Batam (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan negara-negara ASEAN harus mempunyai komitmen bersama agar bisa memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Imran Pambudi di Batam, Kamis mengatakan hal tersebut mengingat hampir semua negara di wilayah ASEAN merupakan daerah tropis, sehingga memiliki banyak permasalahan terkait kasus DBD.
"Jadi hampir semua negara di ASEAN bermasalah dengan dengue. Mulai dari Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia itu kebanyakan bermasalah dengan dengue," kata Imran.
Ia menyampaikan kerja sama dalam pemberantas kasus dengue sudah ada sejak tahun 2010 melalui KTT ke-19 di Hanoi, Vietnam dengan memperingati Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN.
Kata Imran, Indonesia merupakan negara yang mendorong negara di kawasan ASEAN untuk melawan kasus DBD.
Sementara itu, secara nasional, angka kasus DBD mengalami peningkatan sekitar 146 ribu, dengan angka kematian mencapai 869 jiwa hingga minggu ke-25.
Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudi Pramono mengatakan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menjadi provinsi dengan kasus DBD tertinggi.
Yudi menekankan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk sebagai langkah utama dalam mencegah DBD.
"Fogging tidak langsung berdampak pada jentik nyamuk. Yang kami harapkan penguatan untuk pemberantasan sarang nyamuknya supaya jentik itu tidak berkembang," ujar Yudi.
Dalam memperingati Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN 2024, Kemenkes mencanangkan kawasan bebas jentik nyamuk di Kota Batam dengan meninjau kawasan Pelabuhan Internasional Batam Center.
Hal ini dilakukan sebagai upaya menekan angka DBD di wilayah tersebut, terutama di perkantoran yang banyak terdapat pekerja.
"Di Batam, angka kasus DBD cukup tinggi karena banyak pelabuhan yang notabene banyak pekerja. Kami harap program ini dapat membantu menurunkan angka kasus DBD," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes sebut negara ASEAN punya komitmen bersama berantas DBD
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Imran Pambudi di Batam, Kamis mengatakan hal tersebut mengingat hampir semua negara di wilayah ASEAN merupakan daerah tropis, sehingga memiliki banyak permasalahan terkait kasus DBD.
"Jadi hampir semua negara di ASEAN bermasalah dengan dengue. Mulai dari Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia itu kebanyakan bermasalah dengan dengue," kata Imran.
Ia menyampaikan kerja sama dalam pemberantas kasus dengue sudah ada sejak tahun 2010 melalui KTT ke-19 di Hanoi, Vietnam dengan memperingati Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN.
Kata Imran, Indonesia merupakan negara yang mendorong negara di kawasan ASEAN untuk melawan kasus DBD.
Sementara itu, secara nasional, angka kasus DBD mengalami peningkatan sekitar 146 ribu, dengan angka kematian mencapai 869 jiwa hingga minggu ke-25.
Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudi Pramono mengatakan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menjadi provinsi dengan kasus DBD tertinggi.
Yudi menekankan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk sebagai langkah utama dalam mencegah DBD.
"Fogging tidak langsung berdampak pada jentik nyamuk. Yang kami harapkan penguatan untuk pemberantasan sarang nyamuknya supaya jentik itu tidak berkembang," ujar Yudi.
Dalam memperingati Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN 2024, Kemenkes mencanangkan kawasan bebas jentik nyamuk di Kota Batam dengan meninjau kawasan Pelabuhan Internasional Batam Center.
Hal ini dilakukan sebagai upaya menekan angka DBD di wilayah tersebut, terutama di perkantoran yang banyak terdapat pekerja.
"Di Batam, angka kasus DBD cukup tinggi karena banyak pelabuhan yang notabene banyak pekerja. Kami harap program ini dapat membantu menurunkan angka kasus DBD," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes sebut negara ASEAN punya komitmen bersama berantas DBD