Batam (ANTARA) - Kalau orang-orang menggelari Bacharuddin Jusuf Habibie, presiden ketiga RI, sebagai negarawan sejati, Bapak Teknologi, hingga Bapak Demokrasi, warga Batam menyebutnya sebagai Bapak Pembangunan, yang mengubah nol menjadi sejuta. 

Habibie berperan dalam perancangan pembangunan Pulau Batam menjadi kota modern, tempat kawasan industri dan galangan kapal beroperasi.

Dia mencermati letak geografis Batam yang berdekatan dengan Selat Malaka dan memutuskan bahwa industri yang tepat dibangun di wilayah itu  adalah galangan kapal. Operasi galangan kapal membutuhkan jalan, listrik, dan infrastruktur pendukung lainnya. Maka kemudian, ia bangun semuanya.

Dia juga menghitung, tahun ini jumlah warga Batam sebanyak ini, maka dibutuhkan air segini, maka harus dibangun sekian dam untuk memenuhi kebutuhan air warga. 

Begitulah Habibie membangun Batam, memandang ke depan, bukan hanya satu-dua tahun, tapi berpuluh tahun mendatang.

Dia juga merancang lokasi ini untuk industri galangan kapal, ini untuk manufaktur, ini untuk perkantoran, ini untuk perumahan, ini hutan lindung, ini untuk itu... semuanya terancang rapi dalam satu rencana induk yang disebut Master Plan Batam.

"Saya masih ingat waktu menjadi staf Otorita Batam, waktu itu BJH memberi arahan di Wisma Batam malam hari pada tahun 1994, memberikan arahan evaluasi Master Plan Batam," kata Dendi Purnomo, mantan Karyawan Otorita Batam, yang kini berganti nama menjadi Badan Pengusahaan Batam.

Pada kesempatan itu, ia menuturkan, Habibie menyampaikan impiannya menyatukan dan memajukan Indonesia menggunakan Teori Balon.

Teori itu mengansumsikan, Singapura yang luasnya hanya sekitar 500 km persegi akan memasuki era jenuh. Ketika itu terjadi, Negeri Singa tidak lagi dapat menampung "udara" investasi yang masuk dan membutuhkan tempat perluasan, dan Batam adalah tempat yang paling pas untuk menampung aliran "udara" investasi itu.

Pulau Batam, yang tidak lebih luas dari Singapura, pun akan mencapai kejenuhan. Pulau Rempang hingga Galang serta Pulau Bintan yang ada di dekatnya akan menerima luapannya.

Maka Habibie bermimpi menghubungkan Pulau Batam, Rempang, Galang, dan Bintan (Barelangbin) dengan jembatan.

"Habibie menyampaikan cita-cita pengembangan Barelangbin yang akan dihuni 10 persen penduduk Indonesia, mampu bersaing dengan negara maju dengan keunggulan komparatif dan kompetitif yaitu SDM yang unggul, serta lingkungan yang terjaga," Dendi menuturkan.
  BJ Habibie memantau pembangunan di Batam. (HO Humas BP Batam)

Habibie memimpin Otorita Batam selama 20 tahun dari 1978 hingga 1998. Ia kemudian mundur dari jabatannya sebagai pemimpin Otorita Batam karena harus menjalankan amanat menjadi Presiden RI setelah Soeharto mundur.

Ketika dia mundur, Batam sudah maju. Investasi tumbuh pesat di Batam, sama sekali tidak kena dampak krisis moneter yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia kala itu.

Meski tidak lagi memimpin Otorita Batam, Batam masih bermain di pikiran Habibie. Ia masih kerap mengunjungi kota itu, tempat adik kandungnya Sri Sudarsono menetap.

Pada awal 2019, Habibie menyampaikan harapannya agar Batam menjadi pusat industri dirgantara Indonesia.

Menurut Habibie, mewujudkan Batam sebagai pusat industri dirgantara tidak sulit asal ada sarana dan prasarana pendukungnya.

Teknokrat kelahiran Parepare itu juga menyampaikan keinginannya agar Batam fokus pada pengembangan industri berteknologi tinggi sebagai andalan.

"Kenapa high tech (teknologi tinggi), karena sekarang sudah ada tourism (pariwisata) dan industri ada di Batam ini," kata Habibie ketika itu.

 

Sosok Istimewa

Kepergian Habibie menjadi duka tersendiri bagi warga Batam.

"Beliau bukan hanya Presiden RI, tapi juga orang tua kita semua. Bagi Batam, Beliau istimewa, karena telah meletakkan tonggak sejarah bagi pembangunan Batam," kata Wali Kota Batam Muhammad Rudi.

Penerus Habibie di Otorita Batam, Kepala Badan Pengusahaan Batam Edy Putra Irawady, pun berduka, merasa kehilangan seorang guru.

"Bagi saya, Pak Habibie adalah seorang guru, Beliau adalah seorang pemimpin yang telah menanamkan pondasi yang kokoh untuk pembangunan Batam dan Bangsa Indonesia," kata dia.

"Dan sebagai Kepala BP Batam saat ini, maka sudah menjadi kewajiban kami untuk meneladani Beliau dan berbuat yang terbaik untuk pembangunan Batam," ia menambahkan.

Tidak hanya pemimpin dan pejabat daerah, anak-anak Batam juga berduka karena kepergian Habibie.

Sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan KeluargaKartini mengadakan pembacaan Al- Quran Surah Yasin selama tujuh hari untuk mendoakan Bapak Pembangunan Batam.

Wakil Kepala Sekolah SMP Kartini 1 Yasasan  Keluarga Batam (YKB) Nice Arisandi, mengatakan bahwa yayasan juga akan menggelar Shalat Magrib berjamaah dan tahlil pada Kamis malam di Rumah Sakit Budi Kemuliaan milik yayasan.

Seluruh karyawan di lingkungan Yayasan Keluarga Batam, ia mengatakan, merasa sangat kehilangan karena kepergian Habibie, yang dalam beberapa kesempatan meluangkan waktu untuk bertemu dengan siswa-siswi sekolah Kartini.

Pada Selasa (10/9), saat Habibie dikabarkan kritis, siswa-siswi SMP Kartini 1 membacakan Surah Yasin untuk mendoakan kesembuhan dan kesehatan sang "eyang".

Dalam perjumpaan terakhir dengan Habibie, siswa-siswi sekolah itu mengumpulkan dana untuk pembangunan pesawat R80 .

"Anak-anak semangat untuk mengumpulkan sumbangan, sampai terkumpul Rp1 miliar," kata Nice.

Mereka terpacu untuk mendukung upaya mewujudkan mimpi Bapak Teknologi Indonesia, menyaksikan R80 mengudara di langit Indonesia.
 

Pewarta : Yuniati Jannatun Naim
Editor : Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024