Tanjungpinang (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan prosesi tepuk tepung tawar merupakan tradisi yang lekat dengan budaya sehingga patut dilestarikan.
 
"Tepuk tepung tawar merupakan tradisi yang lekat dengan kearifan budaya kita, dan ini harus kita lestarikan, sebab mengandung banyak sekali doa terbaik," ujar Sandiaga di Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Sabtu.
 
Selain itu, lanjut dia, ada peninggalan sejarah berupa deretan puisi-puisi Gurindam 12 yang tersemat di Balai Adat, Pulau Penyengat yang dapat menjadi sarana wisata edukasi.
 
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau, Raja Al Hafiz menuturkan, prosesi ini memiliki makna mendoakan hal baik untuk tamu yang datang.
 
"Intinya adalah doa, memberikan dia selamat, doa apa pun kepada tamu," ujarnya.
 
Dalam prosesi ini, setidaknya ada beberapa bahan yang wajib ada, di antaranya beras yang dicampur bubuk kunyit, beras putih, beras yang dipanggang (beras bertih), hingga air bunga yang dicampur saripati beras atau disebut air sejuk alias bedak dingin.
 
Dari sisi lain, guna mendukung pariwisata, Wali Kota Tanjungpinang Rahma mengatakan, pihaknya mengusulkan anggaran sebesar Rp49 miliar pada 2024, salah satunya untuk memperbaiki rute penyeberangan perahu bermotor atau lebih dikenal pompong yang melayani rute dari Tanjungpinang menuju Pulau Penyengat dan sebaliknya.
 
"Tahun 2024 melalui Pemerintah Provinsi Kepri, kita usulkan khusus pariwisata Rp49 miliar salah satunya untuk memperbaiki Jembatan Kuning yang desain-nya ciri khas melayu dilengkapi parkir, pusat adat, dan kami ajukan untuk menunjang penyeberangan karena salah satu yang jadi perhatian adalah supaya orang percaya diri menyeberang dari Tanjungpinang ke Pulau Penyengat dan sebaliknya," tuturnya.

Ssementara itu, dalam kunjungannya di Batam, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengenakan topi khas adat Melayu yang biasa disebut dengan 'Tanjak' sebagai upaya mendorong promosi produk dalam negeri.

Sandiaga saat menghadiri bazar UMKM Batam Jazz and Fashion (Bajafash) di Batam, dirinya menjajal 'Tanjak' berwarna hijau yang bermakna "Putra Kayangan' yang biasa dipakai oleh kaum bangsawan Melayu.

"Warna Tanjak-nya bagus sekali. Tadi awal pakai kesempitan, tapi untungnya bisa di-adjust, jadi pas di kepala saya," ujar Sandiaga di Batam, Jumat.

Menurutnya, Tanjak berwarna hijau tersebut menjadi simbol pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan, sehingga ia langsung membeli topi adat tersebut.

"Warna cocok sekali, cocok dengan masa depan, ekonomi hijau, pariwisata hijau," kata dia.

Banyaknya pelaku UMKM dalam bazar Bajafash tersebut, Sandiaga mengatakan produk usaha mikro di Batam sudah sangat berkualitas dengan hasil barang yang bagus dan terkurasi.

Ia menyampaikan setiap UMKM menciptakan empat hingga enam lapangan pekerjaan bagi daerah setempat.

"UMKM di Batam keren banget. Tadi saya lihat kualitasnya sudah bagus, sudah terkurasi. Dan setiap UMKM menciptakan lapangan kerja 4 sampai 6 lapangan kerja, dan ini bagian dari target kita menciptakan 4,4 juta lapangan kerja," kata Sandiaga.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menparekraf: Prosesi tepuk tepung tawar patut dilestarikan

Pewarta : Sinta Ambarwati
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024