Batam (Antara Kepri) - Demonstrasi belasan mahasiswa mempertanyakan rekening gendut PNS di Gedung DPRD Batam Kepulauan Riau, Selasa, berujung ricuh, polisi dan mahasiswa saling tendang hingga aparat keamanan mengamankan 14 orang yang mengaku mahasiswa.
Kericuhan berawal dari upaya beberapa mahasiswa untuk merengsek masuk ke dalam Gedung DPRD. Upaya itu dihadang aparat kepolisian hingga terjadi saling dorong.
Saat polisi berupaya menahan, seorang pengunjuk rasa, Andre, terjatuh. Kepada wartawan, ia mengaku dipukul aparat kepolisian.
"Wartawan mana, polisi pukul mahasiswa. Jangan pukuli teman kami. Kami demo, tapi kenapa malah kami dipukuli," teriak seorang pengunjuk rasa.
Usai meminta perhatian wartawan, pengunjuk rasa lainnya meneriaki polisi.
"Kalian digaji dari uang rakyat. Polisi adalah babu rakyat," kata seorang pengunjuk rasa.
Seorang polisi yang mendengar teriakan itu langsung meminta pengunjuk rasa menunjukan kartu mahasiswa, karena mencurigai unjuk rasa itu disusupi.
"Minta kartu mahasiswanya. Minta kartunya. Ini ada yang bukan mahasiswa," teriak seorang polisi.
Namun, permintaan itu diabaikan pengunjuk rasa. Belasan orang yang mengatasnamakan mahasiswa Lira kembali berupaya mendesak barikade keamanan yang dibalas polisi dengan menendang.
Polisi pun langsung menarik dan memukul seorang mahasiswa yang sebelumnya menyatakan "polisi babu rakyat". Aparat keamanan kemudian mengamankan 14 pengunjuk rasa, satu per satu ke sekitar Kantor Pemerintah Kota Batam dan membawanya ke Markas Polresta Barelang.
Sementara Kepala Bagian Ops Polresta Barelang Kompol Himawan Banuaji yang berada di lokasi kejadian, enggan berkomentar.
Belasan warga yang mengatasnamakan mahasiswa Lira mendesak DPRD Kota Batam menelusuri dugaan rekening gendut seorang pegawai negeri sipil di lingkup Pemkot Batam.
Dalam orasinya, pengunjuk rasa mempertanyakan asal muasal rekening senilai Rp1,3 triliun di rekening PNS. (Antara)
Editor: Rusdianto
Kericuhan berawal dari upaya beberapa mahasiswa untuk merengsek masuk ke dalam Gedung DPRD. Upaya itu dihadang aparat kepolisian hingga terjadi saling dorong.
Saat polisi berupaya menahan, seorang pengunjuk rasa, Andre, terjatuh. Kepada wartawan, ia mengaku dipukul aparat kepolisian.
"Wartawan mana, polisi pukul mahasiswa. Jangan pukuli teman kami. Kami demo, tapi kenapa malah kami dipukuli," teriak seorang pengunjuk rasa.
Usai meminta perhatian wartawan, pengunjuk rasa lainnya meneriaki polisi.
"Kalian digaji dari uang rakyat. Polisi adalah babu rakyat," kata seorang pengunjuk rasa.
Seorang polisi yang mendengar teriakan itu langsung meminta pengunjuk rasa menunjukan kartu mahasiswa, karena mencurigai unjuk rasa itu disusupi.
"Minta kartu mahasiswanya. Minta kartunya. Ini ada yang bukan mahasiswa," teriak seorang polisi.
Namun, permintaan itu diabaikan pengunjuk rasa. Belasan orang yang mengatasnamakan mahasiswa Lira kembali berupaya mendesak barikade keamanan yang dibalas polisi dengan menendang.
Polisi pun langsung menarik dan memukul seorang mahasiswa yang sebelumnya menyatakan "polisi babu rakyat". Aparat keamanan kemudian mengamankan 14 pengunjuk rasa, satu per satu ke sekitar Kantor Pemerintah Kota Batam dan membawanya ke Markas Polresta Barelang.
Sementara Kepala Bagian Ops Polresta Barelang Kompol Himawan Banuaji yang berada di lokasi kejadian, enggan berkomentar.
Belasan warga yang mengatasnamakan mahasiswa Lira mendesak DPRD Kota Batam menelusuri dugaan rekening gendut seorang pegawai negeri sipil di lingkup Pemkot Batam.
Dalam orasinya, pengunjuk rasa mempertanyakan asal muasal rekening senilai Rp1,3 triliun di rekening PNS. (Antara)
Editor: Rusdianto