga dikelola oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Batam serta Badan Peyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
Selain karena lokasi, menurut dia, warga Batam masih belum terbiasa tinggal di rumah susun, dan lebih memilih rumah tapak.
"Orang masih suka tinggal di rumah tapak," kata dia.
Saat ini, Rusun Pemkot Batam masih dikelola Unit Pelaksana Tugas Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan.
Menurut dia, pengelolaan Rusun saat ini masih disubsidi pemerintah untuk biaya pemeliharaan, sehingga belum bisa dijadikan Badan Layanan Usaha Daerah.
"Belum bisa jadi BLUD, karena masih mengandalkan APBD," kata dia.
Rencananya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan menbangun tiga blok kembar di Batam tahun ini. Namun, Rozie belum memastikannya.
"Itu belum pasti, kami masih menunggu kabarnya," kata Herman.
Pemkot sudah menyiapkan lahan pembangunan rusun itu, di Batamindo Kecamatan Sei Beduk dan Putra Jaya di Kecamatan Batuaji.
Menurut dia, dua lokasi itu strategis untuk Rusun, karena dekat dengan kawasan industri.
"Kalau rusun dibangun di dua lokasi itu, akan ramai karena lokasinya strategis," kata dia. (baca juga: Pembangunan rumah murah Batam diarahkan ke rusun)
Editor: Rusdianto
Komentar