Rengat (ANTARA) - Jika Anda melintas di jalan Lintas Timur Sumatera, terutama di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, maka mampiah sejenak untuk menikmati sup tunjang khas di sana.
Sup tunjang tersebut dengan mudah dijumpai di sepanjang Jalan Japura hingga Pematang Reba yang menghubungkan Pekanbaru dengan Rengat tersebut. Sup tunjang merupakan sup tulang kaki sapi yang dilengkapi dengan sayuran. Rasa kaldunya gurih dan lezat yang berasal dari sumsum tulang sapi yang ada di dalam tulang.
Begitu dihidangkan, aromanya semerbak memenuhi ruangan. Sup yang memiliki kuah bening tersebut digemari pelanggan setia dan juga masyarakat yang melintas di kawasan tersebut. Semangkuk sup tunjang panas dapat dinikmati dengan minuman es jeruk.
Seorang penjual sup tunjang, Linda, mengatakan kedai tersebut sudah didirikan sejak tahun 1995. Kedai tersebut didirikan oleh neneknya, Iyem, yang saat ini sudah berusia 75 tahun. Awalnya, hanya berbentuk kedai kayu sederhana, lama-kelamaan kedai tersebut memiliki bangunan permanen. Sup tunjang dibuat dengan resep rahasia keluarga.
“Sampai sekarang pun, masih Mbah (Iyem) yang meracik masakan sup tunjang ini. Kalau kami ini hanya bagian mengantarkan ke pembeli,” kata Linda.
Kadang, banyak pembeli yang harus menunggu lama sampai sup tunjang tersebut ke meja karena sampai saat ini, neneknya yang masih meracik sup tunjang tersebut untuk setiap mangkuknya. Bahkan tak jarang, banyak pembeli yang harus menanti lama untuk bisa menikmati semangkuk kelezatan sup tunjang tersebut.
Satu mangkuk sup tunjang yang terdiri atas sepotong tulang sapi yang besar, yang di dalamnya terdapat sumsum serta daging yang menempel di tulang tersebut, dibanderol dengan harga Rp50.000. Sementara sup tunjang biasa yang terdiri atas potongan daging dan kikil sapi dibanderol dengan harga Rp35.000. Kedai makan yang diberi nama Sop Tunjang tersebut juga menyediakan sup ayam kampung.
“Akan tetapi yang selalu ditanyakan pengunjung itu sup tunjang yang ada sumsumnya,” kata Linda lagi.
Sumsum di dalam tulang tersebut dimakan dengan menggunakan sedotan. Dalam satu hari, kedai tersebut berhasil menjual sup tunjang hingga 80 hingga 90 porsi. Kedai tersebut buka mulai pukul 10.00 pagi hingga 17.00 WIB. Kedai tersebut tutup selama satu bulan penuh saat puasa dan baru buka pada H+2 Hari Raya Idul Fitri.
Seorang pengunjung, Fildan, mengaku tak pernah melewatkan untuk makan sup tunjang saat berkunjung ke Rengat. Menurut dia, semangkuk sup tersebut dapat mengembalikan kembali energi saat dalam perjalanan.
“Apalagi setelah perjalanan jauh, sup tunjang ini cocok untuk mengembalikan energi,” kata Fildan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menikmati sup tunjang dan satai rusa khas Lintas Timur Sumatera