Aceh Besar (ANTARA) - Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Banda Aceh menciptakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa pelindung wajah atau face shield mask bagi tenaga kesehatan dalam upaya mencegah penularan wabah COVID-19.
“Pelindung wajah ini merupakan salah satu perangkat APD (Alat Pelindung Diri) yang selalu digunakan tenaga medis saat menangani pasien yang terduga atau sudah terpapar COVID-19,” kata Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Rachmat Fitri di Banda Aceh, Rabu.
Pernyataan itu disampaikannya di sela-sela meninjau langsung hasil karya anak didik SMK 2 Banda Aceh dalam memproduksi alat pelindung wajah guna mendukung pencegahan penyebaran virus corona di Aceh.
Ia menjelaskan pelindung wajah yang dibuat tersebut merupakan bagian kepedulian para pelajar SMK Negeri 2 Banda Aceh dalam membantu mencegah penyebaran virus corona di Kota Banda Aceh.
Baca juga: RSUP Kepri kekurangan APD COVID-19
Ia mengatakan pelindung wajah diproduksi oleh pelajar di sekolah tersebut nantinya dapat dipergunakan oleh tenaga medis yang bekerja di Rumah Sakit.
Kadisdik Aceh juga mengapresiasi langkah pihak sekolah yang terus mengembangkan potensinya untuk menciptakan alat yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
Pihaknya meminta agar bahan yang digunakan dapat memenuhi standar yang sudah ditetapkan pemerintah atau speknya sama dengan face shield mask yang digunakan oleh tenaga medis di rumah sakit.
"Kami akan terus mendukung upaya yang dilakukan oleh para guru dan siswa ini, sehingga akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Aceh. Para guru dan pelajar di SMK harus peka melihat kebutuhan masyarakat atau dunia usaha, dengan ini maka SMKN 2 Banda Aceh sudah menuju ke arah itu," katanya.
Baca juga: Kepri minta tambahan APD ke Pemerintah Pusat
Rachmat Fitri meminta agar para guru dan anak didik yang berada di SMKN 2 Banda Aceh untuk dapat terus berinovasi dan berimajinasi dalam menciptakan alat atau bahan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan pasar saat ini.
"Selain pelindung wajah, disini kita juga sudah membuat alat-alat permesinan kendaraan, plakat, pengelasan baja dan besi, dan lain-lain yang sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat," katanya.
Kepala SMK Negeri 2 Banda Aceh, Muhammad Husin mengatakan APD pelindung wajah buatan pihaknya sudah memenuhi standar medis yang ditetapkan yakni mulai dari desain, ukuran dan bahan-bahannya sudah merujuk pada standar pembuatan face shield mask.
Baca juga: Pelaku industri diminta bantu produksi massal APD
"Kami membuat alat pelindung diri di bengkel sekolah, karena kami sudah memilliki mesin print tiga dimensi untuk mencetak plastik mika. Jadi, untuk membuat alat APD ini sudah tersedia mesinnya, tinggal membeli bahan-bahannya saja," katanya.
Ia menambahkan setelah hampir sebulan beroperasi, alat tersebut sudah mampu membuat sekitar 30 hingga 40 unit masker pelindung diri, dengan durasi pembuatan satu maskernya berkisar 2 hingga 3 jam kerja.
"Kalau seandainya hasil produk siswa kami masih terdapat kekurangan, kami siap untuk memperbaiki. Intinya kami ingin memberikan kontribusi dengan menyumbangkan pemikiran dan alat APD yang berguna untuk penanganan COVID-19 di Aceh," katanya.
Baca juga: Pemprov Kepri distribusikan Rp2 miliar untuk penanganan COVID-19 di Batam
“Pelindung wajah ini merupakan salah satu perangkat APD (Alat Pelindung Diri) yang selalu digunakan tenaga medis saat menangani pasien yang terduga atau sudah terpapar COVID-19,” kata Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Rachmat Fitri di Banda Aceh, Rabu.
Pernyataan itu disampaikannya di sela-sela meninjau langsung hasil karya anak didik SMK 2 Banda Aceh dalam memproduksi alat pelindung wajah guna mendukung pencegahan penyebaran virus corona di Aceh.
Ia menjelaskan pelindung wajah yang dibuat tersebut merupakan bagian kepedulian para pelajar SMK Negeri 2 Banda Aceh dalam membantu mencegah penyebaran virus corona di Kota Banda Aceh.
Baca juga: RSUP Kepri kekurangan APD COVID-19
Ia mengatakan pelindung wajah diproduksi oleh pelajar di sekolah tersebut nantinya dapat dipergunakan oleh tenaga medis yang bekerja di Rumah Sakit.
Kadisdik Aceh juga mengapresiasi langkah pihak sekolah yang terus mengembangkan potensinya untuk menciptakan alat yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
Pihaknya meminta agar bahan yang digunakan dapat memenuhi standar yang sudah ditetapkan pemerintah atau speknya sama dengan face shield mask yang digunakan oleh tenaga medis di rumah sakit.
"Kami akan terus mendukung upaya yang dilakukan oleh para guru dan siswa ini, sehingga akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Aceh. Para guru dan pelajar di SMK harus peka melihat kebutuhan masyarakat atau dunia usaha, dengan ini maka SMKN 2 Banda Aceh sudah menuju ke arah itu," katanya.
Baca juga: Kepri minta tambahan APD ke Pemerintah Pusat
Rachmat Fitri meminta agar para guru dan anak didik yang berada di SMKN 2 Banda Aceh untuk dapat terus berinovasi dan berimajinasi dalam menciptakan alat atau bahan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan pasar saat ini.
"Selain pelindung wajah, disini kita juga sudah membuat alat-alat permesinan kendaraan, plakat, pengelasan baja dan besi, dan lain-lain yang sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat," katanya.
Kepala SMK Negeri 2 Banda Aceh, Muhammad Husin mengatakan APD pelindung wajah buatan pihaknya sudah memenuhi standar medis yang ditetapkan yakni mulai dari desain, ukuran dan bahan-bahannya sudah merujuk pada standar pembuatan face shield mask.
Baca juga: Pelaku industri diminta bantu produksi massal APD
"Kami membuat alat pelindung diri di bengkel sekolah, karena kami sudah memilliki mesin print tiga dimensi untuk mencetak plastik mika. Jadi, untuk membuat alat APD ini sudah tersedia mesinnya, tinggal membeli bahan-bahannya saja," katanya.
Ia menambahkan setelah hampir sebulan beroperasi, alat tersebut sudah mampu membuat sekitar 30 hingga 40 unit masker pelindung diri, dengan durasi pembuatan satu maskernya berkisar 2 hingga 3 jam kerja.
"Kalau seandainya hasil produk siswa kami masih terdapat kekurangan, kami siap untuk memperbaiki. Intinya kami ingin memberikan kontribusi dengan menyumbangkan pemikiran dan alat APD yang berguna untuk penanganan COVID-19 di Aceh," katanya.
Baca juga: Pemprov Kepri distribusikan Rp2 miliar untuk penanganan COVID-19 di Batam