Batam (ANTARA News) - Beberapa serpihan bagian mesin Airbus A380 milik Qantas yang pada Kamis pekan silam meledak di langit dan berhamburan ke daratan Kota Batam belum ditemukan.
"Masih ada beberapa bagian yang belum ditemukan," kata Ketua Tim Penyelidikan Kasus Qantas Komite Nasional Keselamatan Transportasi Mardjono Siswosuwarno di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis.
Serpihan mesin nomor dua terlepas dan serpihannya berjatuhan di daratan Pulau Batam, Kamis (4/11).
Menurut dia, serpihan itu dibutuhkan untuk penyelidikan penyebab kerusakan mesin pesawat tersebut.
"Kalau serpihan yang ditemukan lengkap, maka penyelidikan akan lebih baik," kata dia.
Tim Rolls-Royce, produsen mesin Trent yang dipakai pesawat tersebut terus menyelidiki penyebab mesin pecah.
Mardjono yang juga dosen Institut Teknologi Bandung juga mengatakan tim Rolls-Royce akan kembali mengunjungi Batam pada Sabtu (13/11) untuk melanjutkan penyelidikan.
Penyelidikan penyebab kerusakan Airbus A380, kata dia, juga dilakukan Biro Keselamatan Penerbangan Australia.
KNKT Indonesia membantu penyelidikan karena kecelakaan terjadi di wilayah Indonesia.
Ganti rugi
Mengenai ganti rugi kepada warga Batam yang terkena runtuhan serpihan pesawat, ia mengatakan sebaiknya mengadu kepada otoritas hukum seperti yang dilakukan warga Tangerang, Banten, yang pernah terkena serpihan pesawat.
"Kejadian di Tangerangpersis seperti di Batam," kata dia.
Warga Tangerang, kata dia, mendapat pendampingan dari lembaga swadaya masyarakat dalam menuntut kompensasi.
Di tempat yang sama, anggota KNKT lain, Prita Widjaja mengatakan sebaiknya warga mencari pendampingan agar bisa menuntut ganti rugi kepada Qantas.
Pesawat A380 QF32 pada 4 November 2010 mendarat darurat dengan selamat setelah mengalami masalah pada salah satu mesinnya.
Mesin pesawat hancur berkeping-keping, dan jatuh di 18 lokasi di Kecamatan Batam Kota dan Nongsa.
Rontokan pesawat merusak empat rumah, satu unit mobil dan sekolah. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan penerbangan internasional itu.
Sebelum mendarat darurat di Bandara Changi, Singapura, pilot sempat membuang avtur di uidara Batam untuk mengurangi risiko meledak dalam pendaratan. (Y011/A013/Btm1)
Komentar