Natuna (ANTARA) - Senin pagi, 22 September 2025, suasana di Kompleks Masjid Agung Baitul Izzah berbeda dari biasanya. Gedung Asrama Haji Natuna, yang  biasanya hanya ramai saat musim keberangkatan rombongan haji, kali itu dipenuhi orang.

Anak-anak dengan seragam rapi, guru yang bersiap dengan penuh semangat, dan orang tua yang datang dari pelosok desa,  berkumpul menyaksikan sebuah peristiwa penting, peresmian Sekolah Rakyat Natuna.

sekaligus dimulainya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Bagi sebagian orang, acara ini mungkin terlihat sederhana, sekadar membuka sekolah baru. Namun bagi anak-anak yang duduk berjejer dengan mata berbinar, hari itu adalah awal kehidupan berbeda. Di tengah keterbatasan yang selama ini membayangi, pintu baru terbuka, yakni kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan bermimpi tanpa batas.

Sekolah Rakyat Natuna bukan sekolah biasa. Ia hadir dengan misi besar, memutus rantai kemiskinan. Para siswanya berasal dari keluarga kurang mampu, khususnya yang masuk kategori desil satu dan dua menurut Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

Mereka datang dari pesisir dan pedalaman Natuna, dari rumah-rumah sederhana yang sering kali harus memilih antara kebutuhan sehari-hari atau biaya sekolah. Kini pilihan itu tak lagi menghantui. Sekolah Rakyat menjadi jawaban, menghadirkan kesempatan yang sama bagi anak-anak perbatasan untuk menapaki jenjang pendidikan, dari sekolah dasar hingga menengah atas.

Kehidupan baru

Karena gedung khusus Sekolah Rakyat masih dalam tahap pembangunan, pemerintah memanfaatkan Asrama Haji Natuna sebagai tempat tinggal sekaligus ruang belajar sementara. Langkah ini diambil agar anak-anak tidak perlu menunggu lebih lama untuk memulai perjalanan pendidikan mereka.

Asrama Haji yang telah memiliki berbagai fasilitas dimodifikasi menjadi sekolah berasrama. Bangunan itu kini tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga rumah bagi para peserta didik dan tenaga pendidik.

Untuk tahun ajaran baru 2025, sebanyak 84 siswa resmi mengikutnya, dari total 100 kuota yang tersedia. Beberapa siswa lainnya menyusul dan ada juga yang mengundurkan diri. Meski demikian, Pemkab Natuna berupaya segera mencari pengganti agar kuota tetap terpenuhi.

Di tahun ajaran ini, seluruh jenjang pendidikan telah dibuka, mulai dari satu kelas tingkat sekolah dasar, dua kelas tingkat SMP, hingga satu kelas tingkat SMA.

Ruang belajar ditempatkan di lantai bawah Asrama Haji yang dulunya merupakan aula besar. Aula tersebut disulap menjadi empat ruang kelas yang lebih aman, nyaman, dan sejuk karena lengkap dengan pendingin ruangan.

Beralih ke kamar. Setiap kamar di asrama kini dipenuhi suara riang. Ranjang bertingkat tersusun rapi, pendingin ruangan juga terpasang, dan toilet tersedia di dalam kamar. Saat masuk ke ruangan suasana kenyamanan terasa kental, dan mungkin sebelumnya sulit untuk anak Sekolah Rakyat bayangkan.

Kamar-kamar nyaman ini memang sudah lama tersedia untuk jamaah haji, hanya saja beberapa barang telah diperbaharui sesuai dengan kebutuhan para siswa.

Selain lingkungan belajar dan tempat tinggal yang nyaman, pemerintah juga menanggung seluruh kebutuhan hidup siswa. 

Para siswa diberikan lima kali makanan sehat dan bergizi yang terdiri atas tiga kali makan utama ditambah dua kali kudapan. Hal ini membuat mereka tidak lagi khawatir tentang perut kosong. Untuk sementara, makanan dipasok dari katering karena juru masak tetap belum ada.

Tak hanya kebutuhan dasar, perlengkapan pribadi juga dipenuhi. Dari sabun mandi, pasta gigi, hingga pakaian sehari-hari, semua sudah disiapkan. Setiap pekan, anak-anak diperbolehkan keluar bertemu keluarga. Kesempatan singkat itu merupakan cara untuk mengobati rindu sekaligus memberi semangat baru menjalani hari-hari di asrama.

Sebanyak 18 tenaga pendidik telah ditugaskan, terdiri atas 17 guru dan satu kepala sekolah. Mereka bukan hanya mengajar di kelas, tetapi juga tinggal bersama siswa di asrama. Kehidupan yang menyatu ini dicipta untuk membentuk suasana kekeluargaan, sebagai upaya menjadikan sekolah bukan sekadar tempat belajar, melainkan juga rumah kedua.

Untuk mendukung kegiatan belajar, setiap siswa menerima perlengkapan sekolah lengkap, berupa delapan setel seragam baru, sepatu, tas, buku, alat tulis, hingga laptop. Peralatan ini menjadi bekal mereka menapaki dunia pengetahuan.

Semua disediakan pemerintah secara gratis. Perlengkapan ini lebih dari sekadar benda. Ia adalah simbol kesetaraan, jembatan yang memungkinkan anak-anak Natuna melangkah dengan percaya diri sejajar dengan teman-teman sebangsa di manapun mereka berada.

Menurut Kepala Dinas Sosial Kabupaten Natuna Puryanti untuk saat ini baru dua setel seragam yang diterima siswa yakni satu setel pakaian sekolah pada umumnya, yaitu putih merah untuk SD, putih biru SMP dan putih abu-abu SMA, serta satu setel pakaian olahraga. Untuk pakaian lainnya menyusul begitu juga dengan laptop.

Sekolah Rakyat bukan hanya tempat belajar ilmu-ilmu pada umumnya, melainkan wadah pembentukan karakter. Di sini, anak-anak ditempa untuk disiplin, mandiri, dan berani bermimpi.

Dengan dukungan penuh pemerintah, mereka tidak hanya diharapkan mampu menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah, tetapi juga didorong melanjutkan ke perguruan tinggi. 

Selain memiliki tujuan besar mencerdaskan kehidupan anak-anak dari keluarga ekonomi lemah, pemerintah juga menyiapkan beragam bantuan bagi para wali siswa Sekolah Rakyat.

Bantuan tersebut mencakup kebutuhan pokok, usaha, hingga hunian layak. Pada saat peresmian sekolah, paket sembako dan peralatan tidur telah diberikan kepada para wali siswa.

Sementara itu, program bantuan rumah masih dalam tahap persiapan, dan akan diberikan melalui program pembangunan tiga juta rumah.

Pemberian sembako merupakan bagian dari program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Melalui program ini, para wali siswa tidak hanya berhak atas sembako, tetapi juga berpeluang memperoleh berbagai bentuk bantuan lainnya sesuai kebutuhan.

Hal ini dimungkinkan karena para wali siswa termasuk keluarga penerima manfaat dalam sasaran program ATENSI, yakni mereka yang berada pada kategori desil satu hingga empat, dengan prioritas pada desil satu dan dua. 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Merajut mimpi anak-anak ujung negeri melalui Sekolah Rakyat

Pewarta : Muhamad Nurman
Editor : Nadilla
Copyright © ANTARA 2025