Bintan (ANTARA) - Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) berkebangsaan, Jepang, China hingga Brasil mulai menikmati keindahan wisata bahari di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) seiring dibukanya jalur laut dengan negara tetangga Singapura.
Meskipun jumlahnya relatif masih sedikit, namun kehadiran turis asing tersebut paling tidak menjadi angin segar bagi pemulihan ekonomi para pelaku wisata bahari di Bintan setelah dua tahun terdampak pandemi COVID-19.
"Alhamdulillah, sudah tiga hari terakhir ada sekitar enam turis asing, masing-masing dari Jepang, China dan Brasil datang berwisata kemari untuk snorkeling," kata Karno, pemilik Kelong Bintan Nemo atau wisata bahari berkonsep rumah panggung di tengah laut yang berlokasi di Pantai Trikora, Karno, Sabtu (16/4).
Karno menyebut wisman tersebut datang menggunakan agen perjalanan dari Singapura dan menginap di hotel kawasan wisata Lagoi, Bintan. Mereka umumnya memang tinggal sementara di negeri jiran itu terkait urusan pekerjaan.
Oleh karenanya, mereka hanya mengambil perjalanan satu hari atau day trip di Bintan Nemo untuk sekedar snorkeling menikmati pemandangan alam bawah laut beserta biota yang ada, salah satunya ikan nemo.
"Uniknya, di sini wisman bisa foto atau video dengan ikan nemo, karena kami punya tim dokumentasi sendiri," ujar Karno.
Menurutnya wisman dikenai biaya sebesar Rp450 ribu per orang untuk snorkeling tapi tidak dapat makan siang, melainkan makanan ringan pop mie. Sementara wisatawan lokal dikenai biaya sebesar Rp350 ribu per orang.
Sedangkan bagi wisman maupun wisatawan lokal yang ingin menginap di Bintan Nemo, per orang untuk per malam dikenai biaya Rp600 ribu, namun sudah dapat makan-minum serta bebas melakukan aktivitas bahari, mulai dari senorkeling, kayaking, hingga fishing.
"Jadi, selama dua tahun terakhir sejak pandemi melanda, kami hanya mengandalkan kunjungan wistawan lokal, itu pun hanya Sabtu-Minggu, istilahnya cukup buat bertahan hidup," ujar dia.
Namun, dia optimistis dengan kembali dibukanya pintu pelabuhan internasional Provinsi Kepri dengan Singapura maupun Malaysia, akan berdampak terhadap peningkatan kunjungan wisman ke Bintan Nemo.
"Rencananya tanggal 17 April 2022, sudah ada jadwal kunjungan wisman dari Singapura kemari," imbuhnya.
Lebih lanjut Karno menyampaikan wisman yang datang ke Bintan Nemo dalam beberapa hari ke belakang mengaku sangat antusias dapat kembali berlibur ke Bintan setelah dua tahun terhalang pandemi.
Para wisman tersebut menyatakan kerinduannya melakukan senorkeling dan mencicipi aneka makanan laut di Bintan.
Ia juga memastikan wisman tersebut bebas COVID-19, karena telah dites PCR di Singapura dengan biaya 100 Dollar.
"Mereka akui dua tahun seperti terkurung di dalam sangkar, karena tak bisa berlibur ke mana-mana," ucap Karno.
Sementara, Gubernur Kepri Ansar Ahmad meminta diskresi kepada pemerintah pusat agar wisman yang datang di pintu pelabuhan setempat tidak perlu melampirkan bukti hasil negatif tes PCR melainkan cukup tes antigen.
Menurutnya biaya tes PCR yang relatif tinggi di Singapura masih menjadi kendala untuk menarik minat wisman datang ke Kepri.
"Kalau kebijakan tes PCR itu dihapus, saya yakin wisman yang datang pasti bertambah, tentu ini akan mempercepat pemulihan ekonomi," ucap Ansar.
Baca juga:
Mendagri sebut wisman Singapura rindu berwisata ke Batam
Pemprov Kepri optimistis Menhub segera ijinkan pelayaran rute Karimun-Malaysia
Dispar Kepri harapkan dua pelabuhan internasional di Batam dibuka
Meskipun jumlahnya relatif masih sedikit, namun kehadiran turis asing tersebut paling tidak menjadi angin segar bagi pemulihan ekonomi para pelaku wisata bahari di Bintan setelah dua tahun terdampak pandemi COVID-19.
"Alhamdulillah, sudah tiga hari terakhir ada sekitar enam turis asing, masing-masing dari Jepang, China dan Brasil datang berwisata kemari untuk snorkeling," kata Karno, pemilik Kelong Bintan Nemo atau wisata bahari berkonsep rumah panggung di tengah laut yang berlokasi di Pantai Trikora, Karno, Sabtu (16/4).
Karno menyebut wisman tersebut datang menggunakan agen perjalanan dari Singapura dan menginap di hotel kawasan wisata Lagoi, Bintan. Mereka umumnya memang tinggal sementara di negeri jiran itu terkait urusan pekerjaan.
Oleh karenanya, mereka hanya mengambil perjalanan satu hari atau day trip di Bintan Nemo untuk sekedar snorkeling menikmati pemandangan alam bawah laut beserta biota yang ada, salah satunya ikan nemo.
"Uniknya, di sini wisman bisa foto atau video dengan ikan nemo, karena kami punya tim dokumentasi sendiri," ujar Karno.
Menurutnya wisman dikenai biaya sebesar Rp450 ribu per orang untuk snorkeling tapi tidak dapat makan siang, melainkan makanan ringan pop mie. Sementara wisatawan lokal dikenai biaya sebesar Rp350 ribu per orang.
Sedangkan bagi wisman maupun wisatawan lokal yang ingin menginap di Bintan Nemo, per orang untuk per malam dikenai biaya Rp600 ribu, namun sudah dapat makan-minum serta bebas melakukan aktivitas bahari, mulai dari senorkeling, kayaking, hingga fishing.
"Jadi, selama dua tahun terakhir sejak pandemi melanda, kami hanya mengandalkan kunjungan wistawan lokal, itu pun hanya Sabtu-Minggu, istilahnya cukup buat bertahan hidup," ujar dia.
Namun, dia optimistis dengan kembali dibukanya pintu pelabuhan internasional Provinsi Kepri dengan Singapura maupun Malaysia, akan berdampak terhadap peningkatan kunjungan wisman ke Bintan Nemo.
"Rencananya tanggal 17 April 2022, sudah ada jadwal kunjungan wisman dari Singapura kemari," imbuhnya.
Lebih lanjut Karno menyampaikan wisman yang datang ke Bintan Nemo dalam beberapa hari ke belakang mengaku sangat antusias dapat kembali berlibur ke Bintan setelah dua tahun terhalang pandemi.
Para wisman tersebut menyatakan kerinduannya melakukan senorkeling dan mencicipi aneka makanan laut di Bintan.
Ia juga memastikan wisman tersebut bebas COVID-19, karena telah dites PCR di Singapura dengan biaya 100 Dollar.
"Mereka akui dua tahun seperti terkurung di dalam sangkar, karena tak bisa berlibur ke mana-mana," ucap Karno.
Sementara, Gubernur Kepri Ansar Ahmad meminta diskresi kepada pemerintah pusat agar wisman yang datang di pintu pelabuhan setempat tidak perlu melampirkan bukti hasil negatif tes PCR melainkan cukup tes antigen.
Menurutnya biaya tes PCR yang relatif tinggi di Singapura masih menjadi kendala untuk menarik minat wisman datang ke Kepri.
"Kalau kebijakan tes PCR itu dihapus, saya yakin wisman yang datang pasti bertambah, tentu ini akan mempercepat pemulihan ekonomi," ucap Ansar.
Baca juga:
Mendagri sebut wisman Singapura rindu berwisata ke Batam
Pemprov Kepri optimistis Menhub segera ijinkan pelayaran rute Karimun-Malaysia
Dispar Kepri harapkan dua pelabuhan internasional di Batam dibuka