Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan Bandara Letung menjadi akses ke pulau terluar di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
"Bandara Letung merupakan satu dari sekian Bandara yang dibangun sebagai wujud kehadiran pemerintah di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan perbatasan atau 3TP," kata Kepala Bagian Kerja Sama Internasional Humas dan Umum Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Mokhammad Khusnu dalam keterangan di Jakarta, Minggu.
Ia menyampaikan, Bandara Letung (LMU) adalah Bandara domestik di Pulau Jemaja Kabupaten Kepulauan Anambas Propinsi Kepulauan Riau yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
"Bandara ini dibangun pada tahun 2014 dan mulai beroperasi 2016. Bandara ini diresmikan pada 14 Oktober 2019 oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara Letung Andy Hendra Suryaka berharap kehadiran Bandara Letung dapat mempermudah mobilitas masyarakat dari dan menuju Kepulauan Anambas.
Selain itu, peran Bandara itu menjadi roda penggerak perekonomian dan membantu dalam pengembangan sosial, budaya serta pariwisata.
"Saat ini Bandara Letung memiliki runway 1600 meter x 30 meter, dan dapat didarati pesawat ATR-72, guna meningkatkan pelayanan dan keamanan di Bandara Letung," kata Andy.
Baca juga: Disbudpar sebut atraksi budaya jadi cara gaet wisman ke Batam
Andy menjelaskan bahwa terminal bandara diperluas dari 600 m2 menjadi 1200 m2, sehingga mampu menampung sekitar 150 penumpang per tahun.
Terminal baru didesain dengan memasukkan unsur kearifan lokal, seperti bentuk bangunan menyerupai sampan atau perahu, dan ornamen ukiran menyerupai ikan Napoleon dan batik gonggong yang mencerminkan kekhasan Kepulauan Anambas.
"Bandara Letung kini melayani penerbangan perintis yang disubsidi pemerintah dengan rute Letung-Tanjung Pinang, frekuensi 2 x seminggu, dan penerbangan komersial rute Letung-Batam frekuensi penerbangan 5 x seminggu," jelas Andy.
Ia menyebutkan, data lima tahun terakhir terjadi peningkatan pesawat yang beroperasi, penumpang dan serta muatan bagasi. Pada 2019, terdapat 185 pergerakan pesawat, meningkat menjadi 282 pergerakan di tahun 2023.
Begitupun dengan pergerakan penumpang, dari 15.272 penumpang di tahun 2019 meningkat menjadi 19.844 penumpang di tahun 2023. Penurunan pergerakan pesawat dan penumpang hanya terjadi ketika pandemi COVID-19 melanda, dan mulai pulih di tahun 2022.
Baca juga: Menparekraf sebut keselamatan wisatawan prioritas pariwisata Indonesia
Menurut dia, kehadiran Bandara Letung memiliki multiplier effect yang signifikan dalam berbagai sektor, termasuk industri pariwisata, ekonomi, dan sosial.
Dari segi pariwisata, Bandara ini mempermudah akses wisatawan domestik dan internasional ke Kepulauan Anambas yang terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan pantainya, sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata dan pendapatan daerah.
Destinasi-destinasi yang sebelumnya sulit dijangkau kini menjadi lebih mudah diakses, menarik minat lebih banyak wisatawan untuk datang dan menikmati keindahan alam serta budaya lokal.
"Secara ekonomi, Bandara ini mendorong pertumbuhan sektor terkait lainnya seperti perhotelan, transportasi, dan kuliner," ujar Andy.
Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, permintaan akan akomodasi, transportasi lokal, dan layanan kuliner pun meningkat, menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.
Baca juga: Seluruh kabupaten/kota se-Kepri raih predikat UHC dari BPJS Kesehatan
Komentar