BKSDA sosialisasikan cara hidup berdampingan dengan buaya

id buaya muara, kota batam, bksda batam, kepulauan riau,kepri,batam,Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

BKSDA sosialisasikan cara hidup berdampingan dengan buaya

Kantor Seksi Konservasi Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau di Batam. (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Batam (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau memberikan sosialisasi cara hidup berdampingan dengan buaya bagi masyarakat di perumahan Muka Kuning Pramata, Sei Langkai, Sagulung, Kepulauan Riau.

Sosialisasi ini dilakukan untuk mencegah konflik antara manusia dan hewan, karena perumahan Muka Kuning Pratama berada di habitat alami buaya muara.

“Yang kami lakukan mencegah terjadinya konflik adalah sosialisasi agar masyarakat bisa memahami aktivitas buaya, sehingga menghindari beraktivitas di jam-jam aktivitas buaya,” kata Kepala Seksi Wilayah II Batam BBKSDA Riau Tommy Steven Sinambela di Batam, Kamis.

Kemunculan buaya muara sepanjang kurang lebih 3 meter itu kembali terjadi pada Senin (12/8). Siang hari terlihat seekor buaya berjemur di pinggir parit besar dekat pemukiman warga.

Lokasi pemukiman tersebut berjarak tidak jauh dari parit besar yang terhubung langsung dengan muara yang menjadi habitat buaya.

Menurut Tommy, keberadaan buaya di lokasi tersebut tidak bisa dipindahkan atau dievakuasi, karena merupakan kawasan habitatnya. Untuk itu, warga yang menempati lokasi tersebut, hendaknya berhati-hati agar tidak terjadi konflik atau buaya menyerang manusia.

Dia menyebut, warga sekitar perumahan tersebut hendaknya memahami aktivitas buaya, yang biasa beraktivitas di malam hari.

“Jadi, upayakan kalau malam enggak beraktivitas lagi di sekitar lokasi parit itu, misalnya mancing atau lainnya,” kata dia.

Baca juga: BBKSDA imbau warga Sagulung hindari parit habitat buaya

Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah rumah tangga ke aliran parit besar, karena dapat memancing buaya datang mencari makan.

“Kebiasaan masyarakat kan buang sampah rumah tangga seperti tulang ayam, itu kan langsung dibuang ke aliran sungai. Itu bisa memancing buaya datang juga,” katanya.

Upaya pencegahan lainnya dengan memasang rambu-rambu terkait habitat buaya di lokasi tersebut agar masyarakat pendatang mendapatkan informasi dan menjaga kehati-hatian saat beraktivitas.

BBKSDA Batam juga merekomendasikan kepada lurah dan pemerintah daerah agar di hulu parit besar itu dipasang pintu air, guna mencegah buaya masuk ke parit besar dekat pemukiman.

“Kondisi ini bisa diakali dengan buat pintu air di aliran parit besar, seperti pintu air di bendungan, bisa dibuka tutup ketika aliran deras,” katanya.

Menurut Tommy, penyerangan yang dilakukan buaya terjadi karena perubahan perilaku dalam kondisi terdesak. Karena, biasanya buaya tidak menyerang.

Kasus penyerangan buaya dengan manusia di wilayah Kepri masih terbilang rendah, dalam setahun terjadi 2 kali kejadian, salah satunya di Lingga. Untuk wilayah Kota Batam, pernah terjadi buaya sepanjang 6 meter menghantam kapal di wilayah Sagulung pada tahun 2018.

Baca juga: BAZNAS RI bangun rumah sehat di Kota Tanjungpinang Kepri

Tommy mengingatkan konflik antara masyarakat dan buaya ini tinggal menunggu waktu, apabila habitat buaya tersebut terganggu.

Dia juga mengingatkan sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, buaya dan satwa air lainnya tidak lagi menjadi tupoksi BKSDA, beralih ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Sehingga, ke depan yang bertugas menangani apabila ada konflik antara buaya dan manusia adalah pihak KKP. Namun, BKSDA masih bertugas melakukan sosialisasi terkait satwa, dan menjadi tim ahli untuk kasus-kasus satwa yang berperkara di pengadilan.

Sebelumnya, Ketua RW 024 Perumahan Muka Kuning Pratama M Rizal mengatakan buaya tersebut sering muncul pada malam hari.

Menurut Rizal, meski keberadaan buaya sudah dalam pengawasan BBKSDA, warga tetap khawatir, mengingat buaya tersebut kerap muncul ke permukaan, bahkan dekat jembatan.

"Apalagi, di parit besar itu ada batu-batu miring yang memudahkan buaya naik ke permukaan," kata Rizal.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE