Tanjungpinang (ANTARA) -
Santan kelapa asal Moro dan Sungai Guntung Kabupaten Karimun Kepulauan Riau diekspor seberat 20 ton diekspor ke Malaysia.
Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Karantina Kepri) Satuan Pelayanan Moro mensertifikasi dan memberikan jaminan kesehatan komoditas santan kelapa senilai Rp382,7 juta tujuan Malaysia.
"Santan kelapa ini berasal dari kelapa di sekitar pulau kecil di Moro dan Sungai Guntung yang merupakan perkebunan kelapa terbesar di Indonesia," kata Kepala Karantina Kepri Herwintarti saat memberikan sertifikat karantina sekaligus melepas ekspor komoditas santan kelapa di Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun, Kepri, Senin.
Herwin menyampaikan hingga awal Agustus 2024, ekspor santan kelapa dari Kepri mencapai 904,6 ton dengan nilai ekonomis mencapai Rp17,8 miliar dengan tujuan utama China, Jerman dan Malaysia.
Dibandingkan ekspor tahun 2023, kata dia, tonase hingga awal Agustus ini telah mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen.
“Ekspor dari Moro ini merupakan ekspor perdana santan yang dilakukan oleh PT KCC sebanyak 20 ton. Diharapkan ke depan semakin banyak masyarakat dan pelaku usaha dari Kepri, khususnya Moro yang dapat melakukan ekspor langsung kelapa dan produk turunannya,” ujar Herwin.
Lebih lanjut Herwin menyampaikan bahwa karantina siaga memberikan pelayanan 24 jam dalam satu hari dan tujuh hari dalam satu minggu (24/7), dan memberikan sertifikasi jaminan kesehatan setelah dilakukan pemeriksaan fisik serta memastikan UHT dengan pemanasan 140 derajat celcius.
Menurutnya upaya percepatan dan dorongan sertifikasi serta jaminan kesehatan terhadap produk hewan, ikan dan tumbuhan ekspor ini sejalan dengan arahan Kepala Badan Karantina Indonesia Sahat M Panggabean agar karantina terus mendorong percepatan layanan di perbatasan atau border secara sistem digital guna memperlancar tata niaga perdagangan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional dengan terus membangun sinergitas berkelanjutan dan mewujudkan sistem layanan digital secara integrasi (SSMQC) zona hijau.
Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan ekspor ini merupakan salah satu poin penting pada sistem perkarantinaan, yaitu dalam rangka mencegah masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit tumbuhan karantina serta pengawasan dan/atau pengendalian terhadap keamanan pangan dan mutu pangan yang dimasukkan ke dalam, serta tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan/atau dikeluarkan dari wilayah NKRI.
Hal ini sekaligus menjadi economic tools dalam mengawal hilirisasi komoditas pertanian dan perikanan menuju ke pasar global, sehingga pada akhirnya dapat menyumbang devisa untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Sistem perkarantina hewan, ikan dan tumbuhan, hilirisasi ekspor secara digital dan mendorong percepatan layanan perkarantinaan terintegrasi melalui SSMQC adalah upaya melindungi kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia yang memerlukan dukungan, kerja sama dan sinergitas seluruh instansi terkait serta pengawasan bersama secara kuat demi NKRI," ujar Herwintarti.
Selain komoditas pertanian, Herwintarti juga menjelaskan bahwa di Moro terdapat komoditas ekspor perikanan yang merupakan hasil dari perairan Kepri yaitu dari Tanjungpinang, Lingga bahkan juga dari perairan Bangka Belitung.
Adapun ikan sembilang, kakap, tenggiri, parang, kerapu, cumi dan udang merupakan komoditas utamanya.
"Komoditas perikanan ini dikirim ke Singapura dan Malaysia, serta telah dijamin kesehatan oleh pejabat Karantina Kepri," katanya pula.
Komentar