Lingga (Antaranews Kepri) - Datuk kaya montel keturunan dari Datok Kaye Temenggung Jamaludin diyakini oleh sebagian besar masyarakat Desa Wisata pulau Mepar sebagai Laksmana raja dilaut, yang berhasil menjadikan Sultan Mahmud Riayatsyah menjadi Sultan untuk memimpin kerajaan Lingga yang merupakan pimpinan tertinggi kerajaan Johor-Riau-Lingga dan pahang dikala itu.

"Kami hanya ingin meluruskan sejarah, bahwa Datok Kaya Montel adalah pahlawan perang sang Laksmana Raja di Laut yang telah mengantarkan SMRS menjadi Sultan," kata Encik Muhammad Nasir yang merupakan salah satu tokoh pulau Mepar kepada Antara, Jumat.

Kisah sejarah Temenggung Jamaludin dan Datok Kaya Montel sangat melekat di pulau Mepar sebagai pintu wisata sejarah Kabupaten Lingga, hal ini terlihat dari komplek pemakaman Temenggengung Jamaludin dan Datuk Kaya Montel yang letaknya hanya beberapa meter dari puncak bukit benteng lekok yang menghadap ke laut.

Dalam komplek tersebut terdapat beberapa makam keluarga Datok Kaya Montel seperti yang sering terdengan dengan kisah-kisah perjalanan orang-orang melayu dulu.

Menurut masyarakat setempat perjalanan sejarah Datok kaya montel sudah diakui diberbagai belahan negera-negera melayu salah satunya adalah Malaysia dan Singapura.

"Ada keinginan kita untuk menjadikan Datok Kaya Montel ini sebagai pahlawan nasional, karena yang benar-benar berjuang dilaut dan disegani para penjajah adalah Datok Kaya Montel," katanya.

Dipuncak bukit benteng lekok terdapat delapan meriam, dimana tiga meriamnya dipindahkan tepat dipintu masuk menuju benteng lekok.

Dari delapan meriam tersebut ada satu meriam yang sangat fenomenal dan menurut petuah sejarah meriam tersebut sangat berjasa dalam hal pertahanan saat melawan musuh, yang dinamakan dengan meriam sumbing.

Tekad menjadikan pulau Mepar sebagai pintu masuk wisata sejarah dan religi Kerajaan Johor-Riau-Lingga dan Pahang juga disampaikan oleh kepala Desa Mepar Kamran, yang menurutnya sudah membuat sebuah yayasan yang dinamakan Yayasan Kajang mengingat keterkaitan hubungan antara Datok kaya montel dengan orang suku asli atau suku laut sangat erat kaitannya dengan Datok kaya montel sebagai pemimpin perang yang disegani dilaut kala itu.

"Kami bulan empat nanti akan mengadakan pertemuan yang dihadiri sejumlah tokoh dan ahli sejarah untuk memaparkan tentang sejarah pulau Mepar dan kita sudah buat yayasan namanya Yayasan Kajang suku laut," kata Kamran.

Dilain tempat Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Lingga Datok Muhammad Ishak yang juga Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga menceritakan pulau Mepar sebelum berdirinya pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga-Johor dan Pahang sudah dipimpin seorang Raja yang bernama Datok kaye Tumenggung Jamaludin yang merupakan keturunan dari Megat Mate Merah dari Jambi, yang hijrah ke Kabupaten Lingga dan tinggal di Pulau yang berukuran 9,75 Ha namun memiliki peran yang sangat penting dalam kekuasaan Kesultanan Riau-Lingga-Johor dan Pahang pada 1761-1812.

Keunikan lainnya di Pulau Mepar menurut Muhammad Ishak adalah seluruh masyarakat yang tinggal di pulau Mepar sangat menjaga adat istiadat budaya melayu yang hingga kini dipertahankan, salah satunya adalah masyarakat yang tinggal dipulau mepar tidak boleh memiliki lahan atau tanah yang berada di pulau mepar selama tinggal dipulau tersebut. Selain itu adat istiadat Budaya Melayu sangat terjaga di pulau Mepar.

"Inilah keistimewaan pulau mepar sebagai benteng pertahanan pertama Kerajaan Lingga dan memiliki segudang sejarah perjalanan Kerajaan Riau Lingga dan merupakan pimpinan tertinggi orang suku laut kala itu," katanya.

Untuk menuju kepulau sejuta sejarah peradaban Melayu ini kita hanya menempuh waktu kurang lebih beberapa menit saja dari Tanjungbuton Daiklingga Ibukota Kabupaten Lingga yang letaknya tepat didepan Pelabuhan Tanjungbuton hanya dengan menggunakan pompong. Datang kepulau Mepar belum lengkap kalau belum menikmati roti canai dari tepung sagu dan Gubal sagu ikan gulai yang merupakan makanan pokok warga pulau Mepar. (Antara)

Editor : Pradanna Putra

Pewarta : Nurjali
Editor : Kepulauan Riau
Copyright © ANTARA 2024