Kupang (ANTARA) - Dinas Peternak dan Kesehatan Hewan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mengatakan tiga orang meninggal akibat gigitan anjing rabies di daerah setempat.

"Sudah tiga orang yang meninggal karena terlambat menerima vaksin antirabies (VAR)," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Timor Tengah Selatan Dianar Atti dari So'e ibu Kota TTS, Kamis.

Dia mengatakan hal ini berkaitan dengan perkembangan kasus gigitan rabies di kabupaten tersebut yang hingga kini dilaporkan terus bertambah walaupun sudah ada kejadian luar biasa (KLB) dari pemerintah setempat.

Atti mengatakan bahwa tiga orang itu terdiri dari satu orang dewasa berusia 45 tahun, dua balita lima tahun dan 3,5 tahun.

Untuk orang dewasa yang meninggal pada Mei lalu itu diketahui sudah digigit pada April lalu. Sementara balita lima tahun digigit pada bulan Mei lalu. Sementara balita 3,5 tahun digigit pada 7 Mei lalu.

"Namun, baru dilaporkan digigit anjing pada 31 Mei saat gejala-gejala rabies sudah ada," kata dia.

Balita berusia 3,5 tahun itu sempat dirawat selama beberapa hari namun pada akhirnya pada 13 Juni merenggang nyawa karena sudah tidak tertolong lagi.

Dihubungi terpisah Ketua Satgas Anti Rabies TTS, Addy Tallo mengatakan bahwa mereka yang sudah memiliki gejala rabies sudah tidak mungkin bisa disuntikkan VAR karena sudah pasti tidak akan mempan vaksinnya.

"Mereka terlambat melaporkan, sehingga sulit ditangani lagi," tambah dia.

Berdasarkan laporan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sampai dengan Rabu (14/6) kemarin, jumlah kasus gigitan anjing rabies di TTS berjumlah 307 orang.

Jumlah tersebut tersebar di 90 desa dan 25 kecamatan dari 32 kecamatan di kabupaten Timor Tengah Selatan.*

Sementara itu, dari Pontianak dilaporkan, Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji meminta setiap pemerintah kabupaten/kota menyediakan alokasi anggaran khusus untuk penanggulangan penyakit rabies.

"Untuk mengoptimalkan penanggulangan penyakit rabies di Provinsi Kalbar maka kiranya perlu dilakukan beberapa upaya antara lain menyediakan alokasi anggaran khusus untuk penanggulangan," kata dia, Rabu (14/6).

Ia menambahkan selain penganggaran perlu meningkatkan koordinasi, sinergi, dan komitmen dari pemerintah kabupaten/kota dan antar instansi terkait dalam hal penanggulangan penyakit rabies di wilayah masing-masing.

"Perlu dilakukan evaluasi terhadap upaya-upaya penanggulangan rabies yang telah dilakukan selama ini terutama evaluasi tindak lanjut sehingga program penanggulangan rabies menjadi lebih efektif dan bermanfaat," katanya.

Tidak kalah penting, pihaknya terus melakukan sosialisasi atau komunikasi, edukasi dan informasi secara intensif melalui berbagai media dan dilaksanakan secara terprogram, terpadu dan kontinyu sehingga tercipta peran aktif masyarakat dalam upaya pencegahan, pengendalian dan pembebasan penyakit rabies.

"Saat ini Pemerintah Provinsi Kalbar terus gencar melakukan edukasi dan vaksinasi rabies ada hewan peliharaan," katanya.

Menurutnya masyarakat harus memperhatikan gejala hewan peliharaan yang terkena rabies seperti anjing itu agresif, galak, air liur berlebihan, takut dengan sinar matahari dan lainnya.

Apabila digigit segera dicuci dengan air bersih 15 menit, kemudian pastikan ambil sampel darah untuk uji laboratorium. Harus cepat ditangani.

"Saya berharap tidak ada binatang peliharaan seperti anjing berkeliaran di keramaian," katanya.

Terkait kasus penyakit rabies di Provinsi Kalbar hingga saat ini ada 1.775 warga telah menjadi korban gigitan dari hewan penular rabies dan 11 di antaranya meninggal dunia.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Tiga orang dilaporkan meninggal akibat gigitan anjing rabies di TTS

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024