Tanjungpinang (ANTARA) - Pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan di Kabupaten Lingga yang diberikan melalui DAK Provinsi Kepulauan Riau diminta tidak diintervensi oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan tertentu.
"Kepala sekolah merasa tidak aman dan nyaman dalam menentukan kontraktor pengerjaan DAK akibat adanya intervensi," kata seorang tokoh pemuda Lingga, Suryadi, Senin.
Menurut dia, pengelolaan DAK merupakan kewenangan dari sekolah dari hasil koordinasi dengan komite sekolah dan bukan merupakan kewenangan OPD terkait atau oknum-oknum pejabat lainnya.
"Kami mendapat informasi di lapangan ada oknum, dan pihak-pihak tertentu yang mengintervensi pengerjaan DAK dengan mengatur pengerjaan di beberapa kegiatan yang dianggarkan melalui DAK," ujarnya.
Secara etika menurutnya hal tersebut sangat tidak etis, apalagi dilakukan dengan memberikan semacam ancaman tentang jabatan dan lain-lainnya. Sesuai dengan peraturan yang berlaku DAK dan Dana BOS merupakan kewenangan penuh pihak sekolah sehingga tidak boleh ada intervensi dari pihak lain.
Dari informasi yang di dapatnya ada beberapa sekolah yang mendapat intervensi dari pihak-pihak yang memiliki pengaruh di Kabupaten Lingga untuk meloloskan rekanan tertentu yang diduga kuat rekanan tersebut adalah kenalan-kenalan dari oknum-oknum tersebut.
"Tentu ini sangat miris, jika dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu sekolah tentu akan mendapat efek negatif, sehingga nantinya juga akan berdampak pada aspek lain di bidang pendidikan," ujarnya.
Menurut Adi sapaan akrabnya, total keseluruhan anggaran DAK untuk pembangunan dan meubelier yang salah satunya berada di Kecamatan Singkep Pesisir menelan anggaran sekitar Rp2,8 milyar lebih dari APBN.
"Ini anggaran yang cukup signifikan makanya jangan sampai kepala sekolah terlena dan mendapat intervensi dr pihak mana pun, karena ini merupakan dana DAK bukan APBD," ujarnya.
Sementara anggaran total untuk DAK Fisik yang dititipkan melalui Provinsi Kepulauan Riau untuk SMA dan sederajat untuk wilayah Kabupaten Lingga yang bersumber dari APBN senilai Rp4,6 milyar lebih, dan yang tertinggi ada di Kecamatan Singkep Pesisir.
Komentar