ACT galang dana untuk penderita kelainan saraf

id act kepri, bantu sri lawan penyakit syaraf,kitabisa.com

ACT galang dana untuk penderita kelainan saraf

Relawan ACT Kepri mengunjungi warga Kota Batam yang menderita penyakit saraf, Sri, di kediamannya. (Humas ACT)

Batam (ANTARA) (ANTARA) - Aksi Cepat Tanggap Provinsi Kepulauan Riau menggalang dana untuk membantu penyembuhan warga Kota Batam penderita kelainan saraf, Sri Rismawati, melalui www.kitabisa.com.

Relawan Mobile Social Rescue-Aksi Cepat Tanggap (ACT) Intan Komalasari di Batam, Kamis (11/4), mengatakan Sri divonis mengidap Disfagia Saraf 16 dan Myastheria Gravis.
Penyakit ini merupakan gangguan saraf dan otot menelan, yang mengakibatkan Sri tidak dapat menelan cairan atau makanan yang ada di mulutnya.

Sebenarnya, biaya pengobatan perempuan 42 tahun itu ditanggung oleh jaminan kesehatan dari pemerintah. Tetapi biaya lain seperti susu, selang serta suntikan sebagai alat Sri mengalirkan gizi ke tubuhnya tidak ditanggung BPJS.

Sejak awal Maret 2019, MSR-ACT melakukan pendampingan medis terhadap Sri. Biaya yang tak tercover BPJS dipenuhi MSR.

"Untuk susu, penggantian selang dan suntikan secara rutin kami 'cover', tim MSR melakukan pendampingan terhadap medis Sri. Susu dan air mineral satu-satunya asupan gizi Sri," kata Intan.

Karena Sri tidak dapat menelan makanan, maka seluruh nutrisi yang dibutuhkan tubuhnya dimasukkan menggunakan selang, melalui hidung hingga lambungnya.

Selain cairan pengganti makanan, selang itu juga mengalirkan air mineral steril serta susu khusus ke tubuh Sri.

Setiap dua pekan sekali Sri harus mengganti selang yang terpasang di tubuhnya itu. Selain itu, suntikan untuk memasukkan makanan ke selang juga harus diganti per tiga hari.

Untuk selang yang diganti tiap dua pekan sekali, Sri harus merogoh kocek Rp120 ribu. Kemudian suntikan yang perlu diganti setiap tiga hari seharga Rp20 ribu. Dan susu yang diasupnya berharga Rp300 ribu rupiah per kilogram.

Intan bercerita, suami Sri (47) bekerja di bengkel dengan penghasilan tidak menentu.

Kondisi ekonomi keluarga yang rendah juga membuat pendidikan kelima anak pasangan Sri dan Ridwan terkendala. Anak pertama dan kedua Sri yang saat ini sudah berumur 21 dan 15 tahun terpaksa putus sekolah.

Sedangkan anak ketiga Sri dan Ridwan yang saat ini berusia 12 tahun sedang mengenyam pendidikan dengan biaya yang ditanggung kerabatnya.

Akan tetapi, anak keempat dan bungsu mereka yang kini sudah menginjak umur 10 dan 8 tahun sama sekali belum pernah mencicipi bangku pendidikan formal.


Kini, tim MSR sedang melakukan penggalangan dana secara daring melalui www.kitabisa.com/bantusribertahan.

Intan menyatakan, penggalangan dana itu nantinya akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan Sri serta pengobatannya.

Selain itu, dana donasi itu akan digunakan untuk pembiayaan pendidikan kelima anak Sri.

"Sejak Senin (8/4) kemarin hingga 89 hari ke depan donasi kami buka di Kitabisa," kata Intan.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE