Ankara (ANTARA) - Kelompok Lebanon, Hizbullah, pada Ahad (29/9) memastikan, komandan militernya, Nabil Qaouk, gugur dalam serangan udara Israel di bagian selatan Beirut.
Kelompok tersebut menyatakan Qaouk kehilangan nyawa dalam serangan yang menargetkan sekitar daerah Chiyah di selatan Beirut pada Sabtu (28/9).
Tentara Israel mengeklaim pada Minggu pagi bahwa mereka telah membunuh Qaouk, yang mereka gambarkan sebagai kepala unit keamanan preventif Hizbullah.
Tentara Israel telah membombardir Lebanon, dengan dalih untuk menyerang target-target Hizbullah sejak 23 September, hingga menewaskan sedikitnya 816 orang dan melukai lebih dari 2.500 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, bersama beberapa komandan kelompok lainnya, tewas dalam serangan udara Israel di Beirut pada Jumat (27/9).
Hizbullah dan Israel terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak Israel mulai melancarkan perang di Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 orang -- sebagian besar wanita dan anak-anak -- setelah Hamas menyerbu ke Israel pada 7 Oktober lalu.
Masyarakat internasional memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat memperluas konflik Gaza yang sedang berlangsung menjadi perang regional.
Sementara itu, aksi protes menyebar di berbagai kota di Eropa pada Sabtu (28/9), termasuk Stockholm, Helsinki, Paris, Jenewa, dan Istanbul, sebagai tanggapan atas serangan Israel di Jalur Gaza dan Lebanon.
Para pengunjukrasa menyuarakan kemarahan mereka dan menuntut segera berakhirnya kekerasan, dengan menggambarkan situasi tersebut sebagai "genosida" dan mendesak adanya tindakan global.
Ribuan orang berjalan dari Odenplan menuju kedutaan besar Israel di Stockholm, sambil mengibarkan bendera Palestina dan Lebanon.
Seruan "Jangan Ganggu Lebanon" dan "Bebaskan Palestina" memenuhi udara.
Seniman dan aktivis Swedia Samuel Girma menyebut Israel sebagai "negara teroris" dan mendesak pemboikotan perdagangan dengan Israel menyusul "serangan teroris di Beirut dan Lebanon."
Aksi protes juga terjadi di Helsinki, dimana para pendemo menuntut segera diakhirinya operasi Israel di Lebanon.
Di Paris, para pengunjuk rasa berkumpul dekat Innocents Fountain, membawa spanduk bertuliskan "Akhiri Genosida di Gaza dan Boikot Israel."
Sebagian besar dari mereka memakai keffiyeh dan membawa foto jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh, yang tewas oleh pasukan Israel pada 2022.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hizbulah pastikan Komandan Nabil Qaouk gugur dalam agresi Israel