Tanjungpinang (ANTARA) - Pulau Penyengat di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sangat terkenal di negeri jiran Malaysia. Tak heran jika warga negara tetangga itu ingin berkunjung ke pulau bersejarah tersebut.
"Pesona Pulau Penyengat yang disampaikan dari mulut ke mulut hingga dipromosikan melalui berbagai platform media sosial, membuat banyak warga Malaysia penasaran dan berbondong-bondong ingin datang kemari," kata Pemandu Wisata asal Malaysia, Shazwan di Pulau Penyengat, Senin (6/3/2023).
Shazwan sendiri datang membawa puluhan pelancong Malaysia ke Pulau Penyengat untuk berwisata. Mereka ialah warga dari berbagai negara bagian di sana, seperti Kuala Lumpur, Johor, Kedah hingga Kelantan.
Ia mengaku Ini kali keempat membawa rombongan warga negara tetangga melancong ke pulau kecil di pusat ibukota Provinsi Kepri tersebut.
"Hari ini ada sekitar 60 orang yang kami bawa ke Pulau Penyengat," ujarnya.
Di Pulau Penyengat, katanya, para pelancong berkeliling menikmati suasana alam perkampungan dengan beraneka objek peninggalan sejarah Kerajaan Riau-Lingga, seperti Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, makam pahlawan nasional Raja Ali Haji, rumah adat, benteng pertahanan di bukit kursi, hingga istana kantor.
Tak hanya itu, mereka juga berbelanja oleh-oleh produksi UMKM Pulau Penyengat, contohnya Tanjak atau topi khas Melayu. Kemudian, belajar tentang sejarah Pulau Penyengat kepada tokoh masyarakat setempat.
"Sangat senang datang ke Pulau Penyengat. Sebab tak hanya berwisata, tapi juga dapat ilmu pengetahuan sejarah masa lampau," ucap Shazwan.
Sementara itu, Gubernur Provinsi Kepri Ansar Ahmad optimistis semakin banyak wisman Malaysia berkunjung ke Pulau Penyengat, mengingat kedua wilayah ini sama-sama berada dalam satu rumpun Melayu.
Oleh karena itu, pihaknya gencar menata infrastruktur sejarah di Pulau Penyengat agar makin indah dan menawan, sehingga orang-orang yang datang ke kawasan itu aman dan nyaman bahkan selalu ingin berkunjung ke situ.
Upaya yang dilakukan, yakni merevitalisasi Pulau Penyengat secara menyeluruh dan bertahap. Salah satunya revitalisasi Masjid Raya Sultan Riau Penyengat dengan total anggaran sekitar Rp5,8 pada APBD tahun anggaran 2022.
"Masjid itu kita pugar kembali, yaitu dicat ulang dan catnya diimpor dari Jerman, kemudian karpetnya kita datangkan dari Turki," ujar Ansar.
Ansar berharap ke depan Pulau Penyengat sebagai pusat peradaban budaya Melayu makin dikenal luas hingga mendunia.
Pihaknya juga akan mengoptimalkan objek wisata di Pulau Penyengat dengan menyiapkan paket wisata sejarah dan kuliner khas Melayu.
Promosi paket wisata dilakukan dengan melibatkan organisasi dan pelaku usaha kepariwisataan.
"Saya yakin, wisata sejarah dan kuliner di Pulau Penyengat akan berkembang pesat," katanya pula.
Pulau Penyengat adalah sebuah pulau kecil di Kota Tanjungpinang yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari pusat kota. Pulau ini berukuran panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter, berjarak lebih kurang 35 kilometer dari Pulau Batam.
Pulau ini dapat ditempuh dari pusat Kota Tanjung Pinang dengan menggunakan perahu bermotor atau lebih dikenal pompong yang memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.
"Pesona Pulau Penyengat yang disampaikan dari mulut ke mulut hingga dipromosikan melalui berbagai platform media sosial, membuat banyak warga Malaysia penasaran dan berbondong-bondong ingin datang kemari," kata Pemandu Wisata asal Malaysia, Shazwan di Pulau Penyengat, Senin (6/3/2023).
Shazwan sendiri datang membawa puluhan pelancong Malaysia ke Pulau Penyengat untuk berwisata. Mereka ialah warga dari berbagai negara bagian di sana, seperti Kuala Lumpur, Johor, Kedah hingga Kelantan.
Ia mengaku Ini kali keempat membawa rombongan warga negara tetangga melancong ke pulau kecil di pusat ibukota Provinsi Kepri tersebut.
"Hari ini ada sekitar 60 orang yang kami bawa ke Pulau Penyengat," ujarnya.
Di Pulau Penyengat, katanya, para pelancong berkeliling menikmati suasana alam perkampungan dengan beraneka objek peninggalan sejarah Kerajaan Riau-Lingga, seperti Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, makam pahlawan nasional Raja Ali Haji, rumah adat, benteng pertahanan di bukit kursi, hingga istana kantor.
Tak hanya itu, mereka juga berbelanja oleh-oleh produksi UMKM Pulau Penyengat, contohnya Tanjak atau topi khas Melayu. Kemudian, belajar tentang sejarah Pulau Penyengat kepada tokoh masyarakat setempat.
"Sangat senang datang ke Pulau Penyengat. Sebab tak hanya berwisata, tapi juga dapat ilmu pengetahuan sejarah masa lampau," ucap Shazwan.
Sementara itu, Gubernur Provinsi Kepri Ansar Ahmad optimistis semakin banyak wisman Malaysia berkunjung ke Pulau Penyengat, mengingat kedua wilayah ini sama-sama berada dalam satu rumpun Melayu.
Oleh karena itu, pihaknya gencar menata infrastruktur sejarah di Pulau Penyengat agar makin indah dan menawan, sehingga orang-orang yang datang ke kawasan itu aman dan nyaman bahkan selalu ingin berkunjung ke situ.
Upaya yang dilakukan, yakni merevitalisasi Pulau Penyengat secara menyeluruh dan bertahap. Salah satunya revitalisasi Masjid Raya Sultan Riau Penyengat dengan total anggaran sekitar Rp5,8 pada APBD tahun anggaran 2022.
"Masjid itu kita pugar kembali, yaitu dicat ulang dan catnya diimpor dari Jerman, kemudian karpetnya kita datangkan dari Turki," ujar Ansar.
Ansar berharap ke depan Pulau Penyengat sebagai pusat peradaban budaya Melayu makin dikenal luas hingga mendunia.
Pihaknya juga akan mengoptimalkan objek wisata di Pulau Penyengat dengan menyiapkan paket wisata sejarah dan kuliner khas Melayu.
Promosi paket wisata dilakukan dengan melibatkan organisasi dan pelaku usaha kepariwisataan.
"Saya yakin, wisata sejarah dan kuliner di Pulau Penyengat akan berkembang pesat," katanya pula.
Pulau Penyengat adalah sebuah pulau kecil di Kota Tanjungpinang yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari pusat kota. Pulau ini berukuran panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter, berjarak lebih kurang 35 kilometer dari Pulau Batam.
Pulau ini dapat ditempuh dari pusat Kota Tanjung Pinang dengan menggunakan perahu bermotor atau lebih dikenal pompong yang memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.