Jakarta (ANTARA) - PltKepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyatakan longsor yang terjadi di Pulau Serasan Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, merupakan kejadian longsor terburuk sepanjang sejarah longsor di Indonesia, terutama dalam sisi korban jiwa.
Abdul dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin, mengatakan hingga hari itu diasumsikan lebih dari 50 korban jiwa meninggal, ditemukan dan teridentifikasi 46 orang, dan dilaporkan korban hilang delapan orang.
"Kalau 54 (orang) ini memang asumsinya sudah meninggal semua ya, karena sudah lewat 24 jam. Ini adalah salah satu, mungkin hingga saat ini, bencana longsor terburuk yang pernah terjadi dalam sisi korban jiwa dalam satu kejadian," katanya.
Abdul mengatakan pencarian korban terus dilanjutkan, sambil menerapkan teknologi modifikasi cuaca di lokasi titik longsor yakni Pulau Serasan.
Dia juga mengatakan bahwa faktor utama kejadian bencana Kepulauan Natuna justru didominasi potensi kebakaran hutan dan lahan. Namun, kejadian bencana hidrometeorologi basah menjadi cukup dominan.
Baca juga:
2.240 orang korban longsor di Natuna masih mengungsi
Koarmada I kerahkan kapal perang kirim bansos ke Serasan
414 warga Serasan mengungsi ke luar pulau
Polda Kepri salurkan bantuan dari Kapolri untuk korban Serasan
Pada Dasarian I Maret, potensi hujan tampak cukup tinggi di Pulau Sumatera. Namun, khusus di Kabupaten Natuna pada tanggal 1-2 Maret 2023, curah hujan hampir mencapai 1.000 mm.
"Ini sangat luar biasa sebenarnya, ini hujan empat bulan, tumpah dalam satu hari. Sebenarnya dipengaruhi oleh adanya pola sirkulasi siklonik yang disebut Borneo Vortex, terjadinya jadi kayak sirkulasi untiran, membawa akumulatif uap air dan awan hujan yang sangat tebal," katanya.
Fenomena tersebut, menurut dia, telah menimbulkan hujan ekstrem sejak tanggal 26 Februari 2023.
Abdul juga mengatakan di Pulau Serasan bukan merupakan wilayah dengan potensi longsor tinggi, meski di beberapa titik wilayah terdapat beberapa kondisi kemiringan tanah. Selain itu, kondisi vegetasi masih rapat, walaupun menurut masyarakat setempat sudah tidak ada pohon-pohon besar.
Namun, hal yang mempengaruhi longsor yakni tanah wilayah yang merupakan lempung. Sehingga tanah yang porinya tidak besar, air hujan tidak bisa meresap sampai ke bagian dalam tanah.
"Kalau intensitas hujan yang turun sangat tinggi, air itu adanya di atas, ini kemudian akan menggelincirkan tanah itu ketika air ini sudah membuat tanah itu bersaturasi menjadi lumpur, karena tidak bisa masuk ke dalam," ujar dia.
Menurut dia, kondisi tersebut dapat diantisipasi dengan pembenahan drainase permukaan seperti gorong-gorong. Dengan demikian, air hujan yang datang seperti air bah dapat langsung mengalir tanpa menunggu air meresap ke dalam tanah.
Baca juga:
2.240 orang korban longsor di Natuna masih mengungsi
Koarmada I kerahkan kapal perang kirim bansos ke Serasan
414 warga Serasan mengungsi ke luar pulau
Polda Kepri salurkan bantuan dari Kapolri untuk korban Serasan
Sementara itu, Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Achmad Daniel Chardin menyebut jumlah pengungsi korban bencana tanah longsor mencapai 2.240 orang di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
"Jumlah pengungsi di Serasan terus bertambah dari pekan lalu 1.863 orang, awal pekan ini jadi 2.240 orang," terang Achmad melalui telepon seluler di Medan, Sumut, Senin.
Pangdam I/BB melanjutkan bahwa ke-2.240 orang pengungsi tersebut tersebar di enam titik penampungan di dua kecamatan, yakni Serasan dan Serasan Timur, meliputi tempat penampungan di pos lintas batas negara berkurang menjadi 436 orang, Pelimpak berkurang menjadi 432 orang, dan SMA 1 Serasan tetap 238 orang yang semuanya di Serasan.
Kemudian penampungan Desa Batu Berian di Serasan bertambah menjadi 136 orang, Payak meningkat menjadi 605 orang dan Air Nusa bertambah menjadi 393 orang yang kedua desa itu di Serasan Timur.
"Kalau pemukiman penduduk yang rusak sekitar 100 unit rumah, 30 rumah di antaranya rusak berat dan sedang proses evakuasi. Ada satu musholla yang rusak berat," jelas Achmad.
Danrem 033/Wira Pratama, Brigjen TNI Yudi Yulistianto mengaku meningkatnya jumlah pengungsian tersebut akibat wilayah rentan longsor kian bertambah di Pulau Serasan.
Kondisi ini terjadi karena cuaca ekstrem yang melanda kawasan hutan yang terbuka di belahan timur salah satu pulau terluar di Indonesia.
Baca juga:
Korban jiwa akibat longsor di Serasan Natuna capai 46 orang
Pos TNI AL Pulau Serasan tidak bisa beroperasi
Pengungsi longsor Serasan keluhkan demam hingga sesak
Masa pencarian korban longsor Serasan Natuna diperpanjang
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPB: Longsor Natuna paling buruk sepanjang sejarah longsor Indonesia
Abdul dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin, mengatakan hingga hari itu diasumsikan lebih dari 50 korban jiwa meninggal, ditemukan dan teridentifikasi 46 orang, dan dilaporkan korban hilang delapan orang.
"Kalau 54 (orang) ini memang asumsinya sudah meninggal semua ya, karena sudah lewat 24 jam. Ini adalah salah satu, mungkin hingga saat ini, bencana longsor terburuk yang pernah terjadi dalam sisi korban jiwa dalam satu kejadian," katanya.
Abdul mengatakan pencarian korban terus dilanjutkan, sambil menerapkan teknologi modifikasi cuaca di lokasi titik longsor yakni Pulau Serasan.
Dia juga mengatakan bahwa faktor utama kejadian bencana Kepulauan Natuna justru didominasi potensi kebakaran hutan dan lahan. Namun, kejadian bencana hidrometeorologi basah menjadi cukup dominan.
Baca juga:
2.240 orang korban longsor di Natuna masih mengungsi
Koarmada I kerahkan kapal perang kirim bansos ke Serasan
414 warga Serasan mengungsi ke luar pulau
Polda Kepri salurkan bantuan dari Kapolri untuk korban Serasan
Pada Dasarian I Maret, potensi hujan tampak cukup tinggi di Pulau Sumatera. Namun, khusus di Kabupaten Natuna pada tanggal 1-2 Maret 2023, curah hujan hampir mencapai 1.000 mm.
"Ini sangat luar biasa sebenarnya, ini hujan empat bulan, tumpah dalam satu hari. Sebenarnya dipengaruhi oleh adanya pola sirkulasi siklonik yang disebut Borneo Vortex, terjadinya jadi kayak sirkulasi untiran, membawa akumulatif uap air dan awan hujan yang sangat tebal," katanya.
Fenomena tersebut, menurut dia, telah menimbulkan hujan ekstrem sejak tanggal 26 Februari 2023.
Abdul juga mengatakan di Pulau Serasan bukan merupakan wilayah dengan potensi longsor tinggi, meski di beberapa titik wilayah terdapat beberapa kondisi kemiringan tanah. Selain itu, kondisi vegetasi masih rapat, walaupun menurut masyarakat setempat sudah tidak ada pohon-pohon besar.
Namun, hal yang mempengaruhi longsor yakni tanah wilayah yang merupakan lempung. Sehingga tanah yang porinya tidak besar, air hujan tidak bisa meresap sampai ke bagian dalam tanah.
"Kalau intensitas hujan yang turun sangat tinggi, air itu adanya di atas, ini kemudian akan menggelincirkan tanah itu ketika air ini sudah membuat tanah itu bersaturasi menjadi lumpur, karena tidak bisa masuk ke dalam," ujar dia.
Menurut dia, kondisi tersebut dapat diantisipasi dengan pembenahan drainase permukaan seperti gorong-gorong. Dengan demikian, air hujan yang datang seperti air bah dapat langsung mengalir tanpa menunggu air meresap ke dalam tanah.
Baca juga:
2.240 orang korban longsor di Natuna masih mengungsi
Koarmada I kerahkan kapal perang kirim bansos ke Serasan
414 warga Serasan mengungsi ke luar pulau
Polda Kepri salurkan bantuan dari Kapolri untuk korban Serasan
Sementara itu, Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Achmad Daniel Chardin menyebut jumlah pengungsi korban bencana tanah longsor mencapai 2.240 orang di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
"Jumlah pengungsi di Serasan terus bertambah dari pekan lalu 1.863 orang, awal pekan ini jadi 2.240 orang," terang Achmad melalui telepon seluler di Medan, Sumut, Senin.
Pangdam I/BB melanjutkan bahwa ke-2.240 orang pengungsi tersebut tersebar di enam titik penampungan di dua kecamatan, yakni Serasan dan Serasan Timur, meliputi tempat penampungan di pos lintas batas negara berkurang menjadi 436 orang, Pelimpak berkurang menjadi 432 orang, dan SMA 1 Serasan tetap 238 orang yang semuanya di Serasan.
Kemudian penampungan Desa Batu Berian di Serasan bertambah menjadi 136 orang, Payak meningkat menjadi 605 orang dan Air Nusa bertambah menjadi 393 orang yang kedua desa itu di Serasan Timur.
"Kalau pemukiman penduduk yang rusak sekitar 100 unit rumah, 30 rumah di antaranya rusak berat dan sedang proses evakuasi. Ada satu musholla yang rusak berat," jelas Achmad.
Danrem 033/Wira Pratama, Brigjen TNI Yudi Yulistianto mengaku meningkatnya jumlah pengungsian tersebut akibat wilayah rentan longsor kian bertambah di Pulau Serasan.
Kondisi ini terjadi karena cuaca ekstrem yang melanda kawasan hutan yang terbuka di belahan timur salah satu pulau terluar di Indonesia.
Baca juga:
Korban jiwa akibat longsor di Serasan Natuna capai 46 orang
Pos TNI AL Pulau Serasan tidak bisa beroperasi
Pengungsi longsor Serasan keluhkan demam hingga sesak
Masa pencarian korban longsor Serasan Natuna diperpanjang
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPB: Longsor Natuna paling buruk sepanjang sejarah longsor Indonesia