Jakarta (ANTARA) - Penularan flu burung ke manusia jarang terjadi, namun hal tersebut tetap berisiko sehingga tidak boleh dianggap remeh. Hal itu disampaikan oleh Guru Besar Biologi Molekular Universitas Airlangga Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom, drh., MS.

"Sebetulnya, WHO juga mengatakan bahwa kejadian (penularan flu burung ke manusia) yang di Kamboja itu kejadian yang jarang, tapi bisa terjadi. Artinya, kemungkinan tetap berisiko. Jadi flu burung itu tidak bisa kita remehkan," kata Chairul dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Kamis.

Meski demikian, Chairul menambahkan masyarakat juga tak perlu khawatir berlebihan sebab hingga saat ini belum ada insiden penularan flu burung antar manusia.

"Yang ada adalah virusnya menular dari unggas ke orang tertentu di sekitarnya," ujarnya.

Chairul menjelaskan, hal tersebut disebabkan karena tempat penempelan atau reseptor virus flu burung berbeda dengan reseptor virus flu musiman yang dapat menular antar manusia.

Reseptor virus flu burung adalah asam sialat (SA) alpha-2,3 yang banyak terdapat pada burung atau unggas. Sementara reseptor virus influenza musiman pada manusia adalah alpha-2,6 galaktosa yang banyak berada di permukaan sel organ saluran pernapasan atas.

Menurut Chairul, penularan virus flu burung ke manusia bisa terjadi apabila konsentrasi virus sangat tinggi. Misalnya, saat seseorang yang kekebalan tubuhnya kurang baik memasuki satu wilayah dengan konsentrasi virus yang sangat tinggi, maka virus sangat mungkin masuk ke saluran pernapasan.

Dia mengatakan bahwa ancaman infeksi flu burung pada manusia tetap terbuka. Sehingga, pengendalian flu burung harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Penularan flu burung ke manusia jarang terjadi namun tetap berisiko

Pewarta : Suci Nurhaliza
Editor : Fery Heriyanto
Copyright © ANTARA 2024