Bintan, Kepulauan Riau (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau meminta warga untuk mewaspadai penyakit infeksi saluran penyakit atas (ISPA) yang dalam beberapa pekan terakhir yang menyerang anak-anak setempat.
Kepala Dinas Kesehatan Bintan Gama AF Isnaeni di Bintan, Senin, mengatakan, kasus penyakit ISPA saat cuaca buruk, seperti sekarang ini meningkat dan dalam sehari, rata-rata jumlah anak-anak yang terserang ISPA lebih dari 50 orang.
"Jumlah penderita penyakit ISPA yang masuk lima besar nasional terbanyak di Bintan," kata dokter spesialis anak tersebut.
Gama menjelaskan ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, meliputi hidung, sinus, faring, dan laring. ISPA disebabkan mikroorganisme seperti Adenovirus, yang dapat menyebabkan pilek, bronkitis, dan pneumonia.
Sementara penderita yang terinfeksi Rhinovirus menyebabkan pilek.
"Dalam kondisi tertentu, ISPA dapat meningkat menjadi radang paru-paru, terutama ketika orang terinfeksi Pneumokokus," katanya.
Anak-anak yang terserang ISPA memiliki gejala seperti hidung tersumbat, pilek, batuk kering, demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorokan, demam dan sulit bernapas.
"Jika panas mencapai 39 derajat celcius harus segera dibawa ke rumah sakit," imbaunya.
Berdasarkan hasil penelitian, kata dia faktor yang bisa meningkatkan resiko ISPA pada balita yakni status gizi, belum imunisasi, tidak mendapatkan ASI eksklusif, paparan asap rokok selama kehamilan, kepadatan tempat tinggal, dan perilaku merokok dalam keluarga.
"Rumah yang lembab dan kurang pencahayaan juga potensial menyebabkan ISPA," ucapnya.
Ia mengungkapkan untuk mencegah anak di bawah lima tahun supaya tidak tertular ISPA sebaiknya para orang tua menjaga lingkungan rumah dan sekitar rumah tetap bersih.
"Makan-makanan yang bergizi," imbaunya.
Penyakit ISPA relatif tidak berbahaya, namun dampak kesehatan yang ditimbulkannya cukup berbahaya jika tidak ditangani secara serius. Anak-anak yang mengalami batuk, flu dan demam biasanya tidak mau makan. Akibatnya, mereka kekurangan asupan gizi.
"Kalau kekurangan gizi, tentu akan menimbulkan dampak lainnya. Ini yang harus dicegah melalui pengobatan yang benar," katanya.
Gama mengemukakan ISPA pada bayi berusia 6 bulan atau di bawah setahun, anak-anak yang lahir prematur atau yang memiliki riwayat jantung bawaan atau penyakit paru-paru, dan anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko sehingga perlu segera ditangani tim medis.
"Orang dewasa yang mengidap penyakit paru obstruktif kronik, gagal jantung progresif, atau asma juga berisiko ketika terserang ISPA," ujarnya.
Berita Terkait
Warga diminta waspadai guguran lava Gunung Karangetang
Minggu, 17 November 2024 7:36 Wib
BMKG prakirakan hari ini beberapa wilayah Kepri berpotensi hujan
Minggu, 17 November 2024 4:29 Wib
Pemkot Batam tingkatkan kesadaran literasi digital mahasiswa
Sabtu, 16 November 2024 17:21 Wib
Polresta Barelang-Kepri gagalkan pengiriman 24 PMI ilegal
Sabtu, 16 November 2024 16:27 Wib
Pemeliharaan Masjid Agung Batam dilanjutkan usai revitalisasi
Sabtu, 16 November 2024 16:11 Wib
Kaum perempuan sulap gersangnya Pulau Pemping jadi sejuk
Sabtu, 16 November 2024 14:26 Wib
KPU Karimun gunakan kapal untuk distribusi logistik pilkada ke 10 kecamatan
Sabtu, 16 November 2024 14:14 Wib
KPU Natuna sediakan layanan khusus untuk disabilitas dan lansia di TPS
Sabtu, 16 November 2024 13:44 Wib
Komentar