Batam (Antaranews Kepri) - Angka kematian ibu di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau sangat tinggi yaitu 260 lebih per seratus ribu kelahiran jumlah tersebut mendekati angka nasional yang mencapai 307 orang.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) di RSIA Kasih Sayang Ibu Amir Hakim Siregar, di Batam, Senin, mengatakan kebanyakan ibu yang meninggal di Kota Batam rata-rata pasien rujukan dari kawasan hinterland dan sudah dalam keadaan kritis.
Amir menyatakan ada beberapa faktor penyebab angka kematian ibu tinggi pertama yaitu turunnya jumlah pengguna kontrasepsi, terlambat di bawa ke fasilitas kesehatan profesional, terlambat mendapatkan pertolongan dan terlambat dirujuk.
"Ada juga karena malnutrisi atau anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman dan tradisi atau budaya setempat," katanya.
Amir menambahkan penyebab kematian pada kehamilan dan persalinan ada tiga faktor utama. Pertama pendarahan, eklampsia dan infeksi. Kemudian penyakit menahun dan metabolik seperti infeksi malaria, penyakit TBC, serta diabetes.
Menurutnya ancaman kematian pada perempuan hamil dimulai sejak awal hingga akhir kehamilan dan yang paling ditakuti adalah perdarahan pasca persalinan yang akan merenggut nyawa perempuan dalam hitungan menit. Kejadian itu, kata Amir, dapat terjadi karena jarak kehamilan yang dekat, usia yang sangat muda atau tua.
"Untuk melindungi perempuan dari penyakit dalam kehamilan diperlukan pemeriksaan yang baik dan benar oleh tenaga profesional kesehatan baik bidan mapun dokter," katanya. Selain itu katanya saat ini masih banyak masyarakat yang berpendapat adanya program kontrasepsi terkesan dipaksa.
Agar paradigma tersebut berubah pihaknya akan memberikan edukasi lebih dalam mengenai program Keluarga Berencana (KB) kepada para calon orang tua. Pihaknya juga bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi Kepulauan Riau (BKKBN Kepri) di bidang medis operasi pria dan wanita.
"Dalam hal ini disebut KB mantap dan kita memberikan pendidikan serta latihan terutama kepada kader-kader posyandu," katanya. Amir menambahkan saat ini wanita Indonesia rentan terkena kanker serviks atau kanker mulut rahim.
Kanker serviks kata Amir awalnya sering tanpa gejala sehingga diagnosanya baru diketahui setelah memasuki stadium lanjut. Penyebab utama penyakit tersebut katanya adalah Humas Papilloma Virus (HPV) yaitu virus yang ditularkan melalui hubungan seks.
"Pencegahannya yaitu dengan melakukan pemeriksaan papsmir rutin setiap tahun dan akan diketahui tingkatan infeksi HPV atau pada stadium pre-kanker," ujarnya.
Dari data Yayasan Kanker Indoensia (YKI) Provinsi Kepri pada 2016 ada sekitar 42 perempuan yang terserang kanker dan hingga 2017 ada 14 orang yang mengalami kanker servik.(Antara)
Editor: Rusdianto
Komentar