Lingga (ANTARA) - Sempena Hari Batik Nasional, politisi muda Kabupaten Lingga, Kepri, Neko Wesha Pawelloy mengharapkan batik bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) bersama dengan tudung manto yang memiliki ciri khas ukiran Melayu.
"Tudung manto memiliki nilai historis di kerajaan Riau Lingga, yang dulunya dipakai putri-putri raja hingga masyarakat biasa, dan itu masih bertahan hingga sekarang," ujar Neko.
Ia yang terpilih di periode keduanya, mengaku ingin memberikan kontribusi lebih, terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Lingga, meski saat ini pemerintah Kabupaten Lingga, sangat gencar mendongkrak sektor pertanian dan perikanan. Namun menurutnya tidak ada salahnya, jika Lingga juga mempromosikan potensi sejarah dan budaya yang ada di daerah itu.
Dirinya mencontohkan Masjid Raya II terbesar di Sumatera yang kini berdiri kokoh di Kota Batam, menggunakan nama Sultan Mahmud Riayat Syah yang mana makamnya berada di komplek pemakaman Masjid Sultan Lingga, atau tepat berada di belakang masjid Jami Sultan Lingga.
"Artinya tidak begitu sulit kita mempromosikan potensi yang memang sudah kita miliki, sejak zaman nenek moyang kita," sebutnya.
Dirinya mencontohkan Pulau Dewata Bali, yang berhasil mempromosikan budayanya menjadi objek wisata, yang dikagumi dunia. Apalagi Kabupaten Lingga, baru-baru ini berhasil menempati posisi lima besar, dalam pengajuan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia dari Kepulauan Riau.
"Baru-baru ini kita juga memiliki pesawat komersil yang singgah di Bandara Dabo, artinya dari sisi tranportasi kita sudah cukup mumpuni, baik jalur laut maupun udara," sebutnya.
Kembali ke Batik Lingga menurutnya, dari referensi yang dimilikinya Batik Lingga sendiri memiliki ciri khas motif gaya geometris. Desain batik Lingga ada yang dikombinasikan masing-masing desain, seperti bunga paku gajah dengan desain tapak leman, awan larat dengan potong wajik.
"Semuanya memiliki nilai seni, dan nilai jual yang bisa kita unggulkan di sektor pariwisata," sebutnya. (Antara)
Komentar