Tanjungpinang (Antara) - Pelaku usaha kelong apung (rumah terapung dilengkapi mesin kapal jaring) wisata di pesisir Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, terpaksa tidak beroperasi selama musim angin utara karena gelombang tinggi, dan angin kuat.

Jumardi, salah seorang pemilik kelong apung di Desa Teluk Bakau, Bintan, Minggu, mengatakan selama musim angin utara tidak berani membawa wisatawan memancing di atas kelong apung karena berisiko.

"Kami juga tidak menjaring ikan teri dan cumi selama musim angin utara," ujarnya.

Jumardi mengemukakan banyak wisatawan lokal dan wisman yang bertanya kapan mulai mengoperasikan kelong wisata. Kemungkinan ia baru mulai melaut pada Maret atau April 2018. (baca juga: "Grand Lagoi Condotel" Dorong Pariwisata Bintan)

Wisatawan domestik atau lokal hanya dikenakan Rp150.000 per orang untuk memancing di atas kelong miliknya. Wisawatan juga dapat tidur di ruangan yang sudah disiapkan, layaknya sedang beristirahat di rumah.

Wisatawan juga mendapat oleh-oleh berupa ikan teri, cumi dan ikan.

"Musim libur seperti sekarang ini seharusnya membawa rezeki kepada kami jika angin tidak kencang, dan gelombang laut tidak tinggi," ucapnya.

Kelong apung yang terbuat dari kayu hanya dapat bertahan sekitar 4-5 tahun. Sejak dua bulan lalu tidak melaut.

Ia gunakan waktu senggang untuk memperbaiki bagian kelong apung yang rusak, dan mengganti kayu yang lapuk. Selain itu, Jumardi juga mendapat pekerjaan membuat empat kelong apung dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Harga kelong apung yang baru untuk menangkap teri Rp120 juta, sedangkan untuk wisata mencapai Rp160 juta," ucapnya.

Jumardi mengatakan usaha kelong apung di Bintan belum berkembang. Usaha ini hanya digeluti sejumlah nelayan trandisional, namun belum maksimal. Nelayan hanya berani membawa 4 orang wisatawan untuk memancing di atas kelong miliknya. (baca juga: Limbah Minyak Ancam Pariwisata Bintan)

"Ada juga tempat wisata yang membuat kelong apung dari fiber. Pengusaha menyewakan kelong apung itu kepada wisatawan," ujarnya. (Antara)

Editor: Rusdianto 

Pewarta : Niko Panama
Editor : Kepulauan Riau
Copyright © ANTARA 2024