Polda Kepri nobar "Bila Esok Ibu Tiada" bersama Korpri dan anak yatim

id hut ke-53 korpri, hut ke-73 divhumas, nonton bareng, bila esok ibu tiada, kota batam, polda kepri, kepulauan riau

Polda Kepri nobar "Bila Esok Ibu Tiada" bersama Korpri dan anak yatim

Polda Kepri menggelar acara nonton bareng film "BIla Esok Ibu Tiada" bersama keluarga besar Korpri Polda Kepri dan anak yatim di Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (15/11/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty) (ANTARA/HO-Bidhumas Polda Kepri)

Batam (ANTARA) - Dalam rangka memperingati HUT Ke-73 Divhumas Polri dan HUT Ke-53 Korpri, Bidhumas Polda Kepulauan Riau nonton bersama (nobar) anak yatim dan pegawai Korpri film “Bila Eso Ibu Tiada” di Kota Batam, Jumat.

Kabid Humas Polda Kepri Kombes Pol. Zahwani Pandra Arsyad mengatakan kegiatan ini dalam rangka mempererat silaturahmi antara personel Polri yang juga merupakan anggota Korpri dan juga anak-anak yatim.

“Kegiatan nobar ini selain dalam rangka memperingati HUT Ke-73 Divhumas Polri dan HUT Ke-53 Korpri sekaligus ajang silaturahmi bagi anak-anak bersama institusi Polri dan juga Korpri,” kata Pandra.

Tercatat ada sekitar 200 peserta nonton bareng, terdiri dari anggota Korpri Polda Kepri bersama keluargannya, serta anak yatim dari Yayasan Al Fatih dan Yayasan Lima Roti, Dua Ikan.

Selain nonton bersama, juga dilaksanakan pemberian santunan Oleh Bidhumas Polda Kepri kepada anak-anak panti asuhan sebagai tanda cinta.

Sebelum film dimulai, di studio tersebut diputarkan sambutan Kapolda Kepri Irjen Pol. Yan Fitri Halimansyah yang mengharapkan PNS Polda Kepri keberadaannya dalam menjalankan tugas sesuai arahan dari pimpinan.

"Sesuai arahan pimpinan, PNS Polda Kepri dapat menjalankan tugas dengan baik, tidak ada pelanggaran, menambah citra positif Polri semakin baik dan terpercaya di mata masyarakat," kata Yan.

Adapun film “Bila Esok Ibu Tiada” besutan sutradara Rudi Soedjarwo mengisahkan tentang sebuah keluarga yang diperankan aktor kawakan Chriistine Hakim dan Slamet Rahardjo.

Film yang diangkat dari sebuah novel laris dengan judul yang sama ini, mengisahkan Rahmi (Christine Hakim) yang setelah kematian suaminya Haryo (Slamet Rahardjo), mulai sakit-sakitan mengharapkan keempat anaknya hidup rukun dan bahagia.

Kepergian Haryo meninggalkan dua mendalam bagi Rahmi, sejak itu suasana di rumah berumah. Anak sulung Ranika (Adinia Wirasti) berperan sebagai tulang punggung keluarga, mengurus ibu dan adik-adiknya, hingga sukses membangun usaha, lupa dengan hidupnya yang juga berhak untuk bahagia.

Ketegasan Ranika, dan kekuatannya sebagai tulang punggung keluarga, kadang membuat posisinya tidak disukai oleh adik-adiknya yang juga punya kehidupan masing-masing.

Ada Rangga (Fedi Nuril) yang tidak percaya diri dengan kemampuannya, Rania (Amanda Manopo) yang merasa sudah lebih baik membantu keluarga, serta si bungsu Hening (Yasmin Napper) yang paling tau apa yang tidak diketahui oleh ketiga kakaknya tentang yang terjadi di rumah.

Kehidupan keluarga tersebut berubah, setelah kepergian sang ayah, anak-anak yang tadinya harmonis saling menyayangi berubah karena sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara sang ibu yang tidak ingin menjadi beban anak-anaknya menutup rapat perasaannya dan juga penyakitnya.

Hingga suatu ketika, ibunya memutuskan untuk mengambil waktu sejenak untuk melepaskan rindu kepada almarhum suaminya di Pekalong, pergi tanpa memberitahu sang anak. Keempat anaknya panik dan saling menyalahkan.

Dari kejadian itu, terungkap bahwa sang ibu menderita sakit, anak-anak mulai menyalahkan satu sama lainnya, karena tidak mengurus ibunya dengan benar. Hingga ketika semuanya mengetahui kondisi sang ibu dan mulai memberikan perhatian.

Ibunya meninggal dunia. Kepergian sang ibu menjadi titik balik bagi keempat anaknya untuk merenungi kesalahan masing-masing dan memulai lagi merajut hubungan harmonis satu dengan yang lainnya, tanpa saling menyalahkan, tapi saling mendengar dan menghargai.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE