Natuna (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna, Provinsi Kepulauan Riau mengingatkan pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak agar bertumbuh dan berkembang dengan baik, serta tercegah menjadi korban kekerasan seksual.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) DP3AP2KB Natuna Yuli Ramadhanita dikonfirmasi dari Natuna, Rabu, mengatakan peringatan Hari Ayah pada 12 November harus menjadi momentum refleksi bagi para ayah terhadap pola asuh yang diterapkan di rumah.
Menurutnya, jika pola asuh masih menggunakan kekerasan dan hubungan emosional anak dan ayah jauh, sebaiknya segera diubah.
Baca juga: Polresta Barelang evaluasi penerapan kanalisasi lajur kiri untuk sepeda motor di Batam
Yuli menjelaskan anak-anak belajar dari perilaku dan kebiasaan orang-orang di sekitarnya, terutama dari orang tua sebagai teladan utama.
“Jadilah contoh yang baik bagi anak, dengarkan mereka, ajak berbicara, sentuh dengan kasih sayang, dan berikan teladan yang positif,” ucap dia.
Ia menambahkan dalam rumah tangga perlu ada aturan yang disepakati bersama antara ayah, ibu, dan anak, agar tercipta keharmonisan.
Ayah, kata Yuli, memiliki peran sebagai pemimpin keluarga sekaligus penegak aturan. Karena itu, ayah perlu bersikap bijak dalam mengambil keputusan dan tentunya aturan yang dibuat memang baik untuk tumbuh kembang anak.
“Ayah diciptakan Tuhan dengan sifat tegas dan kuat. Perannya sebagai penegak aturan membuat ayah menjadi figur utama pembentuk nilai dan moral anak,” ujar dia.
Baca juga: Ratusan nelayan Pulau Kundur Karimun dapat e-Pas kecil dan e-BKP
Sebagai pemimpin keluarga, ayah juga harus mampu mengelola emosi serta menjalin kedekatan dengan istri dan anak.
Kedekatan yang terbentuk, harus bukan karena rasa takut, tetapi karena adanya kepercayaan dan kenyamanan dalam hubungan keluarga.
Karena, lanjut dia, ayah yang tidak dekat dengan anak dapat berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak.
“Nilai dan moral hanya bisa ditanamkan jika ayah memiliki kedekatan emosional dengan anak-anaknya,” katanya.
Ia menambahkan anak yang tidak merasa dekat dengan ayah cenderung menutup diri, sehingga orang tua sulit memantau pergaulannya.
Pengawasan terhadap anak, ujarnya, penting dilakukan agar mereka tidak salah dalam bergaul atau mengambil keputusan.
Anak yang kehilangan sosok ayah di rumah sering kali mencari perhatian di luar. Kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Ketika ayah dekat dengan anak, lebih mudah memberikan pendidikan dini, termasuk pendidikan seks, terutama saat anak memasuki usia akil baligh,” ucapnya.
Baca juga: Gubernur Kepri sebut kampung nelayan jadi solusi atasi keterbatasan APBD
Yuli menegaskan meski pengasuhan menjadi tanggung jawab orang tua, pemerintah tetap berperan menjaga generasi muda melalui berbagai program.
Program-program tersebut merupakan langkah pencegahan agar anak tidak menjadi korban akibat lemahnya pola asuh keluarga.
Ia menambahkan program tersebut juga melibatkan kepolisian, kelompok masyarakat, RT, RW, kelurahan, desa, hingga tingkat kecamatan agar perlindungan anak berjalan optimal.
“Karena lemahnya pengasuhan, kami membentuk Pusat Pembelajaran Keluarga. Lembaga ini memberikan konseling, menjangkau keluarga rentan, dan meningkatkan kapasitas masyarakat tentang perlindungan anak,” katanya.
Baca juga:
BKKBN Kepri berdayakan lansia agar tetap aktif di masyarakat
Pemprov rampungkan 80 persen program RTLH diBintan
Komentar