Pengamat: Pilkada Kepri 2020 kurang seksi

id Pengamat, Pilkada Kepri, kurang seksi

Pengamat: Pilkada Kepri 2020 kurang seksi

Sejumlah pengurus Partai Nasdem mengambil formulir pendaftaran Cagub dan Cawagub Kepri untuk Rudi di Sekretariat DPD Partai Golkar Kepri, Jumat. ANTARA/Nikolas Panama

Tanjungpinang (ANTARA) - Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Kepulauan Riau kurang seksi lantaran yang berpotensi bertarung politisi wajah lama, kata pengamat politik, Bismar Arianto.

"Politisi yang potensial maju, yang nampak mulai muncul di permukaan, seperti Soerya Respationo, Ismeth Abdullah, dan Ansar Ahmad. Ini wajah lama, yang pernah duduk sebagai gubernur dan wakil gubernur, atau pernah mencalonkan diri sebagai gubernur dan wakil gubernur pada pilkada sebelumnya," ujar Bismar di Tanjungpinang, Jumat.

Nama figur lainnya yang muncul menjelang Pilkada Kepri 2020 yakni Huzrin Hood, terlepas hasil akhirnya apakah ditetapkan sebagai calon gubernur atau tidak.

Sementara Isdianto yang saat ini menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Kepri "pasrah" menunggu keputusan PDIP, kecuali beliau berani meninggalkan partai tersebut untuk bertarung pada pilkada, atau berpasangan dengan Ketua DPW PDIP Kepri Soerya Respationo.

Sedangkan Wali Kota Batam Rudi, wajah baru yang potensial bertarung pada Pilkada Kepri 2020.

"Jadi nyaris tidak ada sesuatu yang baru dalam pilkada ini, meski peta politik pada Pilkada Kepri 2020 berbeda dengan lima tahun lalu. Ini yang membuat pilkada kurang seksi dalam konteks politisi yang bertarung," katanya.

Figur yang bertarung pada pilkada, juga mempengaruhi pemilu apakah menggunakan hak pilihnya pada pilkada atau tidak. Jika politisi yang bertarung gagal menjadi magnet bagi pemilih, maka potensial memberi pengaruh negatif pada partisipasi pemilih.

"Semestinya kandidat dan partai politik mampu mendorong pemilih menggunakan hak pilih, bukan hanya mengandalkan sosialisasi atau dorongan dari penyelenggara pemilu," singgungnya.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE