Batam (ANTARANews Kepri) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batam menyatakan tingkat hunian hotel di kota itu turun hingga 50 persen dampak dari meningkatnya harga tiket pesawat sejak awal tahun 2019.
"Pengaruhnya terasa sekali di wisatawan domestik, hunian menurun 50 persen dibandingkan waktu biasa," kata Ketua PHRI Batam, Mansur di Batam, Sabtu.
Saat ini memang sedang musim rendah untuk pariwisata, ditambah lagi dengan kenaikan harga tiket pesawat, semakin memperburuk keadaan.
Ia menyatakan biasanya wisatawan nusantara menginap di Batam beberapa hari sebelum atau sesudah kunjungan ke Singapura. Namun kini, pelancong domestik lebih memilih langsung ke Singapura, tanpa singgah di Batam karena harga tiket pesawat yang lebih murah.
"Mereka sekarang langsung ke Singapura," kata dia.
Senada dengan PHRI, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies/Asita) menyatakan Batam mulai ditinggalkan sebagai kota transit, karena wisatawan nusantara memilih langsung berlibur ke Singapura tanpa singgah di kota itu.
"Sekarang wisatawan langsung ke sana. Bertemu kami (agen travel) di Singapura, sudah tidak lewat Batam lagi," kata Sekretaris DPD Asita Kepri, Febriansyah.
Meski begitu, kata dia, wisnus tetap menggunakan jasa agen perjalanan wisata yang berlokasi di Batam untuk melayani liburannya di Singapura. Namun, mereka tidak singgah terlebih dulu di Batam, untuk menghemat biaya perjalanan.
"Sudah kelihatan, mereka mengubah arah, seharusnya Jakarta ke Batam lalu ke Singapura, sekarang Jakarta langsung Singapura. Saya (agen perjalanan) menjemput mereka di Singapura," kata dia.
Menurut dia, kenaikan tarif tiket pesawat domestik akan mematikan pariwisata domestik Batam, karena daerah itu adalah kota transit bagi warga Indonesia yang ingin melanjutkan perjalanan ke Singapura dan Malaysia.
"Efeknya industri pariwisata di Batam, kalau berlanjut terus, repot juga. Habislah Batam," kata dia.
"Pengaruhnya terasa sekali di wisatawan domestik, hunian menurun 50 persen dibandingkan waktu biasa," kata Ketua PHRI Batam, Mansur di Batam, Sabtu.
Saat ini memang sedang musim rendah untuk pariwisata, ditambah lagi dengan kenaikan harga tiket pesawat, semakin memperburuk keadaan.
Ia menyatakan biasanya wisatawan nusantara menginap di Batam beberapa hari sebelum atau sesudah kunjungan ke Singapura. Namun kini, pelancong domestik lebih memilih langsung ke Singapura, tanpa singgah di Batam karena harga tiket pesawat yang lebih murah.
"Mereka sekarang langsung ke Singapura," kata dia.
Senada dengan PHRI, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies/Asita) menyatakan Batam mulai ditinggalkan sebagai kota transit, karena wisatawan nusantara memilih langsung berlibur ke Singapura tanpa singgah di kota itu.
"Sekarang wisatawan langsung ke sana. Bertemu kami (agen travel) di Singapura, sudah tidak lewat Batam lagi," kata Sekretaris DPD Asita Kepri, Febriansyah.
Meski begitu, kata dia, wisnus tetap menggunakan jasa agen perjalanan wisata yang berlokasi di Batam untuk melayani liburannya di Singapura. Namun, mereka tidak singgah terlebih dulu di Batam, untuk menghemat biaya perjalanan.
"Sudah kelihatan, mereka mengubah arah, seharusnya Jakarta ke Batam lalu ke Singapura, sekarang Jakarta langsung Singapura. Saya (agen perjalanan) menjemput mereka di Singapura," kata dia.
Menurut dia, kenaikan tarif tiket pesawat domestik akan mematikan pariwisata domestik Batam, karena daerah itu adalah kota transit bagi warga Indonesia yang ingin melanjutkan perjalanan ke Singapura dan Malaysia.
"Efeknya industri pariwisata di Batam, kalau berlanjut terus, repot juga. Habislah Batam," kata dia.