Ulat bulu yang diduga berasal dari jenis Arctornis sp, saat ini tidak hanya mewabah di Probolinggo, Jawa Timur, Yogyakarta dan Jawa Tengah, namun kini juga ikut "menyerang" sejumlah kawasan elite di Kota Medan, Ibukota Provinsi Sumatra Utara.
Bahkan, ulat juga tampak "bergerombol" di pintu pagar rumah dinas Gubernur Sumatra Utara di Jalan Sudirman Medan, dan beberapa rumah mewah lainnya yang ada kawasan tersebut.
Selain itu, pasukan ulat bulu bewarna merah agak kecokelatan yang berukuran panjang 2-3 cm juga terdapat di sepanjang pohon pelindung berupa kayu besar yang berusia ratusan tahun di Jalan Diponegoro Medan yang merupakan kawasan perkantoran yakni Kantor Gubernur Sumatra Utara, kantor instansi milik pemerintah, kantor bank swasta, perwakilan negara asing dan gedung-gedung mewah lainnya.
Kota Medan berpenduduk lebih kurang 2,3 juta jiwa dikejutkan karena secara tiba-tiba sejak pertengahan April ulat bulu ramai merayap di pohon kayu, pagar rumah dan tempat-tempat lainnya di daerah tersebut.
Salah seorang penjual minuman air tebu di depan Masjid Agung Medan, Umar (43) mengatakan, ulat bulu itu mulai hinggap atau "berumah" di pohon kayu besar di Jalan Diponegoro itu sejak pekan ini, tidak diketahui dari mana asal hama tersebut berdatangan.
Ulat bulu yang memadati di pohon kayu mahoni itu, persis di depan pintu keluar Masjid Agung atau sekitar lebih kurang 50 meter jaraknya dari rumah ibadah tersebut atau 25 meter dari Kantor Bappeda Sumatra Utara.
Pohon kayu tempat berkumpulnya ulat bulu yang berwarna cokelat kemerah-merahan itu, hanya berjarak 15 meter dari tempat menjual makanan dan minuman Masjid Agung.
Ulat bulu tersebut bersarang di pohon kayu mahoni yang cukup besar berusia puluhan tahun.
Umar mengatakan, dia mengetahui adanya ratusan ulat bulu di pohon kayu tersebut, baru satu minggu ini.
Bahkan, setiap wanita yang melintas di depan pohon kayu itu, selalu lari berhamburan dan menjerit ketakutan karena melihat ulat bulu yang terus merayap dan bahkan beterbangan.
"Warga Medan sangat takut dengan ulat bulu itu, bila mengenai badan, terasa gatal-gatal dan bisa menimbulkan penyakit kulit,"" ujarnya.
Oleh karena itu, dia meminta pada Pemerintah Kota (Pemkot) Medan agar secepatnya menyemprot atau membasmi habis ulat bulu tersebut hingga mati.
Sebab, katanya, bila wabah ulat bulu ini terus dibiarkan, dikhawatirkan bisa meluas menjalar ke daerah kecamatan, maupun kelurahan di Kota Medan.
"Kerumunan ulat bulu ini harus secepatnya dibasmi dengan menggunakan racun yang biasa digunakan untuk hama penyakit berupa serangga," kata Umar.
Ulat hama tanaman
Salah seorang warga Medan, Syafruddin (45) mengatakan, ulat bulu yang menyerang di pohon kayu besar di depan Masjid Agung itu, kelihatannya seperti ulat hama penyakit yang selama ini sering mematikan tanaman dan kayu-kayu besar.
Ulat bulu yang terdapat di pohon kayu besar itu, menurut dia, sangat jauh berbeda dengan ulat bulu yang mewabah di Probolinggo, Jawa Timur.
"Ulat bulu di Medan ini tubuhnya kecil, dan bulunya tidak begitu lebat. Tetapi ulat bulu di Probolinggo ukuranya besar dan bulunya sangat lebat. Warnanya bercampur coklat dan kemerahan," katanya.
Selanjutnya, dia menjelaskan, bukti bahwa ulat itu adalah hama penyakit. Dedaunan yang ada di pohon kayu besar itu kelihatan kering dan sudah banyak yang rontok.
"Pemerintah agar secepatnta membasmi ulat bulu itu. Ini sangat berbahaya dan juga bisa pindah ke pohon kayu yang lain, perkantoran maupun pusat perbelanjaan yang tidak berapa jauh dari tempat kejadian perkara (TKP)," katanya.
Belum ada korban
Salah seorang penjual makanan martabak, Cicik (45) mengatakan,
meskipun ulat bulu itu sudah mulai masuk ke daerah ini, namun belum ada satu pun warga yang menjadi korban atau mengalami gatal-gatal.
Dia menjelaskan, belum ada satu warga yang lewat di bawah kayu besar itu, terkena ulat bulu atau badan mereka merasa gatal-gatal,sehingga harus mendapat perawatan ke rumah sakit.
"Belum ada warga yang terkena ulat bulu itu," katanya.
Data yang diperoleh melalui situs resmi menyebutkan, ulat bulu yang kini menjadi wabah di sejumlah daerah diduga berasal dari jenis Arctornis sp. dan Lymantria marginalis (di Jawa Timur), Cyana veronata (Yogyakarta), dan Daychera indusa (Kendal), Jawa Tengah.
Genus Lymantria dan Arctornis merupakan sekumpulan hewan ngengat (moth) anggota famili Lymantriidae. Sedang Cyana veronata merupakan anggota famili Arctiidae yang juga biasa disebut sebagai ngengat.
Hewan ini sejenis dengan kupu-kupu (sama-sama anggota Ordo Lepidoptera) namun umumnya beraktivitas di malam hari (hewan nokturnal). Salah satu siklus hidup hewan ini adalah menjadi ulat bulu.
Ngengat mengalami metamorfosis sempurna (hemimetabolisme) yang siklus hidupnya terdiri atas telur, ulat bulu, kepompong (pupa atau chrysalis), hingga menjadi ngengat dewasa yang dapat terbang. Jumlah spesies ngengat dan kupu-kupu diperkirakan mencapai ribuan spesies. Di Indonesia saja diperkirakan ada sekitar 600-an spesies.
Populasi ulat bulu biasanya akan mengalami peningkatan pada musim-musim pancaroba menjelang datangnya musim kemarau. Meskipun mengalami peningkatan tetapi populasinya biasanya masih dalam taraf "wajar".
Sedangkan populasi ulat bulu yang menggila dan jadi wabah di sejumlah daerah di Indonesia saat ini dimungkinkan oleh beberapa sebab. Penyebab pertama adalah faktor meningkatnya temperatur lingkungan akibat perubahan cuaca ekstrem dan perubahan iklim.
Basmi ulat bulu
Petugas Dinas Pertanian (Distan) Sumatra Utara membasmi ulat bulu dengan menyemprotkan insektisida ke sejumlah pohon di Kota Medan yang dihinggapi banyak ulat tersebut.
Penyemprotan dilakukan terhadap sejumlah pohon kintungan di pinggiran Jalan Sudirman, Jalan Imam Bonjol, Jalan Suprapto, dan Jalan Diponegoro Kota Medan.
Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Distan Sumut, Gunawan, mengatakan, penyemprotan terhadap pohon kintungan karena menjadi tempat berkembang biak ulat tersebut.
Pembasmian itu, katanya, agar ulat bulu tidak menyerang permukiman warga.
Pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Pertamanan Pemerintah Kota Medan yang memiliki peralatan lebih lengkap untuk mengoptimalkan pembasmian ulat itu.
"Mereka (Dinas Pertamanan Pemkot Medan, red.) memiliki tangga yang tinggi sehingga bisa menjangkau dahan yang lebih tinggi," katanya.
Petugas, katanya, juga mengambil beberapa ulat untuk diteliti di laboratorium setempat guna mengetahui jenis dan tingkat bahaya binatang itu.
Penelitian itu juga untuk mengetahui seluk beluk ulat bulu sehingga ditemukan pola paling tepat terkait dengan pembasmiannya.
"Kita perlu tahu fase perkembangan ulat bulu ini sehingga pembasmiannya bisa tepat." katanya.
(ANTM034/H-KWR/Btm1)
Bahkan, ulat juga tampak "bergerombol" di pintu pagar rumah dinas Gubernur Sumatra Utara di Jalan Sudirman Medan, dan beberapa rumah mewah lainnya yang ada kawasan tersebut.
Selain itu, pasukan ulat bulu bewarna merah agak kecokelatan yang berukuran panjang 2-3 cm juga terdapat di sepanjang pohon pelindung berupa kayu besar yang berusia ratusan tahun di Jalan Diponegoro Medan yang merupakan kawasan perkantoran yakni Kantor Gubernur Sumatra Utara, kantor instansi milik pemerintah, kantor bank swasta, perwakilan negara asing dan gedung-gedung mewah lainnya.
Kota Medan berpenduduk lebih kurang 2,3 juta jiwa dikejutkan karena secara tiba-tiba sejak pertengahan April ulat bulu ramai merayap di pohon kayu, pagar rumah dan tempat-tempat lainnya di daerah tersebut.
Salah seorang penjual minuman air tebu di depan Masjid Agung Medan, Umar (43) mengatakan, ulat bulu itu mulai hinggap atau "berumah" di pohon kayu besar di Jalan Diponegoro itu sejak pekan ini, tidak diketahui dari mana asal hama tersebut berdatangan.
Ulat bulu yang memadati di pohon kayu mahoni itu, persis di depan pintu keluar Masjid Agung atau sekitar lebih kurang 50 meter jaraknya dari rumah ibadah tersebut atau 25 meter dari Kantor Bappeda Sumatra Utara.
Pohon kayu tempat berkumpulnya ulat bulu yang berwarna cokelat kemerah-merahan itu, hanya berjarak 15 meter dari tempat menjual makanan dan minuman Masjid Agung.
Ulat bulu tersebut bersarang di pohon kayu mahoni yang cukup besar berusia puluhan tahun.
Umar mengatakan, dia mengetahui adanya ratusan ulat bulu di pohon kayu tersebut, baru satu minggu ini.
Bahkan, setiap wanita yang melintas di depan pohon kayu itu, selalu lari berhamburan dan menjerit ketakutan karena melihat ulat bulu yang terus merayap dan bahkan beterbangan.
"Warga Medan sangat takut dengan ulat bulu itu, bila mengenai badan, terasa gatal-gatal dan bisa menimbulkan penyakit kulit,"" ujarnya.
Oleh karena itu, dia meminta pada Pemerintah Kota (Pemkot) Medan agar secepatnya menyemprot atau membasmi habis ulat bulu tersebut hingga mati.
Sebab, katanya, bila wabah ulat bulu ini terus dibiarkan, dikhawatirkan bisa meluas menjalar ke daerah kecamatan, maupun kelurahan di Kota Medan.
"Kerumunan ulat bulu ini harus secepatnya dibasmi dengan menggunakan racun yang biasa digunakan untuk hama penyakit berupa serangga," kata Umar.
Ulat hama tanaman
Salah seorang warga Medan, Syafruddin (45) mengatakan, ulat bulu yang menyerang di pohon kayu besar di depan Masjid Agung itu, kelihatannya seperti ulat hama penyakit yang selama ini sering mematikan tanaman dan kayu-kayu besar.
Ulat bulu yang terdapat di pohon kayu besar itu, menurut dia, sangat jauh berbeda dengan ulat bulu yang mewabah di Probolinggo, Jawa Timur.
"Ulat bulu di Medan ini tubuhnya kecil, dan bulunya tidak begitu lebat. Tetapi ulat bulu di Probolinggo ukuranya besar dan bulunya sangat lebat. Warnanya bercampur coklat dan kemerahan," katanya.
Selanjutnya, dia menjelaskan, bukti bahwa ulat itu adalah hama penyakit. Dedaunan yang ada di pohon kayu besar itu kelihatan kering dan sudah banyak yang rontok.
"Pemerintah agar secepatnta membasmi ulat bulu itu. Ini sangat berbahaya dan juga bisa pindah ke pohon kayu yang lain, perkantoran maupun pusat perbelanjaan yang tidak berapa jauh dari tempat kejadian perkara (TKP)," katanya.
Belum ada korban
Salah seorang penjual makanan martabak, Cicik (45) mengatakan,
meskipun ulat bulu itu sudah mulai masuk ke daerah ini, namun belum ada satu pun warga yang menjadi korban atau mengalami gatal-gatal.
Dia menjelaskan, belum ada satu warga yang lewat di bawah kayu besar itu, terkena ulat bulu atau badan mereka merasa gatal-gatal,sehingga harus mendapat perawatan ke rumah sakit.
"Belum ada warga yang terkena ulat bulu itu," katanya.
Data yang diperoleh melalui situs resmi menyebutkan, ulat bulu yang kini menjadi wabah di sejumlah daerah diduga berasal dari jenis Arctornis sp. dan Lymantria marginalis (di Jawa Timur), Cyana veronata (Yogyakarta), dan Daychera indusa (Kendal), Jawa Tengah.
Genus Lymantria dan Arctornis merupakan sekumpulan hewan ngengat (moth) anggota famili Lymantriidae. Sedang Cyana veronata merupakan anggota famili Arctiidae yang juga biasa disebut sebagai ngengat.
Hewan ini sejenis dengan kupu-kupu (sama-sama anggota Ordo Lepidoptera) namun umumnya beraktivitas di malam hari (hewan nokturnal). Salah satu siklus hidup hewan ini adalah menjadi ulat bulu.
Ngengat mengalami metamorfosis sempurna (hemimetabolisme) yang siklus hidupnya terdiri atas telur, ulat bulu, kepompong (pupa atau chrysalis), hingga menjadi ngengat dewasa yang dapat terbang. Jumlah spesies ngengat dan kupu-kupu diperkirakan mencapai ribuan spesies. Di Indonesia saja diperkirakan ada sekitar 600-an spesies.
Populasi ulat bulu biasanya akan mengalami peningkatan pada musim-musim pancaroba menjelang datangnya musim kemarau. Meskipun mengalami peningkatan tetapi populasinya biasanya masih dalam taraf "wajar".
Sedangkan populasi ulat bulu yang menggila dan jadi wabah di sejumlah daerah di Indonesia saat ini dimungkinkan oleh beberapa sebab. Penyebab pertama adalah faktor meningkatnya temperatur lingkungan akibat perubahan cuaca ekstrem dan perubahan iklim.
Basmi ulat bulu
Petugas Dinas Pertanian (Distan) Sumatra Utara membasmi ulat bulu dengan menyemprotkan insektisida ke sejumlah pohon di Kota Medan yang dihinggapi banyak ulat tersebut.
Penyemprotan dilakukan terhadap sejumlah pohon kintungan di pinggiran Jalan Sudirman, Jalan Imam Bonjol, Jalan Suprapto, dan Jalan Diponegoro Kota Medan.
Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Distan Sumut, Gunawan, mengatakan, penyemprotan terhadap pohon kintungan karena menjadi tempat berkembang biak ulat tersebut.
Pembasmian itu, katanya, agar ulat bulu tidak menyerang permukiman warga.
Pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Pertamanan Pemerintah Kota Medan yang memiliki peralatan lebih lengkap untuk mengoptimalkan pembasmian ulat itu.
"Mereka (Dinas Pertamanan Pemkot Medan, red.) memiliki tangga yang tinggi sehingga bisa menjangkau dahan yang lebih tinggi," katanya.
Petugas, katanya, juga mengambil beberapa ulat untuk diteliti di laboratorium setempat guna mengetahui jenis dan tingkat bahaya binatang itu.
Penelitian itu juga untuk mengetahui seluk beluk ulat bulu sehingga ditemukan pola paling tepat terkait dengan pembasmiannya.
"Kita perlu tahu fase perkembangan ulat bulu ini sehingga pembasmiannya bisa tepat." katanya.
(ANTM034/H-KWR/Btm1)