Tanjungpinang, Kepri (ANTARA) - BPS menyatakan keberhasilan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengendalikan inflasi sehingga berada dalam rentang target inflasi nasional, menandakan stabilitas ekonomi di daerah itu terjaga dengan baik.
Kepala BPS Kepri Margaretha Ari Anggorowati mengatakan pada September 2024, inflasi di daerah itu tercatat sebesar 2,53 persen year-on-year (y-o-y). Angka ini mencerminkan kondisi ekonomi yang stabil di bawah target inflasi nasional sebesar 2,5 persen persen ± 1,0 persen.
"Inflasi yang terkendali ini adalah hasil dari pengelolaan harga yang efektif, terutama pada bahan-bahan pokok dan sektor transportasi," kata Margaretha di Tanjungpinang, Rabu.
Ia menjelaskan jika dilihat secara month-on-month (m-o-m), inflasi Kepri September 2024 menunjukkan kenaikan sebesar 0,14 persen dibandingkan Agustus 2024, yang menandakan kestabilan harga terjaga dari bulan ke bulan.
Berdasarkan rincian data, Kota Batam menjadi daerah dengan tingkat inflasi tahunan tertinggi di Kepri pada September 2024, mencapai 2,76 persen (y-o-y).
Inflasi bulanan di Batam cukup stabil dengan kenaikan 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menunjukkan bahwa permintaan barang dan jasa masih dalam kendali.
Adapun Indeks Harga Konsumen (IHK) Batam berada di angka 106,66, yang menunjukkan daya beli masyarakat cukup baik.
Di sisi lain, Kota Tanjungpinang justru mengalami penurunan harga pada bulan September dengan inflasi bulanan sebesar -0,05 persen (m-o-m), menempatkan tingkat inflasi tahunan pada posisi 1,36 persen (y-o-y).
Nilai IHK di Tanjungpinang sendiri tercatat sebesar 104,74, lebih rendah dibandingkan Batam yang mencerminkan dinamika ekonomi yang berbeda antara kedua kota utama di Kepri ini.
Sementara itu, Kabupaten Karimun juga menunjukkan tren inflasi stabil dengan inflasi bulanan 0,02 persen dan tahunan 2,04 persen.
"Dengan IHK yang berada di posisi 105,50, Karimun menampilkan pola perkembangan harga relatif stabil, menunjukkan kebijakan distribusi bahan pokok cukup efektif," ungkapnya.
Margaretha memaparkan inflasi tahunan sebesar 2,53 persen dipengaruhi beberapa kelompok pengeluaran utama yang mengalami kenaikan harga, terutama kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mencatat inflasi tertinggi sebesar 3,46 persen (y-o-y).
Kenaikan harga beras yang mencapai 8,05 persen serta peningkatan harga cabai merah sebesar 2,51 persen, menjadi kontributor utama pada kelompok ini. Namun, beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai hijau justru mengalami deflasi, mencerminkan kondisi pasokan yang lebih baik dibandingkan komoditas lainnya.
Sektor transportasi turut memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi umum dengan kenaikan sebesar 3,39 persen (y-o-y), didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara yang mencapai 11,58 persen dan memberikan andil sebesar 0,18 persen pada inflasi keseluruhan.
Di sisi lain, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi tertinggi kedua setelah kelompok makanan, dengan kenaikan harga sebesar 7,5 persen (y-o-y).
Produk-produk perawatan pribadi seperti kosmetik, serta tarif jasa kecantikan, menjadi pendorong utama inflasi di kelompok ini, yang mencerminkan peningkatan permintaan akan produk-produk non-esensial di kalangan masyarakat Kepri.
Namun demikian, tidak semua sektor mengalami kenaikan harga. Kelompok Pendidikan, misalnya justru mencatatkan deflasi sebesar -1,92 persen, dipengaruhi oleh penurunan biaya pendidikan dan perlengkapan sekolah yang cukup signifikan.
Di luar sektor-sektor tersebut, beberapa komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi bulan September antara lain emas perhiasan yang mengalami lonjakan harga hingga 37,45 persen dan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,39 persen.
Kemudian, komoditi beras yang terus menunjukkan tren kenaikan stabil menyumbang 0,24 persen, sementara tarif parkir mengalami kenaikan hingga 85,08 persen menambah tekanan inflasi sebesar 0,18 persen.
"Sebaliknya, komoditas seperti cabai merah dan bawang merah justru memberikan andil deflasi, masing-masing sebesar -0,13 dan -0,02 persen, seiring dengan pasokan yang melimpah di pasar," kata dia.
Secara terpisah, Sekdaprov Kepri Adi Prihantara menyebut keberhasilan ini mencerminkan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah serta pemangku kepentingan lainnya dalam menjaga kestabilan harga dan memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Dengan inflasi yang terkendali dan perekonomian yang stabil, semua stakeholder di Kepri diharapkan dapat terus bersinergi menjaga tren positif ini hingga akhir tahun 2024.
"Pemerintah daerah rutin memantau perkembangan harga dan melakukan langkah-langkah antisipatif agar inflasi tetap terkendali, serta menjaga kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan ekonomi yang tepat sasaran," kata Adi.
Baca juga: DKPP luncurkan Kios Pangan Batam guna bantu pengendalian inflasi
Kepala BPS Kepri Margaretha Ari Anggorowati mengatakan pada September 2024, inflasi di daerah itu tercatat sebesar 2,53 persen year-on-year (y-o-y). Angka ini mencerminkan kondisi ekonomi yang stabil di bawah target inflasi nasional sebesar 2,5 persen persen ± 1,0 persen.
"Inflasi yang terkendali ini adalah hasil dari pengelolaan harga yang efektif, terutama pada bahan-bahan pokok dan sektor transportasi," kata Margaretha di Tanjungpinang, Rabu.
Ia menjelaskan jika dilihat secara month-on-month (m-o-m), inflasi Kepri September 2024 menunjukkan kenaikan sebesar 0,14 persen dibandingkan Agustus 2024, yang menandakan kestabilan harga terjaga dari bulan ke bulan.
Berdasarkan rincian data, Kota Batam menjadi daerah dengan tingkat inflasi tahunan tertinggi di Kepri pada September 2024, mencapai 2,76 persen (y-o-y).
Inflasi bulanan di Batam cukup stabil dengan kenaikan 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menunjukkan bahwa permintaan barang dan jasa masih dalam kendali.
Adapun Indeks Harga Konsumen (IHK) Batam berada di angka 106,66, yang menunjukkan daya beli masyarakat cukup baik.
Di sisi lain, Kota Tanjungpinang justru mengalami penurunan harga pada bulan September dengan inflasi bulanan sebesar -0,05 persen (m-o-m), menempatkan tingkat inflasi tahunan pada posisi 1,36 persen (y-o-y).
Nilai IHK di Tanjungpinang sendiri tercatat sebesar 104,74, lebih rendah dibandingkan Batam yang mencerminkan dinamika ekonomi yang berbeda antara kedua kota utama di Kepri ini.
Sementara itu, Kabupaten Karimun juga menunjukkan tren inflasi stabil dengan inflasi bulanan 0,02 persen dan tahunan 2,04 persen.
"Dengan IHK yang berada di posisi 105,50, Karimun menampilkan pola perkembangan harga relatif stabil, menunjukkan kebijakan distribusi bahan pokok cukup efektif," ungkapnya.
Margaretha memaparkan inflasi tahunan sebesar 2,53 persen dipengaruhi beberapa kelompok pengeluaran utama yang mengalami kenaikan harga, terutama kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mencatat inflasi tertinggi sebesar 3,46 persen (y-o-y).
Kenaikan harga beras yang mencapai 8,05 persen serta peningkatan harga cabai merah sebesar 2,51 persen, menjadi kontributor utama pada kelompok ini. Namun, beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai hijau justru mengalami deflasi, mencerminkan kondisi pasokan yang lebih baik dibandingkan komoditas lainnya.
Sektor transportasi turut memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi umum dengan kenaikan sebesar 3,39 persen (y-o-y), didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara yang mencapai 11,58 persen dan memberikan andil sebesar 0,18 persen pada inflasi keseluruhan.
Di sisi lain, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi tertinggi kedua setelah kelompok makanan, dengan kenaikan harga sebesar 7,5 persen (y-o-y).
Produk-produk perawatan pribadi seperti kosmetik, serta tarif jasa kecantikan, menjadi pendorong utama inflasi di kelompok ini, yang mencerminkan peningkatan permintaan akan produk-produk non-esensial di kalangan masyarakat Kepri.
Namun demikian, tidak semua sektor mengalami kenaikan harga. Kelompok Pendidikan, misalnya justru mencatatkan deflasi sebesar -1,92 persen, dipengaruhi oleh penurunan biaya pendidikan dan perlengkapan sekolah yang cukup signifikan.
Di luar sektor-sektor tersebut, beberapa komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi bulan September antara lain emas perhiasan yang mengalami lonjakan harga hingga 37,45 persen dan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,39 persen.
Kemudian, komoditi beras yang terus menunjukkan tren kenaikan stabil menyumbang 0,24 persen, sementara tarif parkir mengalami kenaikan hingga 85,08 persen menambah tekanan inflasi sebesar 0,18 persen.
"Sebaliknya, komoditas seperti cabai merah dan bawang merah justru memberikan andil deflasi, masing-masing sebesar -0,13 dan -0,02 persen, seiring dengan pasokan yang melimpah di pasar," kata dia.
Secara terpisah, Sekdaprov Kepri Adi Prihantara menyebut keberhasilan ini mencerminkan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah serta pemangku kepentingan lainnya dalam menjaga kestabilan harga dan memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Dengan inflasi yang terkendali dan perekonomian yang stabil, semua stakeholder di Kepri diharapkan dapat terus bersinergi menjaga tren positif ini hingga akhir tahun 2024.
"Pemerintah daerah rutin memantau perkembangan harga dan melakukan langkah-langkah antisipatif agar inflasi tetap terkendali, serta menjaga kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan ekonomi yang tepat sasaran," kata Adi.
Baca juga: DKPP luncurkan Kios Pangan Batam guna bantu pengendalian inflasi