Natuna (Antara Kepri) - Binatang Kekah yang dikenal dengan nama latinnya Presbytis Natunae, adalah hewan khas asli Kepulauan Natuna yang hanya bisa dijumpai di hutan-hutan sekitar Pulau Bunguran Besar, kini semakin sulit ditemukan bahkan terancam punah.
"Kini populasi Kekah terus menyusut akibat kehilangan habitat atau tempat tinggalnya, serta efek dari konversi lahan dan perburuan oleh penduduk sekitar," ungkap aktifis LSM Gerbang Utara, Rizal di Ranai, Selasa.
Dikatakan Rizal, berdasarkan riset oleh peneliti Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi (PSBK) dan mahasiswa Program Pascasarjana, Biologi Konservasi, Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu lalu, menyimpulkan bahwa penyebab kepunahan Kekah yang paling besar adalah permasalahan habitat hidup yang terus berkurang.
"Dari penelitian beberapa waktu lalu, keberadaan Kekah tak lebih dari tujuh ribu ekor yang hidup di sekitar Pulau Bunguran Besar, seperti di Gunung Ranai, hutan primer pegunungan, hutan sekunder, kebun karet tua, daerah riparian dan juga di wilayah perbatasan hutan mangrove dan perkebunan warga," ujarnya.
Selain Kekah, jenis primata asli Natuna, yaitu Kukang atau Nycticebus Coucang Natunae dan kera ekor panjang atau Macaca Fascicularis Pumila juga terancam punah.
Karena itu, Rizal mengimbau agar Kekah serta sejumlah satwa langka lain yang asli Natuna, dapat dijaga dan dilestarikan.
Masyarakat juga diminta untuk menghentikan perburuan, demi keuntungan pribadi semata.
Sementara itu, Rahman, salah seorang warga Ranai mengungkapkan, pada tahun 90-an, ia masih bisa melihat hewan khas Natuna tersebut di lingkungan penduduk. Banyak dari mereka berkeliaran di jalan, serta masih bisa melihat hewan itu bergelantungan di pohon-pohon bakau di sekitar Kampung.
Kondisi itu berubah ketika Natuna ditetapkan menjadi kabupaten pada 1999. Geliat pembangungan di kabupaten baru mengusik kedamaian kekah di rumah mereka. Beberapa hutan bakau berubah menjadi dermaga atau penggunaan lainnya membuat kekah mencari tempat yang baru.
"Sejak Natuna jadi kabupaten itulah makin lama kekah makin jarang terlihat,†pungkas pria 57 tahun itu. (Antara)
Editor: Rusdianto
Berita Terkait
BPBD Natuna patroli ke daerah rawan banjir
Rabu, 20 November 2024 11:05 Wib
BPJS Kesehatan Natuna nilai kembali fasilitas RSUD
Rabu, 20 November 2024 9:05 Wib
Pembangunan Lapas Natuna jadi solusi atasi kelebihan kapasitas warga binaan
Rabu, 20 November 2024 8:05 Wib
Basarnas Natuna imbau masyarakat waspada cuaca ekstrem
Selasa, 19 November 2024 17:35 Wib
RSUD Natuna penuhi standar RS tipe C
Selasa, 19 November 2024 12:57 Wib
Pemerhati lingkungan Natuna tolak kekah dibawa ke luar
Selasa, 19 November 2024 11:40 Wib
Desa Cemaga Tengah, Natuna raih peringkat dua Anugerah Desa Wisata Indonesia
Selasa, 19 November 2024 5:50 Wib
BKPSDM Natuna: 35 pelamar CPNS lulus ke tahap SKB
Senin, 18 November 2024 18:03 Wib
Komentar