Tanjungpinang (ANTARA) - Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad mengevaluasi program penanganan kasus balita stunting atau kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis di wilayah itu.
"Program pencegahan stunting sudah cukup baik, namun masih harus ditingkatkan agar hasilnya maksimal. Saya ingin program tersebut mampu menjadikan Kepri nihil kasus stunting," kata Ansar di Tanjungpinang, Senin.
Ansar mengemukakan Kepri merupakan salah satu provinsi terbaik di Indonesia dalam penanganan kasus stunting. Kolaborasi antarlembaga pemerintahan dan instansi vertikal di wilayah itu mempercepat penurunan angka kasus stunting.
Baca juga:
Kadinkes Kepri: Olahraga rutin cegah diabetes
Gubernur Ansar tegaskan tidak terganggu isu konflik gubernur-wagub
Kolaborasi antara Kemenkes dengan Dinas Kesehatan Kepri dan kader posyandu yang berlangsung sejak beberapa tahun lalu berhasil menurunkan kasus stunting, apalagi upaya pencegahan stunting tersebut mendapat dukungan dari BKKBN dan Kemenag.
Edukasi menjadi bagian terpenting yang perlu dilaksanakan secara konsisten. Tiga komponen prilaku dalam pencegahan stunting yakni pola asuh anak, pola makan,serta pola hidup sehat dan bersih.
Pemenuhan gizi dan kesehatan pada ibu hamil serta ibu menyusui perlu mendapatkan perhatian.
"Edukasi tentang gizi dan nutrisi seimbang perlu dilakukan," ujarnya.
Baca juga:
Polres Bintan harap personel berprestasi di Porprov Kepri tembus ke PON
Pemprov Kepri dan IPB luncurkan beras sorgum di Bintan
Kepala Dinas Kesehatan Kepri Muhamad Bisri mengatakan kasus stunting pada balita di wilayah itu hingga Juli tahun 2022 sebanyak 5.415 anak, jauh berkurang dibanding tahun 2021.
Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) melaporkan selama 2021 telah terjadi peningkatan prevalensi angka stunting di Kepri dari 16,8 persen menjadi 17,6 persen. Namun secara nasional, terjadi penurunan prevalensi angka stunting di Indonesia, yaitu dari 27,67 persen di 2019 menjadi 24,40 persen pada 2021.
Menurut dia, kerja kolaborasi menjadi kunci sebab intervensi percepatan penurunan stunting, baik itu berupa intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif, merupakan bagian kegiatan semua pihak terkait sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi.
"Kader posyandu proaktif mendeteksi stunting sedini mungkin,memantau pertumbuhan balita seperti melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, serta pemberian kapsul vitamin A, pendidikan gizi ibu balita,minum tablet penambah darah cegah anemia pada remaja dan penyuluhan ibu hamil," katanya.
Baca juga:
Satgas Kompi Komposit Marinir Natuna III bakti sosial
Satgas Kepri minta warga antisipasi kenaikan level PPKM
Kepri terima 40 persen bantuan STB dari Kemenkominfo
Gubernur Ansar ingatkan RSUP tingkatkan pelayanan kepada pasien
"Program pencegahan stunting sudah cukup baik, namun masih harus ditingkatkan agar hasilnya maksimal. Saya ingin program tersebut mampu menjadikan Kepri nihil kasus stunting," kata Ansar di Tanjungpinang, Senin.
Ansar mengemukakan Kepri merupakan salah satu provinsi terbaik di Indonesia dalam penanganan kasus stunting. Kolaborasi antarlembaga pemerintahan dan instansi vertikal di wilayah itu mempercepat penurunan angka kasus stunting.
Baca juga:
Kadinkes Kepri: Olahraga rutin cegah diabetes
Gubernur Ansar tegaskan tidak terganggu isu konflik gubernur-wagub
Kolaborasi antara Kemenkes dengan Dinas Kesehatan Kepri dan kader posyandu yang berlangsung sejak beberapa tahun lalu berhasil menurunkan kasus stunting, apalagi upaya pencegahan stunting tersebut mendapat dukungan dari BKKBN dan Kemenag.
Edukasi menjadi bagian terpenting yang perlu dilaksanakan secara konsisten. Tiga komponen prilaku dalam pencegahan stunting yakni pola asuh anak, pola makan,serta pola hidup sehat dan bersih.
Pemenuhan gizi dan kesehatan pada ibu hamil serta ibu menyusui perlu mendapatkan perhatian.
"Edukasi tentang gizi dan nutrisi seimbang perlu dilakukan," ujarnya.
Baca juga:
Polres Bintan harap personel berprestasi di Porprov Kepri tembus ke PON
Pemprov Kepri dan IPB luncurkan beras sorgum di Bintan
Kepala Dinas Kesehatan Kepri Muhamad Bisri mengatakan kasus stunting pada balita di wilayah itu hingga Juli tahun 2022 sebanyak 5.415 anak, jauh berkurang dibanding tahun 2021.
Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) melaporkan selama 2021 telah terjadi peningkatan prevalensi angka stunting di Kepri dari 16,8 persen menjadi 17,6 persen. Namun secara nasional, terjadi penurunan prevalensi angka stunting di Indonesia, yaitu dari 27,67 persen di 2019 menjadi 24,40 persen pada 2021.
Menurut dia, kerja kolaborasi menjadi kunci sebab intervensi percepatan penurunan stunting, baik itu berupa intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif, merupakan bagian kegiatan semua pihak terkait sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi.
"Kader posyandu proaktif mendeteksi stunting sedini mungkin,memantau pertumbuhan balita seperti melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, serta pemberian kapsul vitamin A, pendidikan gizi ibu balita,minum tablet penambah darah cegah anemia pada remaja dan penyuluhan ibu hamil," katanya.
Baca juga:
Satgas Kompi Komposit Marinir Natuna III bakti sosial
Satgas Kepri minta warga antisipasi kenaikan level PPKM
Kepri terima 40 persen bantuan STB dari Kemenkominfo
Gubernur Ansar ingatkan RSUP tingkatkan pelayanan kepada pasien