Tanjungpinang (ANTARA) - Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengajak masyarakat khususnya generasi muda menjadikan momentum Hari Pahlawan 10 November 2022 untuk mengenali tiga pahlawan nasional dari daerah setempat.

"Generasi muda harus bangga dan tahu, bahwa Kepri memiliki tiga pahlawan nasional," kata Sekretaris MSI Cabang Kepri Dedi Arman di Tanjungpinang, Kamis.

Ketiga pahlawan nasional dari Kepri dimaksud, yakni Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji, dan Sultan Mahmud Riayat Syah.

Baca juga:
Tim sepak bola Tanjungpinang gagal penuhi target emas di Porprov Kepri

Batam bentuk tim pendampingan penyaluran BLT

Ketiganya diberi gelar pahlawan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia karena dianggap telah berjasa bagi bangsa dan negara ini.

Menurutnya, Raja Haji Fisabilillah terlebih dulu menerima gelar pahlawan nasional pada tahun 1997, disusul Raja Ali Haji tahun 2004, dan Sultan Mahmud Riayat Syah tahun 2018.

Sebagai bentuk penghargaan terhadap ketiganya, katanya, Pemerintah Pusat melalui Peraturan Presiden (Perpres) memberikan santunan sebesar Rp50 juta per tahun kepada zuriat masing-masing.

Selain itu, pemerintah juga berperan aktif menjaga serta merawat makam ketiga tokoh tersebut, sehingga sekarang menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah.

Baca juga:
Amsakar ajak warga berkontribusi membangun Batam maknai Hari Pahlawan

Imigrasi Batam terbitkan 4.148 paspor masa berlaku 10 tahun

Makam Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji terletak di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang. Sedangkan makam Sultan Mahmud Riayat Syah berada di Daik, Kabupaten Lingga.

Bahkan makam ketiga pahlawan dari Bumi Tanah Melayu itu kerap diziarahi oleh wisatawan dalam maupun luar negeri. Termasuk para pejabat daerah hingga pusat yang datang berkunjung ke wilayah tersebut.

"Sempena Hari Pahlawan. Mari bersama-sama mengenang sekaligus mendoakan arwah pahlawan kita agar mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah SWT," ucap Dedi Arman, yang juga Peneliti Pusat Riset Kewilayahan, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

ANTARA mengutip wikipedia, berikut profil singkat tiga pahlawan nasional yang berasal dari Kepri,

Raja Haji Fisabilillah

Raja Haji Fisabilillah lahir di Kota Lama, Ulu Riau 1725 dan wafat di Teluk Ketapang, Melaka, Malaysia, 18 Juni 1784. Ia dimakamkan di Pulau Penyengat Inderasakti, Kota Tanjungpinang.

Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Tanjung Pinang, Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah, dan salah satu masjid yang ada di Selangor, Malaysia.

Raja Haji dikenal juga sebagai Raja Haji marhum Teluk Ketapang adalah (Raja) Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV. Ia terkenal dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau Lama.

Karena keberaniannya, Raja Haji Fisabililah juga dijuluki atau dipanggil sebagai Pangeran Sutawijaya (Panembahan Senopati) di Jambi.

Ia gugur pada saat melakukan penyerangan pangkalan maritim Belanda di Teluk Ketapang, Melaka, pada tahun 1784. Jenazahnya dipindahkan dari makam di Melaka ke Pulau Penyengat oleh anaknya, Raja Ja’afar (YDM) Riau VI.

Baca juga:
Gubernur Ansar minta RSUD RAT atasi antrean panjang pasien BPJS

Pemkab Natuna latih 40 wakil pengelola desa wisata


Raja Ali Haji

Raja Ali Haji lahir di Pulau Penyengat, Tanjunginang, Kepri pada tahun 1808 dan meninggal di Pulau Penyengat, Kesultanan Lingga pada tahun 1873. Ia adalah ulama, sejarawan, dan pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu.

Dia terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku pedoman bahasa, buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan ditetapkan sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia.

Mahakarya beliau yaitu, Gurindam Dua Belas tahun 1847, menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Bukunya berjudul kitab pengetahuan bahasa, yaitu Kamus Bahasa Melayu Riau-Lingga penggal yang pertama, merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara.

Ia juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk. Raja Ali Haji juga patut diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu.

Baca juga:
Batam tingkatkan pengawasan prokes cegah COVID-19 XBB

Amsakar: Semangat juang pahlawan pembelajaran bagi generasi muda

Sultan Mahmud Riayat Syah

Sultan Mahmud Riayat Syah (SMRS) lahir pada tanggal 24 Maret 1756. Mahmud Syah III adalah anak bungsu dari sultan Johor ke-13, Abdul Jalil Muazzam Syah dengan istri keduanya, Tengku Puteh.

SMRS jadi sultan saat masih belia. Sepanjang hidupnya, ia aktif dalam melawan Belanda. Strategi gerilya laut yang dikembangkannya melawan Belanda menjadikan sosok ini jadi lawan yang ulet bagi Belanda hingga ia wafat.

SMRS adalah Sultan Johor-Pahang-Riau-Lingga dengan wilayah takluknya kini menjadi tiga buah negara yakni Indonesia, Singapura dan Malaysia.

Nama SMRS diabadikan menjadi nama Lapangan Sepakbola di Daik, Kabupaten Lingga dan dipakai untuk nama masjid baru yang sangat besar di Sagulung, Kota Batam.

Baca juga:
TNI AL survei hidro oseanografi untuk menentukan batas maritim di Laut Natuna

Bupati Bintan ajak para atlet Porprov Kepri berkunjung ke destinasi wisata

Pemkab Bintan siapkan bonus untuk atlet berprestasi di Porprov Kepri 2022

12 ribu orang pelamar ikut bursa kerja Kota Batam 2022

Pewarta : Ogen
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2025