Tanjungpinang (ANTARA) - Perusahaan konstruksi asal negara Prancis "Eiffage" tertarik berinvestasi membangun sebuah pelabuhan darat di wilayah Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Anggota DPRD Provinsi Kepri, Wahyu Wahyudin, mengatakan, pelabuhan darat tersebut rencananya akan dibangun di atas lahan kosong seluas 37 hektare milik PT Takke Gunung Kijang Indonesia (TGKI) selaku mitra yang berada tepat di pinggir lautan.
"Biasanya pelabuhan dibangun di atas laut, tapi kali ini di daratan. Jadi, lahannya akan digali menjadi kolam, lalu di atasnya dibangun pelabuhan," kata Wahyudin saat mendampingi investor Prancis di Kota Tanjungpinang, Rabu.
Menurutnya pelabuhan tersebut akan menjadi pelabuhan hub internasional, untuk kapal-kapal kontainer besar dari berbagai negara di dunia ke depan akan melakukan transit di sana.
Ia optimistis keberadaan pelabuhan itu bisa memacu pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri, karena banyak turunan bisnis yang bisa digarap dari sektor kepelabuhanan tersebut.
"Salah satunya labuh jangkar, karena kapal-kapal luar negeri akan berlabuh di perairan sekitar," ucap Wahyudin.
Dia menyatakan siap membantu proses pengurusan izin investasi pelabuhan di Kecamatan Bintan Timur tersebut, supaya lebih dipermudah dan dipercepat oleh pemerintah baik tingkat provinsi maupun pusat.
"Dalam setahun ini fokus selesaikan perizinan dulu, baru dilanjutkan konstruksi pelabuhan, kemungkinan tahun 2024," katanya.
Sementara itu, Directeur Commercial Energies Et Industries Effifage Genie Civil Marine, Guillaume Roche, menyampaikan alasan membangun pelabuhan di Kabupaten Bintan, sebab berbatasan langsung dengan negeri jiran Singapura yang notabane memiliki pelabuhan tersibuk di dunia.
Menurutnya saat ini kondisi pelabuhan di Singapura yang sudah melebihi kapasitas sehingga membuat antrean kapal-kapal di sana bisa mencapai dua hingga tiga hari.
Oleh karena itu, diperlukan opsi membangun pelabuhan baru guna mengambil peluang bisnis dari sisi padatnya antrean kapal di negara tetangga tersebut.
"Kecamatan Bintan Timur menjadi lokasi yang paling potensial untuk dibangun pelabuhan internasional," ujarnya.
Menurutnya total investasi pelabuhan di Kecamatan Bintan Timur berkisar antara Rp700 miliar sampai Rp1 triliun.
Guillaume Roche didampingi Directeur Pays & Assciee Senior Leny Maryouri, Legislator Wahyu Wahyudin, CEO TKGI Laurence M Takke, serta jajaran pemerintah daerah Provinsi Kepri juga telah mendatangi sekaligus mengecek langsung lokasi pembangunan pelabuhan itu, Rabu siang.
Setelah itu, kata Guillaume, perusahaannya akan berdiskusi dengan operator internasional terkait desain pelabuhan yang akan dibangun, karena mereka yang lebih tahu.
Operator dimaksud masih dalam tahap seleksi, karena mereka yang akan menjadi partner Eiffage dalam hal pengelolaan pelabuhan di Kecamatan Bintan Timur.
"Kami (Eiffage) akan melakukan pekerjaan fisik, setelah desain pelabuhan itu disetujui operator," ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengharapkan dukungan pemerintah setempat agar dapat mempermudah sekaligus mempercepat proses perizinan pembangunan pelabuhan di Kecamatan Bintan Timur.
Di samping itu, pihaknya menegaskan bahwa Eiffage yang membawa investasi berstandar Eropa ke Pulau Bintan itu sangat menghormati isu sosial, budaya, dan lingkungan.
Ia pun memastikan keberadaan pelabuhan tersebut akan memberikan efek ganda bagi perekonomian daerah, termasuk dari segi pemberdayaan kearifan lokal.
"Mudah-mudahan tak ada gangguan seperti konflik sosial atau kerusakan lingkungan yang dapat menghambat investasi kami di sini," imbuhnya.
Sementara itu, Eiffage sudah membangun sekitar 400 pelabuhan kelas dunia mulai dari Amerika Latin, Australia, Eropa, hingga Afrika.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Investor asal Prancis tertarik bangun pelabuhan di Kabupaten Bintan
Anggota DPRD Provinsi Kepri, Wahyu Wahyudin, mengatakan, pelabuhan darat tersebut rencananya akan dibangun di atas lahan kosong seluas 37 hektare milik PT Takke Gunung Kijang Indonesia (TGKI) selaku mitra yang berada tepat di pinggir lautan.
"Biasanya pelabuhan dibangun di atas laut, tapi kali ini di daratan. Jadi, lahannya akan digali menjadi kolam, lalu di atasnya dibangun pelabuhan," kata Wahyudin saat mendampingi investor Prancis di Kota Tanjungpinang, Rabu.
Menurutnya pelabuhan tersebut akan menjadi pelabuhan hub internasional, untuk kapal-kapal kontainer besar dari berbagai negara di dunia ke depan akan melakukan transit di sana.
Ia optimistis keberadaan pelabuhan itu bisa memacu pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri, karena banyak turunan bisnis yang bisa digarap dari sektor kepelabuhanan tersebut.
"Salah satunya labuh jangkar, karena kapal-kapal luar negeri akan berlabuh di perairan sekitar," ucap Wahyudin.
Dia menyatakan siap membantu proses pengurusan izin investasi pelabuhan di Kecamatan Bintan Timur tersebut, supaya lebih dipermudah dan dipercepat oleh pemerintah baik tingkat provinsi maupun pusat.
"Dalam setahun ini fokus selesaikan perizinan dulu, baru dilanjutkan konstruksi pelabuhan, kemungkinan tahun 2024," katanya.
Sementara itu, Directeur Commercial Energies Et Industries Effifage Genie Civil Marine, Guillaume Roche, menyampaikan alasan membangun pelabuhan di Kabupaten Bintan, sebab berbatasan langsung dengan negeri jiran Singapura yang notabane memiliki pelabuhan tersibuk di dunia.
Menurutnya saat ini kondisi pelabuhan di Singapura yang sudah melebihi kapasitas sehingga membuat antrean kapal-kapal di sana bisa mencapai dua hingga tiga hari.
Oleh karena itu, diperlukan opsi membangun pelabuhan baru guna mengambil peluang bisnis dari sisi padatnya antrean kapal di negara tetangga tersebut.
"Kecamatan Bintan Timur menjadi lokasi yang paling potensial untuk dibangun pelabuhan internasional," ujarnya.
Menurutnya total investasi pelabuhan di Kecamatan Bintan Timur berkisar antara Rp700 miliar sampai Rp1 triliun.
Guillaume Roche didampingi Directeur Pays & Assciee Senior Leny Maryouri, Legislator Wahyu Wahyudin, CEO TKGI Laurence M Takke, serta jajaran pemerintah daerah Provinsi Kepri juga telah mendatangi sekaligus mengecek langsung lokasi pembangunan pelabuhan itu, Rabu siang.
Setelah itu, kata Guillaume, perusahaannya akan berdiskusi dengan operator internasional terkait desain pelabuhan yang akan dibangun, karena mereka yang lebih tahu.
Operator dimaksud masih dalam tahap seleksi, karena mereka yang akan menjadi partner Eiffage dalam hal pengelolaan pelabuhan di Kecamatan Bintan Timur.
"Kami (Eiffage) akan melakukan pekerjaan fisik, setelah desain pelabuhan itu disetujui operator," ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengharapkan dukungan pemerintah setempat agar dapat mempermudah sekaligus mempercepat proses perizinan pembangunan pelabuhan di Kecamatan Bintan Timur.
Di samping itu, pihaknya menegaskan bahwa Eiffage yang membawa investasi berstandar Eropa ke Pulau Bintan itu sangat menghormati isu sosial, budaya, dan lingkungan.
Ia pun memastikan keberadaan pelabuhan tersebut akan memberikan efek ganda bagi perekonomian daerah, termasuk dari segi pemberdayaan kearifan lokal.
"Mudah-mudahan tak ada gangguan seperti konflik sosial atau kerusakan lingkungan yang dapat menghambat investasi kami di sini," imbuhnya.
Sementara itu, Eiffage sudah membangun sekitar 400 pelabuhan kelas dunia mulai dari Amerika Latin, Australia, Eropa, hingga Afrika.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Investor asal Prancis tertarik bangun pelabuhan di Kabupaten Bintan